Bab 2. Nakal

15 0 0
                                    

"Andai luka tak pernah ada. Mungkin hidup ku bisa lebih tenang."
_____________________________________


Jam menunjukan pukul 00.00 petang. Tak ada tanda kepulangan Tasya, sudah biasa Tasya pulang larut bahkan pulang pagi. Malam ini aku memutuskan untuk menunggunya di ruang tamu sambil mengerjakan skripsi ku yang tak kunjung selesai.

Ting... tong...

Bel rumah berbunyi aku beegegas membuka pintu, karna yakin yang datang Tasya.

Cklik.. clik...

"Dion, kenapa Tasya? " tanya ku pada Dion.

"Dia mabuk berat, udah gue suruh berenti minum tapi dia maksa, ya udah gue anter pulang, gue gak bisa rawat soalnya rumah masih rame banget, jagain ya!" Jawab Dion menjelaskan

"Da.. Dion sayang, ich... Dia ganteng banget ya, gue beruntung. Ich.." ucap Tasya.

Dengan langkah sempoyongan Dion meninggalkan aku dan Tasya. Aku hampir terbiasa dengan keadaan Tasya yang seperti ini, namun malam ini benar-benar parah.

"Eh, ini di mana? Kok sepi sih, jelek lagi, hi..hi..hi.. pasti yang punya rumah gak modal." Racau Tasya.

Ya ampun ini rumah loe Sya, lu minum berapa botol sampe gak sadar rumah sendiri.

Aku berjalan membopong Tasya kekamarnya, lumayan melelahkan. Ditambah harus mempersihkan muntahannya.

Setelah selesai membereskan muntahan Tasya dan menidurkannya, aku kembali mengerjakan skripsi ku.

Keesokan hari ...

Karena kelelahan aku tertidur di ruang tamu, jam menunjukan pukul 06.00 pagi, aku bergegas mandi. Selesai mandi aku ke kamar Tasya ternyata dia masih tertidur pulas.

"Sya, gue ke kampus dulu ya. Masak sendiri ya, gue gak sempet masak takut kesiangan," bisik ku.

Aku pun bergegas pergi kekampus. Jarak rumah dan kampus tidak terlalu jauh, hanya terpaut 15 menit dengan jalan kaki.

"Hay Tian tunggu!" Teriak seseorang dari belakang.

Aku menoleh melihat siapa yang memanggil, "hay Rozak, ngapain lari-lari?" Canda ku.

"Ngejar loe, la-lagian punya kaki panjang banget ampe gak kekejar," ucap Rozak.

"Ha.. ha..ha.. ya udah lah, yang penting udah kekejar. Gimana skripsi udah beres?"

"Boro-boro beres, gue disuruh ngulang kelas nya pak Iman. Karna nilai gue belom cukup," keluh Rozak.

"Iya, sama sih zak. Ini gue juga di suruh ngulang kelas bu Ina yang soal majas nilai gue anjlok," balas ku.

Hampir 12 jam aku kuliah. Hanya untuk mengikuti satu mata kuliah dan mencari bahan skripsi di perpustakaan dengan Rozak. Jam 17.00 w.i.b aku pulang. Sesampainya di rumah, tak ada tanda-tanda Tasya dirumah.

Sya loe dimana? Kenapa gak bilang ke gue kalau pergi. Gak biasa-biasanya loe kaya gini.

Aku telefon handphone nya tak ada jawaban, berkali-kali aku chat pun tak ada balasan, rasa khawarir menyelimutiku, hingga aku tertidur di sofa ruang tamu.

Ting tung.... ting tung...

Suara bel berbunyi, aku langsung bergegas membuka pintu.

"Tasya,, loe dari mana? Gue dah nungguin loe dari tadi baru pulang jam segini. Gue tau gue gak berhak ikut campur, tapi loe udah kelewatan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COME HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang