1

30 3 2
                                    

Hampir saja umpatan keluar dari bibir Fanya ketika sebuah mobil hampir menabraknya. Tapi gadis itu segera sadar diri, mungkin ia yang salah karena langsung menyebrang. Dengan berat hati -serta setengah kesal- gadis itu tetap melangkahkan kaki.

Pagi ini ia harus mempersiapkan beberapa hal, seperti laporan ke aktivis kampus. Berhubung dua minggu lagi ia diwisuda, semua masalahnya harus segera ia selesaikan. Toh selesai wisuda ia akan segera pulang ke Aceh untuk beristirahat sejenak sembari menunggu keberangkatannya ke Paris beberapa minggu lagi.

"Oi Fanya!" teriakan itu membuatnya yang baru memasuki gerbang kampus menoleh. Fernan tersenyum melambaikan tangan padanya, "ngapain lagi lo ke kampus? "

"Lo juga ngapain ke kampus?" bukannya menjawab ia malah balik bertanya.

Pemuda itu terlihat mengerutkan kening sebelum menjawab "gue ada urusan penting! "

"Ya udah gue juga sama. Udah ah gue harus ketemu mas Rafa! " setelah itu gadis itu segera berlalu menuju ruang aktivis yang dua tahunin ini jadi ruang favoritnya untuk istirahat selain musalla.

Baru saja menginjakkan kaki di ruang khusus akhwat, langkahnya terhenti ketika namanya dipanggil. Ia menoleh menemukan pemuda yang jadi alasannya kemari tersenyum ramah, "kirain nggak jadi datang! "

"Ya nggak mungkinlah aku nggak datang mas, targetnya semua urusanku harus udah selesai dalam minggu ini. Minggu depan aku mau perawatan buat wisuda." terang gadis itu, mengeluarkan sebuah kliping dari ransel, "ini mas laporan kegiatan kemarin, maaf aku baru ngasih! "

"Nggak papa. Lagian semua mafhum kok kamu sibuk! Oh ya boleh aku minta bantuan kamu nggak? " tanya Rafa menunjukkan kliping lain padanya, "yang lain pada nggak ada, aku juga ada kelas habis ini. Bisa nggak kamu antar ke alamat ini? Ini proposal yang belum sempat aku kasih!"

Berhubung setelah ini Fanya tak ada kegiatan lain, ia hanya mengangguk, "Cuma ngantar doang kan mas? "

Rafa mengangguk sambil memeriksa kliping yang Fanya bawa, sambil sesekali mengerutkan kening, lalu mengangguk lagi, "oke laporan kamu checklist, jadi kamu bisa relaks! "

"Syukran mas, jazakallahu khairan. Kalau gitu aku duluan mas, assalamualaikum! " pamit Fanya tersenyum pelan lalu segera keluar dari kantor aktivis. Bisa kehabisan oksigen ia kalau kelamaan di ruang itu. Jujur saja ia takkan mengelak bahwa ia menyukai Rafa. Pria itu begitu menyenangkan, menenangkan, dan tentu saja menarik.

Sambil melewati ruang-ruang yang lain, langkah gadis itu terhenti, mana kala matanya menatap sebuah brosur yang menawarkan pertukaran mahasiswa. Dulu, toga tahun yang lalu ia juga pernah mengikuti pertukaran mahasiswa itu dan lulus ke London, alasan mengapa target 3,5 tahun lulus harus 'ngaret' jadi 5 tahun.

"Masih aja natapin itu kertas. Mending lo terima lamaran gue, jadi kalau mau keluar negri nggak perlu repot mikir uang! " ucapan itu membuat Fanya menghela nafas. Hanya satu orang yang berani mengucapkan hal itu padanya. Dan orangnya adalah pemuda yang tadi pagi ia temui di gerbang kampus.

Gadis itu tak mengalihkan pandangannya, tapi tetap menjawab, " iya sekarang gue nerima lamaran lo, terus waktu gue berangkat buat lanjut magister lo nyikat yang lain. Lagian lo belum liat semua cewek Fer! "

"Di mata lo, gue nggak ganteng ya? " tanya Fernan setelah ia membalikkan tubuh. Pemuda itu mendengus pelan, "kalau bukan karena lo udah hijrah, udah gue rangkul lo dari tadi! "

"Lo ganteng kok! Cuma hati gue aja yang nggak kepincut sama lo. Udah ah gue punya tugas dari mas Rafa! " gadis itu melambai-lambaikan tangan, tanda tak ingin menyambung pembicaraan, "gue duluan. Ngomong sama lo Cuma ngabisin waktu gue. Assalamualaikum! "

LANGKAHWhere stories live. Discover now