Epilogue

4.8K 575 81
                                    

Vanessa's POV

Gue menatap tubuh yang sedang terbaring itu dari pintu.

Tubuh itu hanya terbaring tanpa interaksi dan gerakan apapun. Dua orang berdiri di sebelah kasurnya, menangis. Yang perempuan histeris, yang laki-laki hanya bisa menutup mulutnya sambil tetap menangis. Mata gue seakan dimasuki sebuah batu besar, perih.

Bahkan lebih dari perih.

Hati gue hancur, serasa diremas. Gue nggak berani mendekat. Bukan karena takut, tapi karena gue merasa bersalah.

Cinta gue yang salah.

Cinta gue yang datang terlambat.

"Nes," suara Liam memanggil gue.

Laki-laki yang sedang menangis tadi memanggil gue, dengan suara yang sangat lemah dan hampir terdengar seperti lirihan yang seakan menusuk jantung gue.

Liam memeluk gue, begitu juga sebaliknya. Gue merasakan kepalanya jatuh di bahu gue diikuti dengan tetesan air matanya yang juga membasahinya.

"G-Gue terlambat.." Kata gue.

Air mata gue pun nggak mampu gue pertahankan lagi. Gue akhirnya menangis dipelukan Liam. Nggak lama sesudah memeluknya, gue berjalan mendekat. Mendekati tubuh milik Niall yang sekarang tak bernyawa itu.

Gue memandangi wajahnya.

Kelopak matanya tertutup dengan indah, pipinya yang chubby, bibirnya yang kecil, dan rambut pirangnya yang sekarang nggak tertata seperti biasanya.

Dia sempurna.

"Sorry, I've never told you all I wanted to say. And now its too late to hold you, because you're far away. So far away.." Ucap gue pada raga tanpa jiwa milik Niall.

Gue lalu memeluk Mamanya. Seorang Ibu, pasti sangat menyayangi anaknya. Dalam keadaan apapun, seorang Ibu akan tetap menyayangi anaknya. Ibunya menangis selagi kami berpelukan. Gue merasa bersalah. Bukan mempersalahkan soal kepekaan gue, tapi inilah yang perlu kalian tau.

Gue juga sayang sama Niall. Cuma aja, gue mempersalahkan diri gue karena gue meragukan cintanya. Gue masih takut. Hati gue terlalu rentan untuk cepat percaya dengan orang yang baru lagi. Maka dari itu, gue mengujinya.

Gue ingin melihat seberapa besar dia berjuang untuk gue dan menunjukkan bahwa dia benar-benar tulus. Tapi gue salah, cintanya nggak perlu diuji.

Sekarang terlambat untuk bilang kalau gue juga mencintainya karena dia udah pergi. Ke sebuah tempat yang gue yakin, dia aman di sisi-Nya.

Salah satu sebab Tuhan memanggilnya adalah karena ia terlalu baik dan tulus. Gue rasa, Tuhan nggak akan pernah membiarkan orang seperti dirinya terlalu lama di dunia nyata untuk bertemu orang-orang berdosa kayak gue.

"Dia ninggalin ini buat lo," Liam menyodorkan secarik kertas putih yang bertuliskan sesuatu.

Gue lalu membacanya. 


Dear Vanessa Sylvester,

Aku yakin kalo kamu baca ini, pasti aku udah pergiSeandainya aku pergi beneran, maafin aku ya, CaAku nggak kayak Zayn yang bisa bikin kamu seneng, aku juga nggak bisa bikin kamu nyaman sama akuSatu lagi, aku juga nggak bisa maksa kamu buat sayang sama aku.

Maafin aku ya karna aku nggak pernah cerita soal kanker ini. Kamu sebel nggak sama dia? Sama kok, sama.
Fuck cancer. 

Maafin aku juga kalo selama ini, aku suka bikin kamu repot, suka usil, suka ngirimin kamu BBM yang nggak jelas dan bikin bete.

Siapa sih aku?

Aku cuma orang rapuh yang gampang menyerahAku cuma orang bodoh yang sering nggak bersyukur.

Nggak ada satupun hal di diriku yang berharga, then there's you. You filled my empty life with happiness. You made my life worth the fight.

Aku titip kamu ke Liam, ya.

Aku sayang sama kamu, hehehe.

Lots of love,

Niall  Xx"

***

7 years later...

"Papa! Ini siapa?" seorang anak perempuan dengan rambut ikal berwarna cokelat tua bertanya pada Papanya. "Kenapa Mama taro bunga disitu?"

"Ini sahabat Papa sama Mama dulu. Kamu belom lahir," jawab sang Papa.

"Nes, kasih Valia bungannya deh," Ucap sang Papa pada istrinya.

"Coba kamu kasih bunga tulip ini di deket batunya," sang ibu memberi anak perempuannya setangkai bunga tulip berwarna merah muda sambil tersenyum.

Anak perempuan itu melakukan apa yang telah diperintahkan Mamanya. Ia meletakkan bunga tulip itu didekat batu nisan yang terukir sempurna.

"Ini siapa, Ma?" Tanya anak perempuan bernama Valia itu.

"Ini uncle Niall." jawab Mamanya sambil menitikan air mata.

T H E   E N D

.

.

.

.

.

a/n:

HAAAAAAAAAAAAAAAIIIIII

Oke jadi anaknya vanessa sama liam namanya Valia.

Vanessa,

Liam.

GAJE BGT YA HAHAHAHAHAH

Makasih banyak yaaaa yang udah baca dan maaf kalo kurang memuaskan, I really appreciate all the votes and comments. I'll see you in my next work!

Love,

Dhyta♥

GreenlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang