"Wah segar sekali." Kataku sambil merentangkan tangan lalu menghirup napas dalam kemudian menutup mataku sambil tersenyum puas. Menikmati udara segar yang jarang sekali aku dapatkan di Seoul. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan saat hembusan angin pantai menerpa wajah dan tubuhku. Aku baru saja selesai menyantap makan siang di sebuah restoran seafood yang berada dekat dengan pantai dan sekarang sedang berdiri di balkon restoran ini yang menampakkan pemandangan laut Jeju di hadapanku. Setibanya di Jeju aku dan Jiyong langsung pergi ke tempat ini untuk bertemu dengan Bom sahabatku.
"Hentikan! Kau membuatku malu." Aku membuka mata setelah mendengar suara Jiyong lalu memiringkan kepalaku untuk melihatnya yang kini telah berdiri di sampingku sambil menyilangkan tangan di depan dada, matanya menatap lurus pada lautan yang berada di hadapan kami. Aku lalu mengerutkan kening ketika melihat dia memakai mantel berwarna kuning yang warnanya sudah lusuh karena terlalu sering dia pakai.
"Kau bilang aku membuatmu malu huh? Seharusnya kau sadar bahwa kau yang sangat memalukan di sini, bisa-bisanya kau memakai mantel lusuh saat sedang bersamaku di restoran yang sangat mewah ini!" Kataku sambil mendengus lalu menyilangkan tangan di depan dada. Jiyong langsung mengalihkan pandangannya kepadaku lalu mengerutkan keningnya.
"Mantel ini jelek?" tanyanya dengan wajah bingung sambil menunjuk mantelnya dengan jari telunjuk. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.
"Kau kan kaya, kenapa penampilanmu malah seperti gembel seperti ini sih?" kataku lagi kini sambil mendecakkan lidah. "Benar-benar memalukan." Kataku lagi.
"Kau lupa? Kau yang memberikan mantel ini kepadaku." Katanya sambil menyilangkan tangan di depan dada lagi. "Kau memberikannya saat aku lulus tes universitas." Katanya lagi yang aku balas dengan anggukan.
"Itulah maksudku, itu sudah lama sekali. Buang saja benda itu ke laut." Kataku sambil menunjuk laut di hadapan kami. "Aku akan memberikanmu mantel yang baru." Kataku lagi yang dia balas dengan gelengan kepala.
"Kenapa aku harus membuang barang yang aku suka? lagipula ini hadiah darimu." Katanya sambil mengedikkan bahu dengan acuh tak acuh. Aku akan kembali mengatakan sesuatu saat tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Aku berbalik lalu melihat sahabatku Bom yang sedang sedikit berlari ke arah kami.
"Dara!" kata Bom dengan sedikit menjerit ketika dia sudah tiba di hadapanku lalu langsung memelukku. "Aku merindukanmu." Katanya dengan suara yang sangat senang.
"Aku juga merindukanmu." Kataku sambil membalas pelukannya. "Ayo kita duduk dulu." Kataku setelah kami melepaskan pelukan kami. Aku lalu menuntunnya untuk duduk di mejaku dan Jiyong sehingga kami bisa mengobrol dengan lebih nyaman.
"Apakah kau menunggu lama?" Tanya Bom setelah kami duduk. "Maaf karena aku masih sibuk mempersiapkan semuanya. Aku ingin acaranya sangat sempurna jadi aku tidak bisa menenamimu hari ini." Katanya sambil tersenyum sumringah yang aku balas dengan anggukan mengerti.
"Tidak apa-apa, aku mengerti kau pasti sibuk." Kataku. "Lagipula aku bersama Jiyong." Kataku lagi kini sambil menunjuk Jiyong yang masih berdiri di tempatnya tadi namun kini sambil menghisap sebatang rokok, sepertinya sengaja memberikan ruang untukku dan Bom sehingga kami bisa saling melepas rindu.
"Oh, kau bersama Jiyong?" Tanya Bom bingung yang baru menyadari kehadiran Jiyong. "Kekasihmu tidak datang?" tanyanya lagi dengan kening berkerut.
"Dia ada urusan yang tidak bisa dia tinggalkan. Dia sangat menyesal karena dia ingin memenuhi undanganmu." Kataku dengan nada memohon maaf.
"Sudahlah tidak apa-apa. setidaknya kau bersama Jiyong, dia bisa menemanimu selama aku masih sibuk di sini jadi kau tidak akan bosan." Katanya lagi sambil sedikit tertawa yang aku balas dengan anggukan setuju. "Oh ya Nanti malam kau jadikan menginap denganku?" Tanya lagi setelah beberapa saat.