[4] Tentang sebuah kisah

606 115 26
                                    

bertahan di awal.

"kau mempercayainya?"















.
.
.

sore hari memang termasuk jam tersibuk. banyak orang yang ingin pulang dengan cepat selepas bekerja mau pun sekolah, hingga wajar saja jika jalanan kini terasa padat, dihiasi dengan senja kekuningan sebagai tanda bahwa matahari segera tenggelam.

berbeda dengan suasana didalam kafe. sahut suara orang terdengar samar, tapi menghasilkan bunyi yang berisik. hanya alunan musik yang dapat meredam sebagian.

changbin dan teman-temannya adalah salah satu kelompok yang duduk dipertengahan kafe. tiap sudut ruangan sudah diisi oleh beberapa orang, hingga tak tersisa lagi untuk empat dari mereka.

tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, hanya saling bercengkrama biasa dan saling bertukar kisah. oh, tentu saja yang paling banyak bercerita adalah hyunjin.

lelaki jangkung itu menceritakan keromantisan hubungannya dengan felix. terkadang jika ada bagian melebih-lebihkan, yang manis akan langsung memukul pelan lengan hyunjin, diikuti dengan tawanya yang khas malu-malu.

bisa disebut changbin dan minho hanya sebagai pendengar— atau tidak bagi minho. pria tampan ini malah semakin banyak mengeluarkan pertanyaan dan terus menggoda felix tentang kemesraan hubungannya.

berbeda dengan sosok yang duduk disebelahnya— siapa lagi kalau bukan changbin. lelaki itu hanya akan menaikkan kedua sudut bibirnya jika perlu, sambil sesekali menyesap latte yang sudah hampir habis.

"eh, tapi, sebenernya gue disini mau cerita sesuatu yang lain." ucap hyunjin tiba-tiba, menarik perhatian ketiga temannya.

suaranya terdengar serius, teman-temannya menanggapi, bahkan bising disekitar hanya dihiraukan, fokus mereka hanya kepada hyunjin yang menarik kursi kedepan agar semakin mendekat.

"kalian percaya... siren?"

minho mengangkat sebelah alisnya, berfikir sejenak sebelum mengucapkan sebaris kalimat, "gue pernah denger tentang siren, tapi nggak terlalu mendalami tentang siapa-mereka-itu. cuman pembahasan lo terlalu menarik buat diabaikan. so, lanjutin."

changbin mendengus geli, ucapan minho benar-benar terdengar berbeda. lelaki dengan hidung mancung itu tak pernah berbicara sedalam itu— maksudnya, hell, bahkan setiap saat omongan minho hanyalah omong kosong, berbeda dengan situasi sekarang.

sedang pria manis disebelah hyunjin mengerucutkan bibirnya lucu— changbin jadi mengingat seseorang yang tadi malam baru saja membentaknya hanya karena memikirkan orang lain.

tunggu, sejak kapan changbin memikirkan seungmin?

"siren itu yang suaranya bagus, bukan? mereka jahat! mereka nyanyi buat menarik perhatian anak buah kapal," sahut felix dengan emosi— yang mana malah terdengar seperti rengekan gadis kecil yang berusia lima tahun.

lalu melanjutkan, "setelah denger nyanyian siren, anak buah kapal bakal terhipnotis sendiri sama keindahan suaranya. mereka bahkan rela terjun dari kapal, nggak tau aja kalau udah nyampe bawah malah jadi santapan makan malam." berakhir dengan helaan nafas kecil sambil melanjutkan menyesap ice chocolatenya.

hello, seungmin | darkbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang