baku.
-/-
Pagi ini Dejun menyirami tanaman di pekarangan rumahnya. Menyapa beberapa tetangga tua atau seumuran dirinya, bahkan beberapa orang yang baru ia temui menyapa dirinya dengan hangat. Rumah kedua orang tuanya memang sangat menyenangkan. Banyak orang yang mengenali dirinya dan banyak teman bermain di taman saat ia masih belia.
Dejun tidak pernah melunturkan senyumannya sembari menyanyikan sedikit lagu kesukaannya. Bunga mawar merah yang ia tanam dua tahun yang lalu tumbuh subur dan sangat cantik. Ia akan menghadiahkannya pada Kun hyung saat hyung kesayangannya itu wisuda nanti. Tiga bulan lagi, Dejun sudah tidak sabar.
"Hey, Xiao."
"Hai- umh?"
"Oh, kau melupakanku?" Lelaki didepannya menunjukan raut kecewa yang sangat ketara di raut wajah tampannya. Si Xiao merasa tidak nyaman, apa ia harus berbohong?
"Tentu saja tidak!" Dejun membuat senyuman yang lebih lebar sembari tertawa canggung.
"Pembohong," Lelaki bersurai hitam itu tersenyum kecil, ia memasukan tangannya pada kantung celana; mengambil sesuatu dari dalam sana. Sebuah gantungan kunci berbentuk kotak dan bunga sakura ditengahnya ia perlihatkan pada Dejun.
Dejun memandang lelaki surai hitam dengan heran. Ia tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Atau ia hanya melupakannya? entah.
"Wong Hendery atau Huang Guanheng. Apa masih belum ingat?" lelaki yang mengaku mempunyai nama Hendery itu menunjukan lebih dekat gantungan kunci itu pada Dejun. Kilas balik saat ia memberikan seorang lelaki gantungan sakura sebelum ia pindah ke Korea memenuhi pikirannya.
Ia mengingatnya! Hendery Wong! sahabat lelakinya saat masih di taman kanak. Dimana pun ada Dejun, pasti Hendery ada dibelakangnya. Dan sialnya lagi, Hendery adalah cinta pertamanya. Dejun menutup mulutnya, ekspresi terkejut miliknya walaupun sedikit telat.
"H-hendery? Taman kanak-kanak happy sun?" Hendery mengangguk dan Dejun hanya membolakan matanya.
"Kau sudah ingat, kan? Dan apa kau ingat apa yang kau katakan sebelum terbang menuju Korea?" Dejun mengerjabkan matanya lalu menggeleng pelan. Mana mungkin ia mengingat kejadian lima belas tahun yang lalu! Mungkin, manusia paling genius sekarang ini juga akan melupakan apa yang ia katakan tujuh belas tahun yang lalu.
"Kau ingin tahu? karena ini janjimu kalau ingin tahu." Hendery memberikan gantungan sakura itu pada Dejun. Si empu yang menerima gantungan itu memandang Hendery dengan tatapan berbinar meminta jawaban secepatnya pada sahabat kecilnya ini.
"Apa?"
"Kau mengatakan, 'Aku akan menemuimu dan menikahimu saat kembali ke China suatu saat nanti. Aku berjanji. maka dari itu pegang bunga sakura ini!'"
Dejun terkejut bukan main. Hendery hanya tersenyum kemudian mengahapus jarak antara dirinya dan Dejun. Bibir keduanya menempel dengan sempurna dengan mata Dejun terbuka lebar. Hanya kecupan singkat, berhasil membuat Dejun lemas hingga jari kakinya.
Hendery memegang kedua pundak Dejun, "Ayo menikah!"
-/-
angetan banget parah
kaya tahu bulat.