#1

14 0 0
                                    


_masa lalu memang telah berlalu, tetapi tidak ada larangan untuk mengenangnya.

17 Februari 2000 tulisan dibalik foto dalam genggamanku, foto ini melemparkan ku kepada momen bertahun-tahun lalu di saat aku berjuang sendiri di tengah derasnya hujan di dalam ruang bersalin.

Aku menangis, benar-benar meraung dengan kesakitan yang luar biasa, tulangku rasanya ingin lepas, mataku yang sayu ku coba untuk tetap terbuka demi nyawa yang telah membersama ku dalam kandungan 9 bulan lebih, aku berjuang untuknya, agar dia bisa melihat indahnya dunia

Aku tidak tahu apakah dia seorang tuan atau pun puan, karena bagiku apapun yang berada di dalam sana, tetap ku nanti dengan suka cita, tetap ku tunggu dengan debar yang sama. Aku menjadikannya tujuan hidupku selanjutnya.

Setelah aku, bertahan dari jam 11 malam hingga jam 2 pagi ini dengan ketuban yang hampir mengering, dengan pembukaan demi pembukaan akhirnya aku sampai pada puncaknya, di mana aku mati-matian berusaha untuk tetap sadar dan mendorong dengan sisa-sisa tenaga agar dia bisa dengan mudah melewati pintu kehidupannya.

Bulir-bulir keringat yang bercucuran tak menyurutkan cintaku untuk menjemput kehadirannya, jalan keluarnya yang robek dan koyak itu ku ikhlaskan agar mempermudah langkahnya, tepat lonceng berdetak menandakan jarum jam sedang dalam satu tujuan, aku merasakan lega yang luar biasa, ku rasakan ringan dalam tubuhku.

Sebelum ku menutup mata, karena lelah yang tak berkesudahan ini aku mendengar tangisan kencang darinya, tangisan yang begjtu merdu dan seakan menyirami diriku dengan ari sejuk untuk semua kesakitan yang telah berlalu itu,

Aku pun menangis dengan kelopak mata yang mulai layu sambil menipiskan bibir membentuk senyuman untuk menyambut kedatangannya di dunia ini, lalu kegelapan datang merayuku dan membawaku pergi dalam hening yang panjang..

.
.
.

Aku terpaku pada ingatan itu, ingatan yang benar-benar membuat dadaku menghangat dan sakit secara bersamaan, lalu ku rasakan sebuah tangan memelukku dari belakang dengan eratnya. Aroma yang menguar dari tubuhnya membuatku langsung mengenalinya tanpa berbalik untuk melihatnya.

Dia menenggelamkan kepalanya di ceruk leherku sambil berbisik “Mama jangan sedih lagi, air mata mama itu keramat bagiku” aku semakin terisak mendengar penuturannya. Dia yang bertahun-tahun lalu ku perjuangkan kini telah tumbuh menjadi seorang malaikat dengan penuh kasih sayang untukku, menjadi setiap kekuatan ku di setiap harinya.

Aku benar-benar bersyukur memiliki dia dalam hidupku yang penuh Lika dan liku, anugerah yang Tuhan berikan ini membuatku sadar bahwa Tuhan begitu mencintai umatnya.

Terima kasih untuk, waktu  air mata dan semua cerita yang telah berlalu. Menjadikanku seorang perempuan tangguh hingga saat ini


                         
07 Juni 2020

Perempuan Dalam KesalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang