3. In(different) Day

8 2 0
                                    


Nao tidak baik-baik saja.

Tidak setelah apa yang dilakukan kedua orangtuanya.

Mamanya yang terlalu menuntut, dan Papanya yang tidak peduli.

Setidaknya itu deskripsi 'Orangtuanya' menurut sisi pandang Nao. Nao, setelah Allen pergi, mulai bisa membedakan mana teman yang Fake dan yang Real. Sebagian besar teman-teman perempuan Nao pergi setelah Allen pergi. Mereka menganggap bahwa Nao lah penyebab Allen pindah sekolah.

Hanya tinggal Mina, sahabat Nao-selain Allen lah yang tetap membelanya. Namun, pada kenaikan kelas 3, Mina pergi, karena harus menjalani perawatan Kanker Darah-nya yang semakin parah. Nao, Allen, dan keluarga Mina sudah berusaha memberi dukungan terbaik, namun Tuhan berkata lain. Mina 'dijemput' kembali oleh Tuhan, 3 hari sebelum ulang tahunnya yang ke-15.

______

"Na...Lo..baik-baik, ya.. Meski gue gaada..Allen tetep ada buat lo.., Na.." lirih Mina pada Nao yang tengah menggenggam tangannya kuat. "Nggak! Lo ga boleh pergi, Mi! Gue ga rela!" ucap Nao sembari terisak. Keluarga Mina sudah menahan tangisnya. "Na.. dengerin gue... suatu hari nanti... semua.. yang diambil dari lo...akan kembali..dengan sendirinya.." sambung Mina, Nao menangis semakin kuat, kuat dan kuat.

"Don't worry, Na.. I'll be fine.. Tuhan sayang gue.. Tuhan sayang lo.. Tuhan sayang Mama.. Tuhan sayang Papa.. Tuhan sayang kakak-kakak semua.."ucap Mina lirih, tersenyum dibalik masker oksigennya, yang dibalas gelengan dari Veno, Kakak kedua Mina.

"Nggak Mi! Lo harus kuat! Sedikit aja, Mi. Tahan, ya? Demi kami semua?" pinta Veno, sembari memegang erat bahu Nao, dan mengelus kepala Mina,yang sudah bersih dari rambut. Mina menggeleng pelan. "Sudah ya.. Mina ngantuk.. Mina mau bobo.. Mina capek.." lirih Mina, tetesan air matanya mulai mengalir.

"Minaya! Sekali lagi lo bilang gitu, gue ga akan anterin lu sama Nao beli novel lagi! Ga akan!" teriak Vani, kembaran Veno. Tangis Vani sudah sekencang tangisan Nao tadi, yang membuat Veno memeluk Vani untuk menenangkannya. "Udah, ya.. Mama.. Mina minta maaf .. Mina banyak salah sama Mama.. Papa juga.. Maafin Mina.." sambungnya.

"Papa udah maafin semua kesalahan Mina, sayang. Gak mungkin Papa nggak maafin kamu, Mama juga sudah memaafkan Mina." Ujar Papa Mina tersenyum, sembari memeluk Istrinya yang sudah membasahi bahunya.

Semuanya sudah tak kuat lagi menahan tangis mereka. Raken, kakak tertua Mina, menghampiri Nao, kemudian mengelus kepala Nao, dan tersenyum. "Kakak sayang Mina," tiga kata ini membuat aliran air mata Mina semakin deras.

"Nao.. sampein salam gue sama Allen.. bilang ke dia.. sering sering ketempat gue..gue kangen gitu.." lirih Mina, Nao hanya mengangguk. "Tapi lo harus kuat, Mi. Gue udah usaha sampe sejauh ini, masa lo nggak? Ada malu dong!," ujar Nao sambil sedikit berteriak. Mina hanya tersenyum.

"Baguslah.. usaha terus.. gaspol.. jangan berhenti..I'll meet you soon, Na." ujar Mina menggenggam kuat tangan Nao. "Udah, ya.. Ngantuk gue Na," sambung Mina. "Plis, Mi. Jangan bilang gitu! Gue gamau lo pergi, gue gakuat sendiri. Gue capek sendirian, Mi. Gue ga mau sendirian lagi," tukas Nao sesenggukan sembari menatap mata Mina dalam-dalam.

Mina menggeleng, "Gue gaakan jauh dari lo, Na... Kita sahabat kan? Gue itu lo.. dan lo itu gue.. Kita nggak akan kepisah, meski raga gue nggak disamping lo.. jiwa gue tetep sama lo.." Vani dan Vano memeluk Mama mereka, tidak sanggup menahan tangis mereka.

Sementara Raken, menggaet tangan Nao, mengajaknya kesudut ruangan. Nao mengelak, "Apasih, kak?! Gue gaakan pergi! Gue mau disini!" bentak Nao. Raken hanya tersenyum dan menggenggam tangan Nao kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dreams.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang