"Dasar gila!" Maki Vanda saat keluar dari lemari, langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tak mengenakan.
"Ck, kuat juga usaha lo buat keluar dari lemari," Balas Rey menatap Vanda lekat.
"Baru tau lo! Gua itu bukan kek lo, yang cuma bisa usaha buat nyelakain anak orang." Sentak Vanda memberi dorongan kecil pada pundak Rey
"Bangsat!" Decak Rey, mencengkam tangan Vanda kuat.
"Dasar gak waras!" Bacot Vanda melirik Rey sinis.
Plak~~
(Bagian pipi)"Itu akibatnya lo berani sama gua" ungkap Rey menatap Vanda lekat yang menatap tak percaya.
"Gua gak pernah takut sama cowok banci kek lo! Kalau lo Gila? Berobat di RSJ samping lampu merah perempatan." Ungkap Vanda santai setelah mendapat piring cantik dari Rey, lalu meninggalkan ruangan itu.
»◎»
Saat tiba di kantin Vanda melihat sepintas lalu, siswa-siswi menatapnya dengan tatapan tajam membunuh, bak elang menerkam mangsa
Saat vanda ingin duduk di salah satu kursi dikantin, tiba-tiba saja kursi yang ia duduki di tarik paksa oleh teman sekelasnya, membuat vanda terjatuh ke lantai."Cewek sampah kek lo gak cocok sekolah disini mah!" Celetuk salah satu sisiwi di kantin, Vanda hanya menghela nafas kasar Logikanya ingin sekali untuk melawan tapi Hatinya berkata sabar.
"Songong banget, Murid pindahan aja belagu!"
"Sok trend modis, mungkin hasil dari jual diri kali!" Lanjut salah satu siswi di kantin, Vanda dengan sigap berdiri ingin membalas perbuatan siswi yang mengejeknya tangan Vanda mengepal sempurna, emosinya tak bisa di bendung lagi, saat tangannya ingin melayangnkan satu bogem dengan sigap salah satu cowok yang ada di kantin menahan tangan Vanda dan menariknya keluar dari kantin, cowok itu adalah Rey, iya Rey.
"LEPASIN GUA! INI GAK ADIL" seru Vanda nada bicaranya naik 1 oktaf.
"Jangan sok jagoan, lo masih baru disini" balas Rey datar perlahan mengangkat dagu Vanda agar wajah mereka saling bertemu.
"Emangnya kalau gua anak baru, gua gak boleh kayak anak-anak lain gitu, bebas untuk bergaul?" Balas Vanda dengan bibir yang bergetar menahan cairan bening yang berada di pelupuk matanya agar tidak tumpah di depan Rey.
"Gua salah apa coba, bahkan gua gak pernah nyari masalah sama mereka" Lanjutnya, air mata yang sedari tadi di tahannya kini tumpah membasahi pipinya.
"Lo belagu!" Tukas Rey.
"..."
"Semesta jahat, gua gak sempat fikir kalau dunia baru gua akan sekejam ini" Ucap mulut vanda refleks keluar.
"Makanya gausah hidup kalo gak mau ngerasain kejamnya dunia" balas Rey santai meninggalkan Vanda yang masih sesegukan.
"Fuck!" Gerutu Vanda.
»◎»
Wajah itu, wajah yang membuat gua muak ingin sekali mengakhiri hidupnya detik ini juga. Ruang yang penuh sesak persegi empat menguras otak melelahkan harsat jiwa yang mecekat, sabar ini akan sulit untuk gua takluki jika setiap ruang selalu menatap wajahnya yang membosankan, oh tuhan jika membunuh orang itu tak kau haramkan mungkin detik ini juga akan kulakukan, ingin sekali memutilasi tubuhnya harsat mencoba untuk bertahan pada logika yang berkata "jangan" semesta cepatlah ambil nyawanya jangan biarkan dia terlalu lama menempati ruangmu.
"Sampai disini, apakah sudah mengerti?" Ucap buk Fika, guru Matematika.
"Boro-boro ngerti, nyimak aja enggak" -batin Vanda
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN REVANGE
Teen FictionBaringkan tubuhmu lalu pejamkan matamu dengan rapat Tidak semua masalah harus dipikirkan 24 jam non stop Lo butuh tenaga buat ngadepin problem baru.