Terlentang seorang gadis di bangku belakang mobil, menjadikan kedua lengannya sebagai bantalan sembari melihat ke langit-langit mobil yang tengah berjalan itu diam. Kedua orang di kursi depan melihatnya dengan hela nafas dan mata yang kecewa lewat kaca tengah. Sang pengemudi, pria paruh baya dengan rambut serupa dengannya membuka pembicaraan, raut wajahnya serius.
"Jadilah anak baik di Bullworth karena itu satu-satunya sekolah yang mau menerimamu setelah kamu dikeluarkan tiga kali dari sekolah di kota ini. Alasan lain, itu adalah sekolah khusus lelaki dan tak mungkin kamu bisa mengalahkan anak laki-laki."
Suara dengusan keluar kasar terdengar dari kursi belakang setelah mendengar pernyataan ayahnya yang memuakan. Dia memainkan lagu keras-keras dari ponselnya tidak peduli ayahnya yang sedari tadi mengatakan petuah-petuah yang menurutnya tidak mutu.
"SAKURA! DENGARKAN AYAHMU ANAK BODOH!" Amuk wanita bersurai merah merona dengan wajah yang muda, Sakura mendecih kemudian, mendudukkan diri. Mematikan lagu hardcore kesukaannya dan menatap mereka berdua dengan wajah yang tajam dari tempatnya duduk.
"Dan siapa gerangan engkau bisa semena-mena mengaturku?" Tanya Sakura dengan nada yang meremehkan.
"SAKURA! DIA IBUMU!" Murka Ayahnya memukul kemudi mobil keras, membuat Sara hendak menangis dalam diam, sebuah air mata buaya untuk melemahkan ayahnya yang bodoh. Sialan. Dia muak hidup dengan kehidupan tidak berguna.
"Dia bukan ibuku kalau kau lupa, ibuku adalah dia yang kau tinggal karena wanita penggoda ini kemudian, mati bunuh diri, bajingan." Ujar Sakura dengan nada rendah. Membuat keduanya diam seketika. Sakura mendecih, menatap sebuah papan tentang desa kecil bernama Konoha dengan mata yang terlalu gelap. Desa ini kecil, terlalu kecil, banyak pohon yang membuatnya seperti desa dalam hutan. Juga, tidak banyak bangunan yang bisa ditemukan, sebuah desa yang masih sangat berkembang.
Segera mobil itu berhenti di sebuah gerbang tinggi dengan seorang laki-laki dengan kemeja rapi berdiri menjulang, Sakura membuka pintu dan keluar dengan tidak sadar.
"Di kamar berapa aku harus tinggal?" Tanyanya tanpa basa-basi membuat lelaki dengan rambut abu dengan wajahnya yang ditutupi separuh tersenyum maklum, terlihat dari matanya yang sedikit melengkung.
"2303. Kau bisa langsung istirahat..."
"Sakura."
"Baiklah. Mari ikut denganku, Sakura. Akan kuberikan sedikit arti dari sekolah kebanggan kami ini."
"Hn."
Sakura melangkah dengan tas punggung warna merah muda dan tas koper lumayan besar di tangan kirinya. Dia tidak mengucapkan selamat tinggal pada ayahnya, tidak memeluknya dengan erat dan membisikkan kata rindu. Gadis itu tak peduli, dia berjalan sendiri masuk tanpa menoleh ke belakang.
Ayah beserta ibu barunya itu keluar dari mobil untuk berbicara dengan kepala sekolah perihal anak perempuan mereka yang 'sedikit bermasalah' mereka sudah terlalu maklum dengan sikap Sakura yang tidak terlalu memperdulikan dunia.
Ini masih jam pelajaran. Maka, tidak heran kalau tidak ada orang yang berlalu lalang di jalanan kompleks sekolah tersebut. Ini adalah sekolah khusus lelaki, dari taman kanak-kanak hingga universitas sehingga tempat pendidikan ini sangat luas.
Sakura memasuki sebuah asrama berwarna biru tua dengan plang bertulis High School di depannya, menunjukkan bahwa gedung asrama ini khusus untuk anak anak sekolah menengah atas.
Mereka masuk dan bau-bau anak laki-laki yang maskulin dan keringat merasuk ke indra penciuman Sakura. Tapi, dia tidak terlalu peduli. Toh, ia bahkan sudah terlalu familiar dengan darah. Maka, wangi keringat seorang lelaki bukanlah duri yang menusuk.
"Ini kamarmu dan kamar mandi ada di basement. Kau bisa istirahat tiga puluh menit, setelahnya tolong temui aku di kantor."
Sakura mengangguk dan segera memasuki kamarnya. Kamar itu terdapat dua tempat tidur tingkat dan berbagai macam fasilitas yang begitu bagus dan lengkap. Berarti Ia akan todur dengan tiga orang lainnya.
Baiklah. Tidak masalah.
Ia mengambil celana dalam dan bra serta handuk kecil. Tidak lupa seperangkat alat mandi berupa sabun, sikat gigi, pasta gigi, dan sabun cuci muka. Berjalan pelan di lorong asrama yang kosong dengan siulan, rambut merah muda panjangnya yang dikucir tinggi itu bergoyang pelan ketika dia berjalan. Dia menemukan basement yanh ternyata adalah ruang laundry dan ruang mandi.
Ia memasuki salah satu bilik kamar mandi, menutup kainnya dan segera menyegarkan tubuhnya yang begitu lelah. Sakura mengeringkan badannya dan memakai bra serta celana dalam rendanya warna merah muda. Kemudian, mengalungkan handuk basah itu di leher dan keluar.
Ketika ia keluar, ada banyak sekali laki-laki yang menatapnya dengan wajah yang kaget.
"Apa? Kalian tidak pernah melihat seorang perempuan hanya memakai pakaian dalam saja ya?" Katanya sembari mengeringkan rambutnya yang masih sangat basah, bulir-bulir air mengalir di tubuhnya yang sintal. Membuatnya tambah begitu menggairahkan.
Sakura tidak terlalu peduli, ia terus berjalan menuju pintu keluar menuju kamarnya dengan tak acuh sembari terus mengeringkan rambut merah muda sepunggungnya. Seluruh mata laki-laki yang membawa handuk karena hendak mandi itu mengikuti gerak-gerik gadis cantik tersebut.
"NANI?!" Mereka bergegas mengikuti gadis tersebut karena sadar, kenapa ada seorang gadis di pendidikan khusus laki-laki?!
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
idgaf
HumorSakura adalah anak berandal. Sudah tiga kali dalam setahun dikeluarkan dari berbagai macam sekolah karena sikapnya yang terlalu badung. Maka, pilihan terakhir adalah memasukannya ke dalam sekolah khusus laki-laki. Sebagai satu-satunya perempuan di s...