Mohon dukungannya, vote dulu ya baru baca, terimakasih!^^
Seperti sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Savanna yang selalu melihat sosok itu dari kejauhan tanpa berani mendekat. Sosok itu -yang ternyata pria yang sangat tampan- berjalan dikoridor kampus dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibir tipis menawannya menyapa hangat setiap siapa saja yang menegurnya, sifatnya yang humble membuat dirinya begitu terkenal dikampus ini. Sosok pria bernama Lee Donghae yang mengenakan kaos oblong putih dibalut dengan kemeja jeans berwarna biru serta dipadu dengan celana yang senada dengan kemejanya itu berjalan dengan santai disepanjang koridor menuju ruang kelasnya. Setiap langkah dari pria itu selalu saja ada perempuan-perempuan yang mengikutinya dalam diam atau bahkan bersikap seolah akrab dengannya. Ingin rasanya Savanna membuang mereka ke rawa-rawa supaya habis dimakan buaya.
Oke, Savanna mulai lupa bahwa dirinya tidak ada hak apapun melakukan itu. Ia menghela napasnya untuk beberapa saat.
Lee Donghae, kakak tingkatnya yang sangat terkenal dengan prestasinya, baik dalam bidang akademik maupun bidang non-akademik. Siapa yang tidak kenal dengannya? Bahkan semut didalam gua pun mungkin tahu siapa Lee Donghae. Sebut saja Savanna lebay, tapi memang itulah faktanya jika Lee Donghae memang seterkenal itu. Sifatnya yang ramah kepada siapapun, membuat ia semakin dicintai.
Savanna sudah lama mengagumi kakak tingkatnya, ia selalu menatap Lee Donghae dari kejauhan tanpa berani mendekat, bahkan untuk berkenalan saja pun rasanya Savanna tidak sanggup. Bisa melihat Lee Donghae dari jauh saja sudah membuat kinerja jantungnya bekerja lebih cepat, bagaimana jika ia harus berdeketan dengan sang pangeran? Mungkin saat itu juga ambulance akan datang untuk menjemputnya segera, dan Savanna tentu tidak mau itu terjadi.
"Dor!"
Suara seseorang yang begitu ia kenal seketika membuyarkan lamunannya, ia melirik kesal sambil mencebikkan bibirnya.
"Berisik."
Perempuan yang baru saja dikatai berisik oleh Savanna itu justru malah tertawa ringan, "Yaampun, biasa aja kali."
"Abis lo kalo dateng kayak jelangkung sih, suka tiba-tiba padahal gak gue undang."
Olin, sahabat dikampusnya memandang Savanna dengan pandangan kesal "Jahat lo!"
Savanna tidak menjawab protes yang keluar dari mulut bawel sahabatnya ini, ia kembali melihat objek yang sempat membuatnya melamun tadi. Olin pun karena sifat keponya diatas rata-rata ikut mengalihkan pandangan matanya ke objek yang dilihat oleh sahabatnya ini. Ia memutar kedua bola matanya dengan malas dan kembali melihat sahabatnya yang masih setia pada objeknya didepan sana "Lo gak capek?"
Savanna kembali melirik Olin, mengangkat alisnya bingung karena pertanyaan yang tiba-tiba sahabatnya lontarkan "Apa?"
"Disaat perempuan kampus sini berbondong-bondong cari perhatiannya tuh pangeran biar dinotice lo malah terus bersembunyi dibalik cangkang kayak gini. Asli, gue yang capek lihatnya." Kesal Olin kepada Savanna.
"Ya kalo capek gausah dilihatin lah, gue juga gak nyuruh lo buat lihatin tingkah gue yang aneh ini kan?"
"Sav..."
Savanna menghembuskan napasnya pelan dan memandang Olin dengan pandangan nelangsa, "Terus menurut lo gue harus gimana? Dari banyaknya fans dia yang gak terhitung, kalau misalnya gue nunjukin diri depan wajahnya apa mungkin dia bakalan ngelirik gue?"
"Who knows? Lo gabakalan tahu endingnya kalau lo belum nyoba."
"Tapi..."
"Stop ngomong tapi, sifat insecure lo ini yang bikin gue geregetan kayak lagunya Sherina. Rasanya pengen banget gue gantung lo ditugu monas."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Has Come
FanfictionBanyak cara yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan cintanya terhadap seseorang yang ia kagumi. Biasanya mulai dari dengan memberi bunga, cokelat, bahkan sampai sepucuk surat dengan rangkaian kata yang sangat romantis. Namun apa jadinya...