Save Me

1.6K 26 16
                                    

Musim dingin telah berakhir saat Namjoon kembali memijakkan kaki di Negeri kelahirannya, Korea. Setelah tiga tahun ia menghabiskan waktunya di Amerika, kini ia kembali ke tempat dimana semua kenangan itu berasal. Kenangan yang membuatnya tak pernah bisa hidup tenang di Amerika.

"Ah, musim semi. Akankah semuanya berakhir indah?" bisik Namjoon kepada dirinya sendiri sambil memandangi pohon-pohon sakura dari kejauhan yang mulai mekar. Sangat indah.

Setelah puas menghirup udara kota kelahirannya, Namjoon mulai melangkah keluar bandara dengan menggeret kopernya.

Mudah untuk menemukan taksi di sekitaran bandara. Tak butuh waktu lama, Namjoon sudah meluncur ke apartemen barunya.

Setelah membayar agro taksi, Namjoon turun dan segera memasuki gedung apartemen yang menjadi tempat tinggal barunya. Gedung ini lumayan dekat dengan universitas tempatnya akan kuliah nanti.

"Hah!"

Namjoon menghempaskan tubuhnya ke kasur. Delapan belas jam perjalanan cukup membuat tubuhnya terasa remuk redam. Apalagi ia juga harus menyiapkan mental saat memutuskan untuk kembali ke tempat di mana semua kenangan buruk itu terjadi.

****

Namjoon bangun dengan kondisi yang lebih segar. Karena kelelahan, ia ketiduran sebelum sempat berganti pakaian. Tubuhnya terasa lengket dan ia memutuskan untuk mandi.

Setelah mandi, ia memilih untuk delivery makanan. Perutnya sangat lapar dan ia tak bisa memasak.

Drrtt ....

Dering ponsel mengalihkan perhatian Namjoon. Dengan langkah malas, ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

Daddy's calling!

Namjoon segera mengangkat telfon dari Ayahnya. Tak lama, karena Ayah Namjoon hanya menanyakan kabar. Di Korea, Namjoon tinggal sendiri karena orang tuanya tetap memutuskan untuk menetap di Amerika.

Setelah menunggu selama lima belas menit, pesanan delivery-nya datang. Namjoon sarapan ditemani dengan keheningan dan mekarnya bunga sakura. Saat seperti ini, ingatannya akan kembali pada tiga tahun lalu. Dimana semua kenangan indah dan juga menyakitkan terjadi.

Flashback_On.

"Hyung, aku harus bagaimana?" Seorang pemuda yang umurnya tiga tahun dibawah Namjoon tampak terisak.

"Kookie, semua ini sudah takdir, kau yang tabah, ya?" Tak ada yang bisa Namjoon lakukan selain menghibur adik kelasnya sekaligus sahabatnya itu. Ia baru saja kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan yang terjadi di jembatan sungai Han. Mobil yang dikendarai  orangtua Jungkook masuk ke dalam sungai dan meledak.

"Hiks ... aku tak punya siapa-siapa lagi, Hyung!"

"Sstttt ... ada aku dan anak Bangtan yang lain. Kau tak sendiri," hibur Namjoon sambil memeluk Jungkook yang masih terisak.

"Kau tak akan pergi meninggalkanku?" tanya Jungkook dengan mata yang sudah sangat sembab karena menangis.

"Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Lihatlah! Mereka semua ada di sini dan menemanimu bukan?" Namjoon menunjuk anak Bangtan lain yang sedang menyambut para tamu yang datang melayat.

Akhirnya tangis Jungkook mereda. Pemuda yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP itu mencoba menegarkan hatinya. Menerima kenyataan jika orangtuanya telah berpulang lebih dahulu.

"Kajja, kita persiapkan pemakaman Om dan Tante," ajak Namjoon sambil membimbing Jungkook berdiri.

Pemakan berlangsung khidmat. Meski tak terisak, Jungkook sesekali masih meneteskan air matanya, apalagi saat tubuh kedua orangtuanya mulai tertimbun tanah. Hanya pelukan Namjoon dan juga para Hyung-nya di Bangtan yang menjadi penguat batinnya.

Kumpulan Cerpen BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang