Cahaya matahari pagi membias melalui jendela kamar membuat mataku menyipit karna silau, ku tutup wajahku dengan kedua tangan dan mengucek ngucek mata beberapa kali sampai penglihatanku sempurna. Aku segera turun dari ranjang lalu mengambil handuk, setelah itu menuju kamar mandi di sebelah kamar.
Kami semua melaksanakan sarapan pagi di meja makan.
"Sarapan yang banyak Fe, nanti di kelas biar semangat" kata kak Dita di sertai senyumannya.
"Iya kak" jawabku sambil menggigit roti yang telah diolesi selai nanas.
Rotinya sangat enak, aku sampai ingin menghabiskan semua roti yang tersisa di piring.Yang lain sedang fokus sarapan, tetapi si judes memperhatikan aku makan dengan tatapan tajamnya, dan sekarang aku menjadi salting sendiri.
"Lo makan belepotan" ucap Kak Alena agak dingin.
Akhirnya Kak Alena menjawab pertanyaan aku kenapa Alan sejak tadi memperhatikan aku. Hehe malu sekali, hampir aja baper sama sepupu sendiri.
Aku mengambil satu tissue di depanku dan langsung mengelap mulut.
"Fe, kalau Alan nakal nakal di sekolah kasih tau Bude, biar Bude hukum". kata Bude dengan nada candaan.
"Ck, apa an sih ma" kesal Alan. Mukanya tampak lebih dingin menyorot kearahku.
Duh seram banget deh, pingin aku colok tuh matanya pake garpu.
Bude hanya tersenyum.
"Feya, kamu berangkat sama Alan yah" kata Oma.
"Aku sama Edo" Protes Alan.
"Alan... Edo kan bisa naik taksi, Feya harus sama kamu. Kalau nyasar bagaimana?"
"Gapapa kok Oma, aku naik taksi aja" kataku kemudian memecahkan perdebatan Oma dan Alan.
"Enggak boleh, nanti kamu kenapa napa. Alan...
"Iya udah" potong Alan. Dengan nada terpaksa.
Ih nyebelin banget sih, kamu pikir aku mau berangkat sama kamu? Idih kalau bukan oma aku juga enggak mau.
"Gimana nih? Motor kamu tinggi banget" kataku menatap motor KLX hitam Alan. Rasanya aku akan memilih naik taksi aja, tapi takutnya Oma marah karna aku berangkat sendiri. Lagian aku belum tau dimana tempat sekolah baruku.
"Tapi bisa naik kan" katanya judes.
"Enggak bisa, susah. Ini ketinggian"
"Lo yang kurang tinggi" ketusnya.
Aku bersungut sebal, bisa bisa aku kesal sendiri menghadapi pria judes sekaligus sepupuku ini. Setiap kali ngomong selalu kasar. tidak adakah ucapan manis. misalnya, mau gue bantu? Huh dasar menyebalkan.
"Buruan naik" suruhnya.
"Iya iya" Aku dengan susah payah naik ke atas motornya sambil menahan rok span ku agar tidak terangkat, dan akhirnya bisa.
Motor Alan pun melaju...
Semua siswa di koridor menatap aneh ke arahku dan Alan yang sedang berjalan bareng. Sebenarnya bukan bareng sih, tapi aku mengekor di belakangnya.
Ada yang menatap bingung, ada yang bisik bisik dan sebagainya."Alan" panggilku pelan
"Hmm"
"Tungguin, aku malu"
"Sepatu gak di pake?" tanya Alan Masih fokus berjalan.
"Hah?" tanyaku tidak mengerti.
Alan menghentikan jalannya, dan berbalik badan, menatapku dengan muka seramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome To JAKARTA
Teen Fictiongadis lugu, rajin, mempunyai hoby menyanyi dan bercita cita menjadi penyanyi. Dia bertemu dengan seorang pria dengan sifat yang tidak bisa di tebak. kadangkala baik, kadang juga menjengkelkan.