Hari ini minggu kedua Kira masuk ke kampus lagi, setelah hampir dua bulan libur semester, Kira melihat arlojinya hitamnya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jam telah menunjukkan pukul 07.30 WIB, setengah jam lagi mata kuliah pertamanya akan dimuali, setelah keluar dari halte dan berjalan sedikit dia melihat handphone genggangnya untuk memastikan ojek online yang dia pesan telah sampai di titik yang dia maksud, setalah membaca pesan dari driver dia menyebrang jalan dan mencari motor yang nomor polisinya sama dengan yang tertera dari aplikasi ojek online.
Setelah mendapatkannya dia mengdekati driver ojek online itu, “Kirania Prastista ya mbak?” driver yang menaiki motor matik itu bertanya dengan Kira yang mendekat.
“Iya pak,” setelah duduk dengan nyaman di atas motor dan memakai helm berwarna hijau yang bertuliskan nama perusahaannya itu, motor pun jalan dengan kecepatan standar.
***
Setelah turun dan ojek online dan memberi helm sekaligus memberi uang yang tertera di aplikasi tidak lupa juga mengatakan terima kasih kepada driver, Kira kembali melihat arlojinya dan jam sudah menunjukan pukul 07.40 WIB, masih lebih 20 menit untuk menunggu dosen datang, Kira masuk ke gedung fakultasnya dengan langkah santai, menyapu pandangannya ke seluruh koridor yang mulai ramai oleh mahasiswa, menaiki tangga darurat menuju lantai tiga dimana kelasnya berada, satu lagi kebiasaan Kira yaitu jika dia masih ada waktu memakai tangga darurat, dia akan melakukannya karena menurutnya orang-orang jaman sekarang, khususnya Indonesia—Kira bukan menjelekkan sesama warga Indonesia—malas sekali memakai tangga jika di tempat itu di sediakan lift atau eskalator.
Setelah sampai di kelas, Kira langsung menduduki kursi yang biasanya dia pakai, di sebelah Kira sudah ada temannya yang selalu datang lebih awal dari Kira.“Kir, udah ngerjain tugas individu belum dari pak Anwar?” tiba-tiba Zara bertanya yang membuat kedua mata Kira terbelalak.
“Tugas apaan anjir? Ga ada ya pak Anwar ngasih-ngasih tugas.” Kira ingat kok minggu kemarin Pak Anwar dosen mata kuliah pemrograman web 1 tidak memberi tugas sama sekali, hanya kuis dadakan dan memanggil random mahasiswa yang ada di kelas Kira untuk mengisi soal-soal yang tertera di laptopnya dan mengerjakan di papan tulis.
“Hehehe kok inget aja si lo.” Zara hanya ketawa yang membuat gigi rapinya terlihat.
“Ingetlah anjir, kan lo temen kelompok gue, biasanya juga lu suka ngingetin kalo ada tugas,” sambil berbicara, Kira duduk di kursinya dan juga mengikat rambutnya menjadi satu ikatan menggunakan ikatan rambut berwarna hitam yang selalu melingkar di pergelangan kirinya.
Kira mengeluarkan binder yang ada di dalam totebagnya, Kira seminggu sekali mengganti tasnya, itu sudah menjadi kebiasaannya dari sekolah dasar, itulah yang membuatnya kadang lupa memindahkan hal-hal yang penting misalnya kacamata, kedua mata Kira memang minus, mata kanan minus tiga dan yang kiri dua setengah, tapi Kira pakai kacamata hanya ketika belajar saja, karena menurutnya pertamanya kalau terlalu lama memakai kacamata membuat matanya cepat lelah, dan kedua dia merasa aneh kalau pakai kacamata, pernah Kira coba-coba memakai kontak lens dan itu memakan waktu sangat lama, 2 jam hanya untuk memakaikan sebelah matanya, bisa dipikirkan berapa lama memasang kontak lens untuk kedua matanya. Iyap, 4 jam, dan setelahnya Kira tidak mau mencoba lagi. Buang-buang waktu kalau katanya, padahal memang dianya saja yang payah tidak mau mencoba lagi untuk memakai.Tepat jam 8 pagi dosen datang tidak lama Kira msuk ke kelas, Kira datang ke kampus selalu satu jam sebelum mata kuliah di mulai, atau paling pagi satu setengah jam, jarak rumah Kira ke kampus memang tidak terlalu jauh.
Dosen sudah mengeluarkan laptopnya dan menyambungkan kabel yang ada untuk di tayangkan ke papan tulis melalui proyektor. Kira kadang berbagi tugas dengan Zara dalam mencatat materi karena dosen kadang terlalu cepat untuk menjabarkan materi yang ada di proyektor.
Mata kuliah pertama mulai jam 8 pagi, jam 10 pagi mata kuliah selesai, setelah dosen keluar dari kelas dan Kira telah memasukan semua branag-barangnya ke dalam tas, dia mengajak Zara untuk ke kantin karena Kira sudah merasakan lapar pada perutnya.
“Makan apa kita hari ini?” tanya Zara yang berjalan sejajar dengan Kira. Salah satu kesamaan Kira dan Zara yang menyebabkan mereka cocok adalah mereka sama-sama suka makan, tetapi herannya berat badan mereka berdua tetap stabil. Salah satu hal yang sangat diinginkan kaum wanita. Makan banyak tetapi tidak menghasilkan lemak di tubuh.
“Ngga tau, gua lagi ngga mau makan berat-berat,” pandangan Kira masih fokus ke telepon genggang yang ada di tangan kirinya.
“Yaudah makan bakso aja yuk,” setelah sampai di kantin Fakultas, mereka menuju stand bakso, Kira yang memesan, Zara yang mencari tempat kosong. Jam 10 pagi, keadaan kantin masih belum ramai jadi ketika Kira mesan tidak terlalu lama mengantre.
Setelah memesan, ia menuju kursi yang telah di tempati Zara.
“Abis selesai kuliah lu mau langsung pulang atau ke mana dulu gitu?” tanya Zara sambil memainkan telepon genggamnya sambil menunggu bakso pesanan mereka datang.
“Ngga tau, mau main tapi mager,” tidak lama bakso yang mereka pesan datang, tidak lupa Zara dan Kira berucap terima kasih.
“Karaoke yu, gansi aja yang deket, mumpung gua ngga ngumpul UKM nih,” ajak Zara sambil menyeruput kuah bakso yang telah ditambahkan kecap dan sambal. Zara termasuk mahasiswa kura-kura a.k.a. kuliah rapat-kuliah rapat, sedangkan Kira kupu-kupu a.k.a kuliah pulang-kuliah pulang.
“Tapi lo yang bayar ya?”
“Yeee setan,”
“Hahaha yaudah ayo, mumpung gabut gua.” Kira termasuk orang yang introvert dan orang introvert biasanya krisis kepercayaan begitupula dengan Kira, entah apa penyebabnya dia sangat sulit untuk mempercayai orang lain. Tidak ada kejadian-kejadian tidak mengenakan dari masa lalu yang menyebabkan Kira seperti ini. Kira juga hanya memiliki sahabat 3, nanti kapan-kapan akan di kenalkan, dan Kira orangnya moodyan, mangkanya dia susah untuk mendapatkan sahabat, jarang juga yang sepemikiran dengan Kira, tapi Kira tidak mau seperti ini terus, dia mau berubah, dia mau keluar dari zona nyamannya, dia merasa dia tidak akan bisa terus-terusan seperti ini. Kira punya kebiasaan yang setiap yang dilakukannya dari SMP adalah menulis resolusinya ketika tahun berganti, dan sayangnya selalu ada satu poin yang setiap tahun tidak bisa dia wujudkan dan tahun ini Kana berjanji pada dirinya sendiri untuk realisasikannya.
Kira ingin berubah, karena itu, di awal tahun baru kemarin, dia mulai merencanakan apa yang dapat merubah Kira untuk keluar dari zona nyaman ini, dan Kira mencatatnya semua di buku biru yang dia beli di toko buku kemarin, kenapa warna biru, karena memang hanya sisa warna biru, dan Kira menamai buku itu Buku Biru Kira.
Kira sudah mencatatnya beberapa poin yang menurut dia harus dilakukan pada tahun ini, demi kemaslahatan hidupnya di masa depan.
Resolusi Tahun 2019
1. Ikut Komunitas
2. Ikut UKM
3. Banyakin temen
4. Tetap sendiri tanpa pacar yang dapat merusak mood
5. Sisanya akan menyusul
Kira-kira itu poin-poinnya.***
12 Desember 2019
Jakarta
![](https://img.wattpad.com/cover/180451274-288-k649625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Biru Kira
ChickLitTahun baru, resolusi baru juga bagi Kira, sayangnya setiap tahun, resolusi yang dibuat Kira susah sekali untuk diwujudkan, dia hanya ingin keluar dari zona nyamannya, hanya saja memang setiap orang punya caranya masing-masing untuk keluar zona nyama...