Bagian 8

127 23 0
                                    


Tegar memasuki ruang ICU, tubuhnya kini menggunakan pakaian steril. Ia menatap sayu wanita yang kini terpejam tak berdaya itu. Wanita berparas ayu itu tidak bergerak, Tegar hanya tahu bahwa Nadine bisa merasakan kehadirannya. Tegar kini duduk di samping nadine. Tegar meraih tangan nadine dan menggenggamnya berharap nadine bisa terbangun dan kembali tertawa padanya.

"din.. andai lo bisa bangun dan mendengarkan gue. Gue pingin loe ada disini din... maafkan gue. karena keegoisan gue, lo harus kayak gini.." tak terasa air mata menetes di pipi lelaki itu.
"Din, gue telah memaafkan apapun yang terjadi. Please berhenti hukum gue dan bangun din.. 2 tahun waktu yang lama buat gue merenungi semuanya. Gue pengen lo sadar dan marah sama gue. Gue janji gue akan dengerin apa kata lo din. Gue mohon din" tegar tak mampu menahan air mata yang tak tertahan selama dua tahun itu. Entah kenapa hari ini dia ingin menangis dan melepaskan kebimbangan di dadanya.

Tegar masih sangat ingat kata apa yang terakhir ia ucapkan pada nadine, kata yang melukai nadine dan  membuat nadine bersikap bodoh. Ia meminta nadine pergi dari hidupnya dan enyah dari padangannya. Rasa bersalah itu harus terus dipikulnya selama 2 tahun ini. Tak ada satupun yang bisa membuat Tegar merasa bersalah selain melihat nadine sadar.

Tegar keluar dari ruangan, Ia melihat tante ika yang terduduk lemas sambil menangis terisak

"tante ada apa?" kata tegar cemas

"nadine... nadine..." Kata tante Ika sambil berusaha mengusap air mata yang mengalir deras dari matanya. Kepedihan yang teramat besar dari seorang Ibu yang harus melihat anaknya tersiksa cukup lama

"Apa yang terjadi tante?"

"Dokter mengatakan kecil kemungkinan nadine untuk sadar, Tegar. Semua hal telah di lakukan tapi tak ada perkembangan yang signifikan terhadap nadine.....tante belum siap kehilangan nadine tegar..."

Tegar terduduk lemas di lantai, seperti ada bom yang meledakkan hatinya saat ini. Ia begitu terluka dan tak sanggup menopang diri nya sendiri.  Tegar meraih tangan tante ika dan berusaha menguatkannya.

"Tante... Dia hanya dokter, dia bukan Tuhan yang bisa memutuskan umur manusia. Nadine pasti sadar tante.. Tegar yakin dia akan bangun dan pasti akan marah melihat kita menyerah begini.."

Sepintas ingatan tegar melayang pada masa 2 tahun silam, ketika Nadine tertawa dan meledeknya. Nadine adalah gadis yang ceria dan cantik. Banyak sekali yang ingin mendekatinya. Namun, hatinya jatuh pada tegar yang merupakan sahabatnya sendiri. Mereka bak 2 ABG yang saling mencintai, Tegar slalu melindungi Nadine yang cantik. Hingga hari itu tiba dan membuat Nadine terjebak dalam kegelapan. Nadine yang ceria telah tertidur untuk waktu yang lama dan enggan membuka mata lagi. Nadine kini menghukum Tegar dengan rasa bersalah yang selalu menghinggapi hati Tegar sampai hari ini.

2 Tahun telah berlalu dan Nadine tak kunjung sadar, Dokter telah mengatakan jika dalam waktu 1 bulan ini Nadine tak kunjung sadar maka keluarga di minta untuk melepaskan Nadine agar tak membuat nadine tersiksa

**********************************************************************************************************************************************************************************************

Aku ingin kembali pada hari dimana Ia tersenyum ke arahku dan kami masih melihat langit yang sama. Nadine jangan menyerah, Aku ada di sampingmu...


MAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang