#9

20 6 0
                                    

Jadi begini, aku pernah terluka karena sakit hati. Bukan, bukan seperti yang mereka alami, lalu bunuh diri.

Aku pernah kehilangan orang yang begitu aku sayangi, aku terpuruk, kehilangan kendali. Dan akhirnya aku membatasi diri.

Membatasi tentang jatuhnya hati, menolak perihal dicintai dan mencintai, menjadi sosok beku tak bernyali.

Kamu boleh bilang aku egois, karena tak ingin tersakiti, aku tak ingin terluka untuk kedua kali. Apa aku salah menjaga puing terapuh yang aku miliki?

Jika boleh memilih, aku tak ingin menjadi seperti ini, terus melukai tanpa mengobati. Aku di benci dan di jauhi, tak menerima uluran jari.

Aku juga tersakiti, melihat kalian menyesal telah menjatuhkan hati. Ku mohon, jika bisa maafkan diriku ini. Jika tidak, lakukan apa yang kalian ingini, mencaci, ataupun memaki.

Aku akan menerima itu dengan senang hati. Karena, aku sadar, aku juga menyakiti puing terapuh yang kamu miliki. Membuatnya takut untuk memulai kembali.

Mungkin, timbul pertanyaan dalam hati, siapa dia yang telah membuatku menjadi sosok penjahat tak berhati. Membuatku terlarut dalam luka garam tak tersudahi.

Sudahlah, biarkan itu menjadi rahasia saat ini. Suatu saat nanti, kamu boleh bertanya ketika hatimu sudah bisa memulihkan diri.

Salam dariku

(gadis pencipta luka dalam hidupmu)

my poetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang