4

14 3 0
                                    

Waktu terus berjalan, roda kehidupan terus berputar. Begitupun dengan sang Ayah yang harus terlihat tetap kuat di depan anaknya, meskipun dia tak lagi sekuat dulu.

“Ayah beli album foto baru buat apa ?” tanya sang istri saat melihat meja kerja suaminya.
“Itu buat mereka berdua nanti.” jawab suaminya dengan suara yang sudah mulai berserak.

” jawab suaminya dengan suara yang sudah mulai berserak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggap ada 2 ya gengs)

Dua album foto tersebut berbeda warna, dan ada nama yang tertulis di sampul album tersebut. Istrinya mengangkat dua album foto tersebut dan mulai membacanya. “Merah untuk Marchelexo Velkon, dan yang Biru untuk Camille Archenda”

 “Merah untuk Marchelexo Velkon, dan yang Biru untuk Camille Archenda”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa sepengetahuan sang suami, istrinya membuka album tersebut. Tanpa disadari, air matanya setetes demi setetes mulai turun mengaliri pipinya.





Keseokan harinya.

Archa yang dibuat bingung dengan suasana yang berbeda dipagi hari, mulai bertanya pada abangnya. “Bang kok, rumah sepi? Kemana Mama sama Ayah?”

“Mama sama Ayah, kerumah Nani.” Velkon terpaksa berbohong pada sang adik Archa, atas keberaaan kedua orangtuanya.
Archa hanya menganggukan kepala, dan pergi menuju ruang TV. Karena hari ini adalah hari minggu, jadi Velkon harus menjaga Archa seuai pintah sang ayah.

Saat matahari mulai tak menampakkan wujudnya lagi, Archa mulai gusar akan suasana rumah yang tak seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat matahari mulai tak menampakkan wujudnya lagi, Archa mulai gusar akan suasana rumah yang tak seperti biasanya.

“Where is my dad?!” tanya Archa dengan nada membentak pada Velkon.

Velkon mulai menghembuskan nafas berat dan dengan wajah setenang mungkin, agar adiknya tidak curiga. “Ayo ikut, Mama menyuruh kita ke Rumah Sakit.”

“Hei, siapa yang sakit?”
Pertanyaan Archa tidak dijawab oleh kakaknya. Hingga mereka tiba diRumah Sakit, Archa masih memberi pertanyaan pada Velkon.
“Velkon, kenapa kita harus kerumah sakit?”

Langkah mereka berdua terhenti didepan satu ruangan yang sunyi, dan hanya terdengan suara detak jantung yang dihasilkan oleh Electrocardiography

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah mereka berdua terhenti didepan satu ruangan yang sunyi, dan hanya terdengan suara detak jantung yang dihasilkan oleh Electrocardiography. “Kita sudah sampai, dan kecilkan suaramu Archa.”

Saat pintu dibuka oleh Velkon, Archa yang di belakang Velkon ikut masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat pintu dibuka oleh Velkon, Archa yang di belakang Velkon ikut masuk. Dia sontak kaget saat melihat seseorang yang tengah berbaring tak berdaya dikasur, dan dikelilingi berbagai macam selang ditubuhnya.

Archa yang tak mampu membendung air mata pun langsung menggenggam tangan tersebut yang telah terpasang selang infus.
“Ayah, kenapa Ayah gak bilang Archa, kalau Ayah sakit ?”

Velkon membelai rambut adiknya dengan lembut dan berkata, “Jika Tuhan sayang ayah maka kita harus terima semua ini dengan hati lapang.”

Tak lama, Electrocardiography tersebut mengeluarkan bunyi. “Tiiiiiiiiiit.” dengan satu garis merah lurus. Archa yang kebingungan pun keluar untuk mencari dokter.

Dokter pun ikut masuk keruangan bersama Archa.
“Maaf, kami sudah semaksimal mungkin merawat bapak, tapi Tuhan berkehendak lain. Kami hanya seorang dokter yang bisa menyembuhkan penyakit. Kami tidak bisa memprediksi apakah pasien kami bisa sembuh total atau tidak sama sekali.” tutur dokter tersebut, dengan memandang Ayah mereka yang telah menutup mata untuk selamanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah beberapa hari sepeninggalan sang Ayah, Archa maupun Velkon mulai menjadi anak yang pendiam. Mereka lebih sering menyendiri dikamar. Hingga ketika mereka berdua melihat sesuatu yang berbeda berada di rak buku kamar mereka masing-masing.

Saat mereka membuka buku tersebut, tanpa mereka sadari mereka meneteskan air mata kerinduhan yang telah mengalir di pipi mereka.

- The End -

Terimakasih sudah mau membaca cerita akikah
Maapin yaw jikalau nunggu cerita ini sampai menjamur di si orange

DurasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang