kelas teater & no tak dikenal

34 6 1
                                    

Tak lama dengan sikap alfin memandangku begitu aku memutuskan untuk pergi ke kantin, dikantin aku berjumpa bi ina yang sedang sibuk membuatkan siomay. Aku memesan 2 porsi siomay. Aku kesal dengan sikap Alfin, seharusnya dia tidak melakukan itu kepadaku. Setiap dia menyukai seseorang aku selalu mendukung dan menyemangatinya tapi disaat aku yg begitu dia malah bersikap egois. Aku menelpon Mila dan menyuruhnya untuk menyusulku di kantin, aku dan mila berbicara tentang alfin dan kami sepakat menyebutnya egois dan agresif .

Aku berjalan dikoridor bersama Mila, dan kami berkhayal tentang les teater yang dimentori oleh Pak Johan. Kami berbicara tentang dia, tak lama kami melihat Pak Johan sedang berjalan ke arah kami. Aku dan Mila meminta maaf soal kejadian kemarin di pinggir jalan. Dengan senang hati pak johan menerima maaf kami. Jujur aku bahagia sekali, dan berfikir aku bisa mendekatinya meskipun dia seorang guru. Tak sengaja seorang anak laki laki menabrak ku dari belakang dan tanganku memeluk pi ggang pak Johan. Jantungku berdebar dengan kencang, dan apakah pak Johan juga begitu atau biasa saja.

Kejadian tadi siang membuatku tak bisa tidur, aku terus saja memikirkan pak johan apalagi pertemuan tak sengaja di pinggir jalan itu yang terus membuatku terbayang bayang akan aura seorang Johan. Siapa yang tidak menyukai pria seperti Johan, dia Ganteng, memiliki pekerjaan bagus dan juga ke pribadian, meski pun dia terlalu menyayangi uang 2 rb nya itu tapi itu wajar karena uang sangat berharga.

Besoknya aku dan Mila berangkat kesekolah ber dua lagi. Aku menceritakan soal tadi malam karena aku tidak bisa tidur karena Pak Johan, selama diperjalanan aku melihat sosok yang sangat familiar yaitu Alfin Akbar. Aku berharap Alfin tidak bersikap seperti kemarin. Dan untungnya dia tidak bersikap seperti sebelumnya.

Sekian materi yang ibu sampaikan,terima kasih... Ucap bu ida guru Bahasa indonesia kami.

Berikutnya adalah jam pak Johan. Aku sudah mempersiapkan diri untuk bertemunya hari ini. Aku melihat kaca kecil dan memeriksa apakah aku sudah cantik. Dan tak lama pak johan masuk dengan membawa infokus dan laptop. Dia memperlihatkan bagaimana cara menjadi seorang aktor yang baik. Kemudian mila membisikan ku, "sudah ganteng, dia juga pintar menjadi aktor". Aku menyabungnya dengan berkata 'SEMPURNA' . Tapi alfin terus memperhatikan ku, dia memandang pak johan sinis dan selalu membuat keributan, dia melontarkan pertanya an bodoh yang jawabanya mungkin sudah tahu apa jawabnya.
Setiap pak johan berkata siapa yang tidak mengerti Alfin selalu menunjuk tangan dan berkata, 'sayaaaaaaaa'.... Ya Alfin kata pak johan. "Saya kebelet berak pak". Dan begitu semua isi kelas tertawa termasuk aku.

Namun satu yang membuatku marah kepada Alfin, dia mengabaikan ku. Aku segera berjumpa alfin di pojok koridor. Aku tidak melighatnya, aku segera menelponnya tapi dia tidak menjawab telpon ku. Ada apa dengan alfin. Tak lama pergi dari sana aku segera berjumpa Rayen, Rayen adalah teman Alfin aku bertanya dimana Alfin,tapi Rayen sengaja menyembunyikan sesuatu dariku. Aku terus bertanya dimana Alfin tapi dia berkata tidak tahu

°°°

Sabtu, hari ini adalah pertama kali les teater itu dimulai. Aku sama sekali tidak tahu apa apa tentang akting, dan yang aku tahu hanya hal kecil tentang johan. Aku dan Mila pergi ke tempat teater itu, ternyata nama aula teater itu adalah alexander aula. Nama nya terdengar mewah dan aku befikir pemiliknya adalah orang bule. Ternyata itu adalah aula milik keluarga pak Johan

Kami berjumpa alvin disimpang gang didekat rumah Mila, ternyata dia menunggu kami.
"Alfin,kamu kemana aja?, Kemarin kok nggak sekolah?", Alfin hanya tersenyum tipis mendengar ucapan mila."GPP, malas aja"
"Aku kira kamu gak ikut les ini" ucapku
"Kalau aku ga ikut, dan si johan berengsek itu buat onar yang lindungi kalian siapa!"
Alfin memang berkata kalian tapi aku percaya sorot mata ya berkata bahwa itu aku.
"Emang apa yang membuat Johan itu istimewa sih, sampai sampai kalian menggilai si Johan brengsek".
"Dia ganteng, pintar, baik, pekerjaanya bagus, pengusaha muda, dan dia aktor teater". Saut mila menjawab Alfin.
"Dan disaat dia memandang kami pandangan nya hangat dan nyaman dia juga dewasa cocok untuk menjadi pendamping dan yang pasti dia menarik, makanya Jennie jadi suka". Kata mila lagi.

JENNIE (Cinta Untuk Alfin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang