"Kang Bitna?"
"Hadir bu"
"Lee Jeno?"
"..."
"Lee Jeno?"
"um.. belum masuk bu"
"ck! kemana lagi sih anak itu, kebiasaan"
Ya, memang kebiasaan jeno untuk membolos, kadang kadang masuk tapi itu juga siang, entah sudah berapa surat peringatan yang dikeluarkan untuknya, namun tetap saja tidak ada perubahan.
"siapa ketua kelas disini?"
"saya bu" jawab bitna
"nanti suruh jeno menghadap kepala sekolah, yaampun anak itu benar benar" eluh bu irene, wali kelas kami, yang bisa dilihat,
sudah lelah dengan dengan perilaku jeno.
----
Setelah pelajaran pertama usai, seperti yang ditugaskan, perempuan berambut hitam sebahu itu pergi mencari jeno si pembolos.
Biasanya jam segini jeno dan teman teman membolosnya ada di tongkrongan belakang sekolah, tidak mungkin di kantin seperti siswa yang lain, karena pastinya di kantin mereka tidak bisa bebas merokok.
Hanya ada satu jalan untuk sampai ke tongkrongan belakang sekolah tanpa melewati keamanan, yaitu loncat pagar. Tapi itu tidak mungkin dilakukan bitna mengingat dia menggunakan rok.
Jadi ia lebih memilih untuk pergi ke kantin dan menunggu jeno meloncati pagar, kalau dia mau balik ke kelas, itupun kecil kemungkinannya.
"Jaemin! liat jeno ga? gue ada perlu nih"
Jaemin adalah teman baik jeno, mereka satu tongkrongan dan hampir setiap waktu bersama, dimana ada jeno disitu ada jaemin.
Jaemin yang terlihat bercucuran keringat sambil tergesa gesa meneguk minuman dingin hanya menggelengkan kepalanya.
Aneh, gak mungkin rasanya jaemin gak tau dimana jeno..
Dibandingkan bertanya lebih lanjut, bitna lebih memilih untuk kembali ke kelas,
ngapain juga menunggu jeno yang gak pasti.
Sampai bel pulang berbunyi bitna tidak bertemu jeno, sebenarnya bitna khawatir, kalau jaemin saja gak tau dimana jeno, siapa lagi yang mau dia tanya? apa jaemin bohong? atau—
ya apapun alasannya bitna mencoba untuk bodo amat dan membiarkan jeno yang sudah 18 tahun menyelesaikan urusannya sendiri nanti.
----
"Bitnaaaa!"
Aku yang saat itu sedang tidur tiduran di kasur membaca novel segera bangun keluar dari kamar menuju dapur di bawah.
"Iya ma?"
"Ini mama habis masak, tolong anter ke rumah jeno, siapa tau dia belum makan"
Rumah jeno memang tidak jauh dari rumah ku, itu makanya kita berteman dari kecil, kira kira kalau jalan kaki hanya butuh 10 menit.
Semenjak kepergian bunda jeno dari rumahnya, mamaku sering masak dengan porsi lebih banyak, yang nantinya sebagian akan diantar ke rumah jeno.
Walaupun jeno punya pembantu, mama bilang masakan seorang ibu itu berbeda.
Aku segera berganti baju, menggunakan pakaian yang lebih hangat karena sekarang sudah jam 7 dan pastinya diluar agak dingin.
----
Rumah jeno itu besar,
tapi sepi.
ya karena hanya ditinggali tiga orang ; jeno, ayahnya dan bibinya.
Terlebih lagi, Ayahnya jarang aku lihat dirumah akhir akhir ini."ehh non bitna, masuk non" sapa bibi dengan senyum hangatnya setelah aku memencet bel.
Bibi ini sudah bekerja di rumah jeno lumayan lama, dari bayi sepertinya, karena seingatku dari dulu bibi sudah ada menemani jeno.
"gak usah bi, ini mau nganter makanan aja dari mama" kataku membalas senyuman bibi sambil memberikan bungkusan makanan yang telah disiapkan mama tadi.
"aduuh non repot repot banget, den jenonya aja belum pulang.. makasih banyak ya non sampein juga makasih ke mama"
Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
belum pulang? jeno kemana ya?
Tidak lama setelah aku berjalan pulang dari rumah jeno, aku mendengar suara motor besar dari kejauhan.
Aku memfokuskan pengelihatanku ke sumber suara.
Samar samar bisa aku lihat,
itu Jeno.
Dengan seragam lusuh,
rambut acak acakan
dan wajah yang sepertinya..terluka?
----------------------🐝----------------------
Hai! Terima kasih udah mau baca ceritaku! Terima kasih juga yang udah nyimpen cerita ini ke library atau reading list!
you can follow me on twitter @hyuckbabee
to know me better hehehevote and comment is highly appreciated!♥️

KAMU SEDANG MEMBACA
Ever Since | Lee Jeno
Fanfiction'' He has never been the same ever since '' [Lee Jeno au] -hyuckbabee, 2019