02; Skinship

6.9K 752 128
                                    

I Love you so much, and i'm not joking.
.
.
.

Tangan ku dengan gemetar merogoh tas selempang yang memang selalu kubawa ketika bepergian, mengambil sebuah sapu tangan kemudian menyodorkannya pada Jimin.

Aku tidak peduli jika ia berfikir bahwa aku orang yang kuno karena masih memakai sapu tangan, padahal zaman sekarang tisu dijual dimana-mana.

Aku hanya ingin ikut menyukseskan go green.

Ia masih tersengal, sepertinya sebelum aku melihatnya tadi ia sudah berlari selama beberapa waktu.

Aku tidak bisa berhenti menatap nya yang berusaha untuk mengelap setiap tetes keringat yang membasahi setiap inci kulit wajah dan lehernya.

Aku bukan Jiyeon jika tidak menangis di saat seperti ini saking terharunya.

Jimin terlihat khawatir saat melihat pipi ku mulai basah, "Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan suara serak, mungkin dia kehausan. Aku jadi merasa bersalah tidak membawa sebotol air hari ini.

"Ah, ya aku tidak apa-apa. Gudang ini sangat berdebu, membuat mataku terasa perih." Jawab ku beralasan. Padahal kukira ia tidak akan menyadarinya karena kondisi gudang yang sedikit gelap.

"Kalau begitu ayo kita keluar saja." Ajaknya hendak membuka pintu gudang namun aku menahannya.

Aku menyentuh tangannya untuk kedua kalinya.

Kumohon, jika ini benar-benar hanyalah mimpi. Aku ingin tidur selama mungkin.

Dia menoleh kearah ku, "Mereka mungkin saja masih berada di luar sana mencari mu." Aku memberi alasan. Bukan hanya karena aku ingin berlama-lama dengannya, tapi aku benar-benar khawatir jika para gadis itu masih berada diluar.

Dia mengangguk pelan, "Benar juga." Kemudian kembali bersender pada dinding.

Kami saling berhadapan, dan suasana begitu hening selama beberapa saat. Dia tenggelam dalam pikirannya sementara aku memanfaatkan momen untuk terus menatapnya. Fangirl harus pintar mengambil kesempatan.

"Sasaeng sungguh mengerikan." Ia akhirnya bersuara. Sudah kuduga, para gadis itu pastilah para fans pengganggu yang terlalu fanatik.

"Aku sangat berterimakasih padamu." Katanya lagi, "Aku tak tahu akan sampai mana kesanggupan ku berlari jika terus dikejar seperti tadi." lanjutnya.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika saja mereka berhasil mengejarku, menyentuh ku dimana-mana, merobek baju ku, mengambil gambar dan video ku," Ia bergidik ngeri, namun terlihat sangat lucu. Kalian para ARMY pasti tahu bagaimana seorang Jimin jika ia sedang bercerita dengan semangat.

Aku hanya menyimak mendengarkan, sesekali tersenyum kecil.

"Benar-benar gila, mereka seperti Usain Bolt versi wanita. Harusnya daripada mengejarku, mereka menjadi atlet lari saja, bisa mengharumkan nama negara." ujarnya lagi, kali ini aku tidak bisa membendung tawaku.

"Maaf, kau sangat lucu." kataku merasa bersalah saat tiba-tiba saja ia berhenti bicara.

Kukira dia tersinggung, tapi ternyata dia malah ikutan terkekeh dengan matanya yang hampir hilang saat tertawa.

"Ngomong-ngomong apa kau mengenal ku?"

Aku tertegun sejenak, tak tahu harus menjawab apa. Aku tidak mungkin berbohong bahwa aku tidak mengenal nya, bagaimana pun dia seorang bintang besar yang hampir seluruh orang di Korea Selatan mengenalnya, terlebih sosok muda-mudi sepertiku.

Marrying Mr. IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang