3.Bella

83 2 1
                                    

"Jangan terlalu sering berharap,
karna yang di harapkan belum tentu bisa di dapatkan."

#Gabriella Alexandra Köhler

Gabriella Alexandra Köhler sedang melampiaskan kekesalannya kearah samsak di hadapannya.

"Anjing!!! Orang tua macam apa yang ngirim anaknya keasrama." Teriak Bella penuh amarah. Dia terus meninju samsak itu sekuat tenaga, andai saja samsak itu adalah orang. Mungkin orang itu sudah tewas sekarang.

Sedari satu jam yang lalu, dia terus-terusan mengumpat dengan kata-kata kasar sambil memukuli samsaknya tanpa istirahat. Dia mengingat ucapan Tere-ibu tirinya yang sangat membuatnya marah.

1 jam yang lalu...

"Bella!!!" Teriakan melengking itu adalah hal yang paling di benci Bella, apalagi orang yang sedang berteriak itu.

"Apa?!" Balas Bella berteriak dari kamarnya dan orang yang memanggilnya ada di bawah.

"Mama mau bicara sama kamu." Teriak Tere-ibu tiri Bella.

"Mama? Huh." Batin Bella.

Dengan berat hati Bella melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga dimana Tere dengan santainya sedang membaca majalah. Bella memang memiliki kekayaan yang melimpah, tapi dia tidak pernah senang mempunyai itu semua. Karna yang dia butuhkan adalah kasih sayang dari orang tua bukan uang. Ibu kandung Bella sudah meninggal tiga tahun yang lalu tepat saat Bella baru ingin menginjakkan kakinya di Sekolah Menengah Pertama. Setahun setelah Ibunya meninggal, Ayahnya memilih menikah lagi dengan alasan supaya ada yang menjaga Bella karna Ayahnya sangat sibuk bekerja. Tapi apa? Sampai sekarang Bella tidak menerima kehadiran ibu barunya itu.

"Mau bicara apa?" Tanya Bella dengan nada yang kurang bersahabat.

"Santai dong, kita duduk dulu." Balas Tere dengan senyum lembutnya yang di tanggapi dengan putaran bola mata oleh Bella.

"Bel, gimana? Udah ngatur mau liburan kemana?" Tanya Tere dengan penuh harap karna anak tirinya ini terlalu dingin mungkin saja karna kurang piknik.

"Gak usah basa-basi deh. Gue gak ada waktu." Bella memang terbiasa menggunakan 'gue-lo' dengan Mama tirinya itu. Sedangkan Tere hanya menghembuskan nafas lelah. Sudah tiga tahun kenapa Bella belum bisa menerimanya.

"Oke Mama bakalan to the point. Kamu udah nentuin bakalan lanjut sekolah kemana?" Tanya Tere kepada Bella.

"Gue gak punya waktu buat mikirin itu." Jawab Bella enteng padahal dia sudah menentukan pilihannya untuk masuk ke sekolah khusus bela diri.

"Sayang sekali, kamu akan di masukkan ke asrama." Ucapan Tere seperti petir di siang bolong.

"Gak lucu bercandaan lo." Bella berusaha tenang. Dia berpikir Tere bercanda. Memang dia Siswi yang bandel di sekolah dulu, tapi ini semua karna dia butuh ibunya bukan Tere yang tidak pernah tau rasanya melahirkan. Bukan Bella jahat memang Tere tidak bisa hamil. Tapi walaupun Tere adalah Ibu tiri Bella, dia selalu bersikap baik walaupun respon anak tirinya itu sama sekali tidak baik. Dia juga yang selalu memenuhi setiap panggilan dari pihak SMP karna Bella membuat keributan seperti berkelahi dengan laki-laki atau bolos dari jam pelajaran.

"Mama serius, ini keputusan Ayah kamu." Ucap Tere lagi kali ini lebih lembut agar Bella mengerti.

"Gak mungkin Ayah yang mau masukkin gue kesana. Pasti lo kan yang nyuruh Ayah buat ngelempar gue ke asrama. Supaya lo bisa enak-enakan di rumah ini. Udah cukup lo ngambil Ayah dari gue, semua yang lo mau ambil semuanya. Tapi tolong jangan ngerusak masa depan gue Re." Baru kali ini Tere melihat Bella memohon seperti itu apalagi dia sempat menyebut nama Tere, Bella tidak pernah sudi ingin menyebut namanya. Tere terkejut melihat air di sudut mata Bella karna Bella sangat jarang menangis.

