[12] Married ? (pt.2)

101 7 0
                                    

Karena artian mencintai
Bukanlah memiliki
Namun membiarkan dia bahagia sepenuh hati
Walau diriku menangis di sini
💠💠💠


Justin pov.

"Ana, Apa kau melihat Jane? " Aku bertanya pada Ana, adik ku yang ku tugaskan untuk menemani Jane

"Tadi, setelah selesai dirias, Luna pergi ke kamar mandi, katanya sebentar tapi kok nggak dateng dateng? "

Sungguh firasat ku tidak bagus

"Alpha, Salah satu maid melihat Stefan menaiki anak tangga dia pasti memiliki tujuan. Bukankah semua orang terkecuali keluarga di larang memasuki lantai 2 dan 3? " Ucap Michael lewat mindlink kami

"Sudah kuduga, dia pasti punya rencana, baiklah perketat penjagaan di lantai 2 dan 3" Aku menjawab nya

Mindlink ku dan Michael terputus

Tidak
ku harap semua akan baik baik saja, semoga Stefan tidak bertemu dengan Jane

"Alpha, Ada apa? Mata mu memerah? " Ana

Ya wajar saja mata ku memerah joy pasti sedang emosi di dalam sana

"Ana kau tetaplah di sini, dan jika kau melihat seorang pria selain keluarga kita berada di sekitar sini mindlink aku!"

"Okey."

Author pov.

Suara dentingan musik tak mengubah ke gelisahan hati Justin, tamu mulai memadati ruangan. Justin dengan setelan jas hitamnya,mencari Jane ke segala tempat, bahkan menembus keramaian.

Ya pesta pernikahan ini di hadiri banyak sekali tamu undangan, tentu bukan hanya karena Justin seorang alpha dia juga orang kaya tampan pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya pesta pernikahan ini di hadiri banyak sekali tamu undangan, tentu bukan hanya karena Justin seorang alpha dia juga orang kaya tampan pula.

Megah, meriah, dan indah, Setidaknya itulah tiga kata yang tepat menggambarkan pesta pernikahan Justin. Pantulan berkilau dari kristal yang terpajang di altar, aroma bunga bunga yang begitu memabukan memenuhi ruang dasar rumahnya.

"Jane, kau di mana? " Gumam Justin menyusuri semua ruangan

Hampir seluruh kamar mandi ia jelajahi tapi Jane tak ada di sana

Dan di saat ke khawatiran nya terbayar dengan rasa sakit luar biasa di hatinya, Ketika Justin membuka satu pintu kamar mandi terakhir.

Apa ini moon Godnnes? Kenapa harus begini belum lengkapkah rasa sakit di hati ku selama ini? Justin berbicara dalam hati

Dia hanya terpatung berdiri membuat mereka berdua tak menyadari kehadirannya di sini.

"Rrr.. Dasar pencari masalah berani beraninya dia memeluk mate ku.! " Joy dalam diri Justin benar benar murka.

Oke, baiklah untuk beberapa detik Justin masih bisa menahan emosi nya, tapi beberapa detik berikutnya amarahnya benar benar sudah memuncak melihat Jane dan Stefan yang masih berpelukan

Hentakan sepatu Justin membuat Jane dan stefan lantas menoleh dan terkejut, ya sebenarnya hanya Jane yang terkejut Stefan tidak

mereka melepas pelukan mereka, Stefan menjatuhkan pisau Jane yang ia genggam tadi

Jane benar benar takut, Bukan tidak mungkin akan terjadi keributan di sini, mengingat hal serupa yang terjadi di rumah Stefan 1 minggu lalu.

Tanpa aba aba sebuah bogem mentah mendarat di wajah Stefan, ya siapa lagi kalau bukan Justin yang melakukannya

Stefan tak tinggal diam dia balas menyerang, perkelahian sempat terjadi sebelum akhirnya suara tembakan pistol memekakan telinga

Syukurlah peluru pistol itu tidak mengenai siapapun.

"Alpha kau bawa saja luna, biar aku yang mengurus orang ini" Michael datang membantu Justin, 2 lawan 1 tidak imbang bukan?

Dengan emosi bercampur kecewa yang berpadu, Justin menarik tangan Jane dengan kasarnya, lantas langsung membawanya pergi

--

"Kenapa kau tak pernah mengerti.? " Justin mengutarakan semuanya, kali ini nada bicaranya tidak kasar

Jane hanya menangis

"Hiks Hk Karena Kau jahat! Apa yang akan kau lakukan pada Stefan nanti? Apa kau akan membunuhnya? "

"Maybe"

"Ti tidak, Jangan, Ku mohon.. Hiks.." Jane berlutut di kaki Justin berharap Justin mau mendengarnya

Justin menghela nafasnya, kemudian meraih Pudak Jane dan Mebuatnya kembali berdiri.

"Jane, jangan lakukan itu lagi, " Justin

"Kenapa? " Jane

"Aku tidak mau melihat mu begitu, aku menyayangimu"

"Kau menyayangi ku?"

"Iya tentu" Justin menjawab tanpa ragu

"Kalau begitu biarkan aku bersama Stefan, Aku menyayanginya bukan dirimu" Jane memeluk Justin

Sulit di percaya Jane memeluk Justin, dan Justin hanya terdiam
Dia benar benar terkejut bukan hanya karena Jane memeluknya tapi juga karena ucapan Jane sebelumnya, apa yang jane katakan tadi.. Dia mencintai Stefan?

"Ku mohon Justin, Biarkan aku bahagia bersama Stefan, kau tahu? Mencintai bukanlah memiliki namun ketulusan membiarkan orang yang kita cinta bahagia sepenuh hati" Jane masih memeluk Justin

Justin hanya terdiam, kecewa jelas memenuhi ruang hatinya

"Jika kau memang mencintai ku, kau pasti bisa melakukannya untuk ku" Sambung Jane berbicara

Justin masih sama, Seperti patung.

Moon Godnnes, apa ini? Aku tak ingin membuatnya menderita, jika itu dapat membuatnya bahagia apa aku bisa menolaknya?, Justin berkata dalam hatinya yang sekarang mulai sesak di isi ruang kecewa

"Justin lakukan itu untukku,  biarkan aku bahagia"

Justin balas memeluk Jane, dia sudah ragu dengan keputusan apa yang akan dia sampaikan pada jane

Berat baginya menentukan pilihan ini, hanya ada dua pilihan. membiarkan dirinya perlahan mati, atau membiarkan orang yang dia cinta mati perlahan karena keterpaksaan.

Perasaan Justin benar kacau saat itu, sangat sangat kacau. Bagaimana tidak.?

Bersambung..
Hola, Gimana bagian ini.vomments lah

Sedang Dalam RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang