"Jingga Alya Kusuma!"
"Hadir, Bu!"
"Ikut ibu sekarang! Sudah berapa kali Ibu ingatkan, masih ngeyel kamu tuh!"
Ya. Aku Jingga. Jingga Alya Kusuma, sama seperti yang disebutkan Ibu Rohma diatas. Kali ini aku ketahuan bawa catokan dan alat make up. Padahal aku sudah berusaha menutupi barang-barang itu. Tapi bukan Bu Rohma namanya, ia selalu punya seribu cara agar aku menjadi tersangka. Huft!
**
Bagus. Sekarang aku harus duduk disini, lagi. Bosan sih, tapi mau gimana?
"Kamu tuh ya, udah ibu peringatkan. Jangan pernah membawa alat makeup ke sekolah!" Ucap Bu Kartika. Beliau kepala sekolah disini, tapi gayanya terlalu berlebihan menurutku. Rambut disanggul keatas, eyeliner tebal, softlens biru yang sangat mencolok, dan ditambah sepatu high heels 3cm yang membuat suara berisik setiap ia melintas di koridor depan.
Aku menunduk, "Iya Bu, maaf. Saya tidak mengulanginya lagi."
Bu Kartika berdecak, "Sudah hampir sepuluh kali kalimat itu kamu ucapkan, Jingga. Tapi kamu tetap mengulanginya!"
"Sekarang, hukuman untuk kamu adalah membersihkan semua kamar mandi disini. Wajib kin-clong!"
"Ta..tapi" belum selesai Jingga bicara, ada Pak Dharma dan seorang laki-laki masuk keruangan Bu Kartika. Mataku menyipit, merasa asing dengan wajah pria itu. Dia menggunakan seragam SMA yang gombrong, kacamata tebal, rambut disisir rapi, dan tas ransel yang besar. Hm, culun.
"Pagi, Bu. Ada murid baru pindahan dari Karawang, namanya Adi Senja Pratama. Dia pindah kesini karena mengikuti ayahnya yang dinas di dekat daerah Jakarta. Masalah administrasi sudah diselesaikan Bu." Ucap Pak Dharma panjang lebar.
Lelaki itu mengulurkan tangan nya untuk menjabat tangan Bu Kartika, dan melirikku sesaat, kemudian beralih untuk menjabatku. Alih-alih dibalas, aku malah memalingkan muka.
"Baik nak. Sebentar lagi kamu akan diantar oleh Pak Dharma kekelas baru. Seragam dan buku-buku, akan ibu kasih besok pagi. Jadi untuk sementara, kamu bisa menulis di buku biasa." Jelas Bu Kartika. Lelaki itu hanya mengangguk tanda ia setuju dan mengerti.
"Yasudah Bu, saya antar nak Senja ke kelasnya dulu. Permisi." Pamit Pak Dharma sopan yang diikuti senyuman lelaki dibelakangnya.
Setelah Pak Dharma keluar, aku lekas pergi untuk membersihkan WC di sekolah ini. Bayangkan, aku harus membersihkan tujuh belas wc dalam waktu sehari! Belum lagi kalau ada kecoa, cicak, atau binatang-binatang yang menjijikan didalamnya. Membayangkannya saja aku sudah bergidik ngeri.
Aku memang tipe cewek yang cukup terkenal di SMA Cendana, temanku banyak, lelaki mana yang tidak suka padaku? Aku juga kaya, maka tak heran setiap ada event atau acara disini, aku menyumbang paling banyak dana.
Kalian percaya, kalau aku yang membersihkan semua WC disini? Hm, sepertinya kalau kamu percaya kamu orang yang bodoh. Aku tidak akan mau membersihkan WC! Aku bisa saja menyuruh Mang Asep atau Mang Ikik untuk membersihkan WC dari lantai satu sampai lantai empat. Dan aku akan membayar mereka dengan senang hati. Yang penting, tanganku tidak terkontaminasi debu atau kotoran di WC.
***
Oke. Ini cerita keduaku setelah Dari Kayla Untuk Arjuna. Sebenernya aku males buat cerita lagi, tapi daripada gabut jadi mending aku nulis:p
Jangan lupa like, komen, dan share ya.
Love,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku Dan Jinggamu
Teen Fiction"Dalam jingga, aku tidak hanya melihat beribu keceriaan, namun juga sejuta senyuman. Olehnya, orang yang memperhatikannya, ia tarik kedalam kebahagian, ia ajarkan caranya memberikan senyuman." -Adi Senja Pratama. "Senja itu penghantar dari siang...