"Bel, dengarin Mama dulu. Ini keputusan Ayah kamu, Mama gak pernah mau kalo kamu keluar dari rumah ini." Tere berusaha menenangkan Bella.

"Oh jadi sekarang lo mau jelek-jelekin ayah gue? Supaya gue benci? Gitu?" Bella berkata seperti itu seraya berdiri.

"Bukan gitu Bel. Ayah kamu-" Ucapan Tere terputus dengan suara berat yang berasal dari Ayah Bella.

"Ayah yang mengambil keputusan ini. Bukan Tere." Jawab Ayah Bella yang nampaknya pulang dari kantor.

"Kenapa Yah?" tanya Bella pelan hampir tidak terdengar.

"Kenapa Ayah tega ngirim Bella ke asrama?" lanjut Bella dengan tatapan nanar kearah Ayahnya. Ia kecewa, sangat kecewa. Ia pikir Ayahnya mengerti apa yang dia rasakan, tapi Bella salah. Dari dulu sampai sekarang pun Ayahnya tidak akan mengerti apa yang dia rasakan.

Tidak lama tatapan itu ia layangkan kepada Ayahnya. Bella langsung mendengus angkuh seraya pergi berlalu meninggalkan Ayahnya dan Tere yang berusaha memanggil namanya.

Apa salah dia seperti ini? Bella hanya butuh sedikit saja perhatian Ayahnya. Ayah selalu sibuk dengan urusan kantornya. Bella tau Ayah kerja juga buat dia. Tapi bukan ini yang Bella butuhkan, bukan semua kemewahan ini. Ia hanya butuh perhatian ayahnya bukan ibu tirinya.

***

Setelah puas memukul samsak. Bella keluar dari ruang olahraga dan berlalu ke kamarnya.

"Bella, jangan benci Ayah kamu ya." perkataan itu dari mulut Tere yang tidak jauh dari Bella. Mendengar itu Bella berbalik dan melihat Tere.

"Gue tau sekarang. Gue tau kenapa Ayah ngirim gue ke asrama. Karna gue gak di butuhin lagi dirumah inikan. Karna gue mau di buang secara gak langsung? Iyakan?" Bentak Bella kepada Tere. Mendengar perkataan Bella membuat Tere terisak. Pikiran anak tirinya itu terlalu jauh. Tidak mungkin Ayahnya seperti itu karena Ayahnya sangat sayang pada Bella. Ayahnya hanya ingin Bella mengerti dan berubah, tidak terus-terusan bersedih dan membenci ibu tirinya.

Melihat Tere yang terisak Bella diam, dia sangat benci melihat orang menangis. Sebelum dia juga ikutan menangis, Bella bergegas pergi kekamarnya. Ia tidak bisa melihat orang menangis di depannya. Walau Bella sangat keras dia tetaplah perempuan yang lemah hatinya.

Bella masuk ke kamarnya, langsung mengambil foto ibunya.

"Bella rindu Bunda." Bella terisak sambil memeluk foto ibunya.

***

Tanpa sadar liburan pun sudah usai. Bella tidak liburan kemana-mana, ia hanya di rumah.

Hari ini waktunya dia di kirim ke asrama. Bella sekarang sedang di kamarnya bersama Tere. Ibu tirinya itu membantunya mengemaskan keperluannya. Bella sudah berulang kali mengatakan tidak usah membantunya tapi Tere tetap saja keras kepala membantu Bella.

"Udah gaada yang ketinggalan lagikan?" tanya Tere kepada Bella.
Bella hanya memutar kedua bola matanya jengah melihat sifat Tere yang seperti itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Tere, Bella langsung keluar dari kamarnya. Tere hanya tersenyum dan ikut keluar juga.

"Udah siap?" Tanya Ayahnya.

"Siap ga siap juga harus siap." jawab Bella cuek.

"Yaudah ayo berangkat." sebelum itu Bella menyempatkan diri ke ruang olahraga untuk berpamitan kepada samsaknya. Dan setelah itu baru masuk ke dalam mobil bersama Ayahnya dan juga Tere yang mrngantarnya.

***

Haiii
Aku balik lagi nih :v
Jangan lupa di vote dan coment yaaaaa :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Are TROUBLEMAKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang