Falsch 1

71 6 0
                                    

Petir menyambar di tengah binar. Membuat datar rongga dalam nalar. Berusaha tegar padahal pudar.

Sebuah kiasan dari waktu di mana mereka menyerang. Dari waktu di mana mereka meradang. Dari aku yang tumbang.

Ingin marah ....
Tapi ... aku menyerah.
Terlalu murah ....

Andai lidahku tak kelu, mungkin kita akan berseteru. Melontarkan segala yang telah berlalu. Dan membuat masalah baru.

Tutur kata yang sempat santun, kini berbanding terbalik tak menuntun. Mengolah logika secara beruntun, hingga tak sanggup melantun.

Aku tersipu, karena cacian tanpa malu. Aku terdiam, karena semua hanya bisa dipendam. Aku tersudut, karena memang aku badut.

Mereka pantas tertawa!

Kini ... aku lebih memahami tentang siapa dan bagaimana. Tak perlu mencari alasan dalam kata. Biarkan mereka menerka dan meraba.

Buat mereka sibuk mencari tahu apa yang akan aku lakukan. Buat mereka sibuk mencari cara untuk membuatku tak bertahan. Padahal aku sibuk dengan kebahagiaan.

Sesekali aku memikirkan. Namun, sering kali aku mengabaikan.

Nilai kehidupan yang kucari!

°
°
°
Bandung, 28 Februari 2019
- Abi -

HipokritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang