*

29 4 4
                                    



Hembusan angin kencang yang menemaniku menikmati senja yang sedikit lagi akan menghilang. Jauh disana sekelompok burung camar tampak terbang kembali kesarangnya. Gemuruh ombak kian lama kian menggema. Hamparan pasir yang rasanya menggelitik kuhiraukan begitu saja. Terkadang aku tersenyum saat perkataanmu mulai merasuki pikiranku. Jujur aku begitu terbuai. Aku tidak pernah membayangkan jika wajahmu akhir-akhir ini kan merasuki pikiranku. Bahkan terkadang kau hadir dalam mimpi indahku. Rasa kagum, terkesan dan seolah-olah tak percaya itulah yang aku rasakan saat ini. Sekarang senja benar-benar hilang dari pandanganku. Kutelusuri hamparan pasir yang membentang dan kutinggalkan jejak diatasnya. Kulihat diujung sana seseorang tengah melambaikan tangannya kearahku. Terkadang aku harus berlari kecil untuk sampai disana. Karena, aku juga tak ingin terjebak oleh gelapnya malam.

"Kau lelah?".

Dimulai berbicara saat aku telah berada tepat dihadapannya. Aku hanya menanggapinya dengan anggukan. Bukannya aku tidak peduli. Namun, rasa lelah ini membuatku sulit untuk bernafas. Sesekali dia membelai rambut panjangku dan mulai berjalan. Meninggalkan tepi pantai yang sebentar lagi akan diterangi oleh cahaya bulan. Sesekali aku melirik, namun dia terlihat fokus menatap pasir-pasir yang ia injak. Tangan ini mulai menggenggam satu sama lain dan mengeratkan jari jemari. Rasanya aku tak ingin melepaskan tautan meski hanya sedetikpun.

"Duduklah, biar aku yang memesan".

Dia mulai berbicara kembali dan kulihat dia berjalan menerobos kerumunan orang yang berlalu lalang didepan sana. Tepat disampingku kulihat sepasang kekasih yang tengah menikmati makanannya. Sesekali mereka saling menebarkan kemesraannya. Aku hanya tersenyum sinis melihat adegan seperti itu. Aku memalingkan pandanganku kearah lain. Namun, semuanya terlihat sama tak ada yang berbeda dari pandanganku sebelumnya. Aku menghela napas panjang dan membuangnya dengan perlahan. Aku mencoba mencari kesibukan dengan memainkan ponselku dan berharap rasa kesal itu akan menghilang. Kenapa dia begitu lama? Aku tidak ingin terlihat menyedihkan dihadapan mereka. Aku membatin.

"Apa kau ingin mengabaikanku?".

Aku menutup ponselku dengan tangan mungil ini. Ketika sebuah suara itu sedikit membuatku tersentak. Aku hanya tersenyum dan menatapnya dengan penuh ketulusan.

"Apa kau akan terus menatapku?".
"Makanlah! ".

Aku hanya mengangguk dan menikmati hidangan yang ia berikan. Dari arah yang jauh dapat kulihat gelombang ombak masih terlihat jelas dari pandanganku dan pohon kelapa tampak menari-nari mengikuti hembusan angin yang tenang. Sesekali aku tersenyum mengingat setiap momen yang pernah tercipta disana.

"Yuna..".
"Apa kau senang?".

Dia mulai bertanya kembali dan aku hanya mengangguk.

"Terima kasih sudah membawaku ketempat ini". Ucapku
"Yuna.. Aku harap kau tak melupakanku".
"Aku juga berharap begitu".
"Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa makan teratur. Mengerti". Ucap junho
"Iyaa. Kamu juga jaga dirimu baik-baik disini". Kataku.


Dia hanya tersenyum dan menatapku begitu lekat. Aku tak mampu mengalihkan tatapan ini. Entah kenapa dia begitu pintar membuat hati ini bergetar. Meskipun hanya lewat dengan sebuah tatapan. Aku ingin menghakhirinya. Namun, batin ini terasa tak rela. Terkadang aku juga ingin membelai lembut wajah tampannya dan memeluk erat raganya. Akan tetapi, jika dia tak memulainya lebih dulu aku tak berani untuk melakukannya. Aku hanya bisa berharap dan menantikan sebuah keberanian dalam jiwaku. Maafkan aku jika aku harus pergi. Meninggalkan semua kenangan yang penah kita buat bersama. Aku berharap ini bukan akhir dari segalanya. Karena aku pergi untuk kembali. Aku akan merindukanmu. Junho. Batinku.





Terima kasih sudah membaca cerita baruku 😊. Jangan lupa comment dan votenya!

Ada Apa Denganmu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang