empat

413 74 6
                                    

"seo."

"hah paan?"

"lo kenal shuhua?" tanya juyeon.

"kenal. emang kenapa?"

juyeon menggeleng singkat.

eunseo tertawa pelan. "kenapa? lo naksir dia?"

juyeon melotot. "gila ya lo."

"kalau gak suka, biasa aja dong yeon." eunseo kemudian terbahak kencang. setelahnya tawa eunseo berhenti karena buku-buku paket yang hampir jatuh dari tangannya.

"kalaupun lo naksir, gue dukung kok. tapi jangan lo sakitin. walaupun garang dan cantik, doi belum pernah pacaran," lanjut eunseo.

"lo tau banget tentang dia."

eunseo mengangguk. "dia sepupu gue. dari kecil gue main sama dia. jadi tau hidupnya gimana."

"sampai sekarang masih sering main bareng?"

eunseo kembali mengangguk. "masih. baru minggu kemarin shopping bareng."

"dia emang kayak gitu?"

mengerti dengan yang juyeon maksud, eunseo tersenyum kecil. "dia sebenernya nggak kayak gitu. tapi gara-gara dikhianatin satu circle nya dulu, makanya dia gamau percaya sama orang lain lagi selain keluarganya."

juyeon ingin bertanya lebih lanjut. tapi, ia mengerti kalau ini privasi shuhua. memangnya, juyeon siapa sampai bisa mengorek apapun tentang perempuan itu? alhasil, cowok itu diam.

mengerti bahwa juyeon sebenarnya masih ingin bertanya lebih, eunseo berkata, "kalau mau nanya lebih lanjut, tanya aja gapapa."

"nggak usah."

"yaelah, kayak sama siapa aja lo. yaudah kalau gitu. kalau lo mau nanya atau butuh apa-apa, bilang gue, oke?"

juyeon hanya mengangguk samar.



[•]


gedung kelas sepuluh yang terletak dekat dengan kantin sekarang sedang ramai. awalnya semua tidak peduli, tapi begitu melihat seorang perempuan yang tidak asing dengan yang namanya 'kasus', semuanya langsung mendekat membentuk kerumunan.

"ya lo pikir?" kata shuhua, menantang siswi kelas sepuluh di hadapannya.

"ya lo nya gak usah keganjenan!" balas siswi itu.

shuhua mendecih kecil. "dengar ya, adik kelas yang gak ada sopan santunnya," shuhua menarik sebuah senyuman manis palsu, "pertama, bukan gue yang keganjenan. tapi cowok lo. kedua, gue ngerespon dia karena gue mau nanya perihal sesuatu. ketiga, ngaca! kelas sepuluh udah berani banget lo ya. masih untung gak gue tampar."

semua yang menonton bersorak. apalagi begitu melihat adik kelas mereka yang terkenal akan attitude-nya yang nol besar itu terdiam dengan wajah memerah.

tak tahan dipermalukan, sang adik kelas maju, memukul lengan kiri shuhua kencang hingga menimbulkan bunyi.

"bangsat," desis shuhua. semuanya terkejut. karena selama ini, walaupun sifat dan kelakuannya benar-benar menyebalkan, bisa dihitung jari berapa kali shuhua mengeluarkan kata-kata kasar.

dan seperti yang diduga setelah adik kelas itu memukul shuhua,

shuhua tidak akan tinggal diam. tentu saja.

setelah itu tidak ada yang melerai. mana ada yang berani melerai shuhua setelah melihat lua terjatuh kemarin saat melerai.

[•]

juyeon sampai di tempat kejadian begitu semuanya memilih untuk membubarkan kerumunan itu. selain karena mereka yakin guru sebentar lagi akan datang, kejadian tadi juga sudah menuju ending. jadi, lebih baik mereka cepat-cepat pulang daripada menghabiskan waktu lagi untuk melihat masalah yang sudah hampir selesai.

melihat sakura yang ikut membubarkan diri, juyeon cepat-cepat menghampiri perempuan itu. ia menepuk pelan bahu sakura, membuat sakura memberikan wajah seolah bertanya ada apa.

"lo nonton dari awal, kan? bisa jelasin?" minta juyeon.



"...jadi gitu. ya intinya adik kelas yang dibenci kita semua itu yang mulai main fisik."

juyeon mengangguk mengerti. atensinya kembali teralihkan menuju shuhua, teman seangakatan shuhua yang diketahui bernama yeonho (menurut cerita sakura), dan adik kelas yang merupakan pacar yeonho sekaligus biang penyebab keributan ini semua.

samar-samar dari tempatnya berdiri, juyeon mendengar shuhua berceletuk ringan pada adik kelasnya, "makanya lain kali cowok lo tuh diiket. lagian gue gak selera sama yang model ginian."

bohong kalau juyeon tidak meringis geli sambil menahan tawa mendengar penuturan shuhua. perempuan itu terlalu blak-blakan. memang terkadang omongan shuhua dinilai terlalu bebas. tapi shuhua sendiri tidak akan menyinggung orang lain-kecuali sifatnya yang bossy menurut sebagian besar orang. tapi sisanya, justru shuhua yang selama ini sering tersenggol.

kenapa juyeon jadi sok tau begini?

merasa masalah sudah clear dan ternyata tidak ada guru yang datang, juyeon langsung menghampiri shuhua yang melangkah berlawanan arah.

juyeon langsung saja menarik lengan kanan shuhua dan membuat perempuan tersebut menghadap ke arahnya. dan juyeon cukup terkejut melihat darah di sudut bibir shuhua.

"gila? sampai berdarah gini?"

merasa risih, shuhua melepaskan tangan juyeon dari lengannya. "apa sih," ucapnya judes.

"ikut gue, kita obatin luka lo.

"gak usah, gue bisa obatin sendiri."

tatapan juyeon berubah menjadi tajam begitu mendengar perkataan shuhua. "shuhua, nurut sama gue," katanya penuh penekanan.

"ngapain gue harus nurut sama lo?"

"karena luka lo harus diobatin."

shuhua memutar bola matanya-jengah. "kan gue udah bilang gue bisa sen-WOI!"

juyeon tidak tahan lagi menghadapi shuhua yang bertele-tele seperti ini. jadi, daripada membujuk perempuan tersebut yang hanya akan berakhir dengan penolakan, akhirnya juyeon menggendong perempuan itu di bahunya dan membawanya cepat menuju uks.

be good; shuhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang