Awal

83 10 0
                                    


Teruntuk,  siapa pun yang membaca ini.

Ketika lelah maka beristirahatlah, jangan paksakan sekalipun usaha keras memang dibutuhkan. Kita semua hanyalah manusia biasa yang memiliki titik jenuh dan lelah. Jangan paksakan mental dan tubuhmu, itu tidak baik dan hanya akan membuatmu semakin terjatuh.

Jika yang kamu inginkan adalah kepahitan, maka seduhlah atau belilah segelas kopi hitam. Rasakan pahitnya yang jujur tanpa pemanis apapun.
Kopi disukai orang-orang dewasa yang terbiasa dengan pahit. Mungkin mereka berpikir jika pahit adalah sebuah rasa yang jujur bukan seperti manis yang bisa di buat dan di takar.
Jika yang kamu inginkan adalah kemanisan setelah pahitnya kopi mengguyur semua ragamu, maka ambillah sebungkus permen, minumlah minuman manis, atau suapkan sesendok kue ke mulutmu, biarkan ia mengecap rasa manis setelah pahit membelah sebelumnya.
Tapi jika yang kamu butuhkan adalah tawar dan hambar seperti hatimu yang mulai tidak dapat merangkai perasaan yang tengah di rasakan, teguklah air putih sebanyak mungkin hingga perutmu penuh dan tidak dapat lagi menampung apa-apa.
Jika yang kamu butuhkan adalah ketenangan, maka pergilah ke sebuah tempat di mana tidak ada keributan di sana. Kamu bisa beranjak, mengelilingi toko buku atau perpustakaan, mencium bau-bau buku baru, melihat orang-orang yang tenggelam dengan bacaannya atau kurunglah dirimu di dalam kamar. Matikan lampu atau buat suasana remang-remang, putar lagu-lagu yang kamu pikir bisa mengungkapkan perasaanmu dan menangislah.

Menangislah sekencang mungkin.

Menangislah hingga dadamu sesak dan pedih.

Menangislah hingga kerongkonganmu kering.

Menangislah hingga matamu memberat, merah dan basah.

Menangislah hingga rambutmu berantakkan.

Menangislah dengan tangan yang memegang dada, berharap tangan itu dapat mengeluarkan jantungmu dan menghentikannya sekejap agar tidak ada sakit yang bisa kamu rasa.

Menangislah hingga semua buku jarimu memutih karena terkepal terlalu erat.

Menangislah dengan segala hal yang ingin kamu sampaikan namun tak dapat terucapkan.

Menangislah sembari menyebut nama-nama yang membuatmu kecewa. Sebutkan hal-hal yang megganggu hatimu, keluarkan semuanya dalam nada sendu dan bila perlu, berteriaklah tanpa perduli jika ada yang mendengar pilumu.

Namun jangan pernah menyalahkan Tuhan atas segala yang terjadi.
Jangan pernah menuntut sebuah kebahagiaan dan hanya terfokus dengan sakit yang kamu rasakan.
Menangislah namun jadikan airmata itu kekuatan untuk menahan sisanya agar tidak lagi tumpah.
Menangislah dan jadikan itu penguat jiwamu yang rapuh dan patah.
Semua hal akan membaik, yakinkan dirimu meski sulit dan sakit. Semua akan menerang dan sakitmu akan menghilang. Waktu akan menyembuhkannya tapi jangan berharap tanpa mengambil sikap.
Kumpulkan kepingan hatimu yang hancur, satukan perlahan, tidak apa jika membutuhkan waktu lama karena dia berhak untuk terbiasa dengan segalanya. Ambil satu persatu kepingannya, pelajari hal baru dan sudut pandang baru yang membuatmu paham jika setelah semua rasa sakit akan selalu ada kebahagiaan yang menghapus segalanya. Mungkin membutuhkan banyak waktu, mungkin kamu lelah menunggu, tapi jangan menyerah.
Coba lihat lagi ke belakang, ada banyak hal yang telah kamu taklukkan, telah banyak airmata yang tergantikan dengan senyuman. Ada banyak kesedihan yang berganti kebahagiaan.
Kamu telah melakukan banyak hal dengan baik. Kamu telah menunjukkan kepada dunia jika kamu bukanlah semut kecil yang bisa di injak dan mati begitu saja. Kamu kuat, terlampau hebat hanya untuk menyerah di tengah jalan meski bahumu telah memberat karena segala beban.
Bertahanlah sedikit lagi, setidaknya, jika langkahmu menemukan kegagalan, matamu akan tetap menoleh ke arah kesuksesan yang akan datang walau ntah kapan.
Karena semua butuh proses dan pengorbanan.

Sekali lagi,  yakinkan dirimu jika kamu kuat. Ada banyak tangan yang akan sigap merangkulmu,  menangkap jatuhmu,  dan menerima segala kurangmu.
Jangan terfokus pada dunia yang membiru, sibuk membebankanmu. Dunia memang begitu,  terkadang keterlaluan dalam memberi lelucon. Sudah tau manusia banyak keluhnya, hal kecil saja bisa besar lalu meledak, tersinggung dengan mudah apa lagi pada hal-hal besar yang memusingkan.

Jadi teruslah hidup. Tidak peduli betapa banyak keinginan untuk mengakhiri, lawanlah dengan terus bernafas. Jika dunia keterlaluan,  maka tunjukkan jika kamu bisa lebih dari itu,  setidaknya bisa mengimbangi segalanya. Teruslah hidup karena mati sebelum meninggal itu,  sesuatu yang sebenarnya tak ingin hatimu rasakan.

KELAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang