Rencananya hari ini Ayra akan berdiam diri dikamar, tidur sepuasnya, dan berkutat dengan novel yang belum selesai ia baca.
Namun, siapa sangka Raya sahabat baiknya tiba-tiba datang menghancurkan rencananya untuk bermalas malasan dihari libur.Raya menarik tangan Ayra yang masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya, hingga akhirnya Ayra berhasil dibangunkan dari tidur malasnya.
"Ayolah Ra, temenin aku."Tak henti-hentinya Raya merengek kepada sahabatnya.
Pagi ini kakak Raya akan pulang ke Indonesia setelah sekian lama berada di luar negeri meneruskan kuliah dilanjut memgurus cabang perusahaan keluarga.
Raya berniat meminta sahabatnya untuk menemaninya menjemput sang kakak yang sangat ia rindukan."Oke oke Ray, aku anterin kamu jemput kakakmu" dengan tampang yang masih ditekuk, gadis cantik berambut panjang itu beranjak dari tidur malasnya.
Berbeda dengan Ayra yang bertampang lesu, Raya justru berjingkrak-jingkrak karna telah berhasil membujuk sahabatnya untuk menemaninya dihari libur.
Setelah mereka selesai bersiap, Ayra dan Raya bergegas turun dari kamarnya yang berada dilantai 2 untuk meminta ijin pada mama Ayra untuk menemani Raya.
Setelah mendapat ijin, mereka bergegas menuju bandara karena waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi sedangkan sang kakak tiba pukul 10 pagi. Tanpa membuang waktu mereka bergegas pergi menuju Bandara.***
2 jam perjalanan diisi dengan obrolan-obrolan santai dua orang remaja.
Jam sudah menunjukan pukul 10.00 seharusnya mereka sudah sampai sekitar 30 menit yang lalu namun, perkiraan mereka kurang tepat dikarenakan keadaan jalan yang cukup padat merayap."Bagaimana kakakmu? Apakah tidak apa-apa aku ikut menjemputnya?" dikeramaian suara klakson yang saling bersautan Ayra memotong Raya yang sedari tadi tidak henti-hentinya menceritakan pria yang saat ini menjadi idolanya.
"Hmm..." Raya berhenti sejenak. Memikirkan kakaknya yang sudah lama tidak ia temui.
"Entahlah" Raya menghendikkan bahu ya."Selama 2 tahun aku berteman denganmu, aku tidak pernah bertatap muka dengan kakakmu. Aku takut merasa canggung saja" Ayra meringis membayangkannya.
Waktu sudah menunjukan pukul 10.30. Satu kata yang sudah pasti, Telat. Entah bagaimana sang kakak yg sudah menunggu sedari tadi. Raya berharap kakaknya dapat memaklumi keterlambatannya.
Sesampainya di Bandara, Raya langsung mencari kakaknya yang sudah menunggu disalah satu cafe yang ada disana. Sebelumnya Raya sudah diberi tahu melalui whatsapp.
Raya menghampiri sang kakak sambil menarik lengan Ayra untuk mengikutinya."Kak maaf, tadi dijalan macet" Raya menuntun Ayra untuk duduk bersamanya. Posisi Ayra berada ditengah antara sang kakak dan Raya karna kebetulan meja Cafe tersebut berbentuk lingkaran dengan empat kursi.
"Duduklah, pesan apapun yang kamu inginkan" Pria itu berbicara tanpa sedikitpun menoleh kepada Raya maupun Ayra.
"Baiklah"
Mereka makan dalam keheningan. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka. Kakak Raya pun terlihat sibuk dengan handphone canggihnya.
Hingga setengah jam kemudian, pria tersebut berdiri dari kursinya setelah melihat sang adik tidak memakan apapun lagi.
Tanpa berkata, ia melangkahkan kakinya keluar dari Cafe setelah ia membayar pesanannya pada kasir yang tersedia diikuti oleh dua orang yang sedari tadi saling tatap tak mengerti.
Ayra sempat bingung dengan suasana antara kakak beradik yang seperti orang asing. Mungkin karna lama tidak berjumpa pikirnya.***
Mereka akhirnya sampai di kediaman keluarga Raya setelah menempuh perjalanan yang sangat membosankan.
"Kak tunggu" Raya memanggil sang kakak ketika dilihatnya pria tersebut akan menaiki tangga menuju kamarnya.
Pria itu menoleh pada sang adik, seketika ia tertegun melihat adiknya bersama seseorang yang menurutnya sangat cantik hingga ia sulit untuk mengalihkan pandangannya.
Raya sedikit kesal karena melihat respon kakaknya yang tidak mengindahkan panggilannya.
Namun disaat ia menemukan arah pandang kakaknya pada sahabatnya, ia tersenyum mengerti."Kak, kenalin ini sahabat Raya namanya Ayra. Tadi Raya belum sempat kenalin sama kakak"
"Ekhm... sejak kapan kamu bawa teman?"
"Ya ampun kakak, sedari tadi Raya jemput kakak di Bandara kan Ayra ikut kak. Kakak saja mungkin yang tidak memperhatikan" Raya membelalakan matanya tidak percaya. Bagaimana mungkin kakaknya tidak menyadari Ayra yang sedari tadi menemaninya.
"Hmm" ia hanya berdehem sebentar sebelum melanjutkan langkahnya.
Raya melihat kearah Ayra sejenak.
"maaf ya Ra, kakak emang begitu orangnya""Iya Ray tidak apa-apa"
Ayra dan Raya beranjak menuju ruang keluarga tanpa diketahui seseorang sedang menatap mereka tajam, lebih tepatnya menatap kearah Ayra.
Kebetulan di kediaman keluarga Raya memang sangat sepi, orangtua Raya sedang perjalanan bisnis ke singapura dan dirumah tersebut hanya tinggal Raya dan beberapa pembantu ditambah kakaknya yang baru saja pulang dari luar negeri.
Sedangkan Ayra sudah beberapa kali menginap karna Raya yang merasa kesepian. Orangtua Raya pun sudah mengenal gadis remaja tersebut.***
Dalam keheningan malam, Ayra berajak keluar kamar menuju dapur untuk mengambil minum.
Ia merasakan kehadiran orang lain atau lebih tepatnya ada yang mengikutinya.
Entah memang ada atau hanya perasaannya saja ia tidak terlalu mempedulikannya, Ayra yakin keamanan rumah Raya sangat ketat dan canggih jadi tidak mungkin ada perampok atau semacamnya.Setelah Ayra meneguk minuman yang ia ambil didalam kulkas, Ayra segera beranjak kembali kekamar Raya.
Tanpa ia duga saat ia berjalan ia tersentak saat ada seseorang yang memegang bahunya.Pengen liat respon pembaca dulu.
Apa tulisan aku ini layak dibaca 😅1 Vote lanjut
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM YOURS
AcakTentang seorang CEO yang menginginkan gadis SMA. Davero William Grisham, Pria berusia 27 tahun CEO dari Grisham Group yang memiliki perawakan tinggi dan tampan dengan karakter yang keras. Ayra Mutiara Mayesha, gadis berusia 17 tahun siswi SMA kelas...