Satu

131 1 0
                                    

Alana menatap jam warna putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah 1 jam dia menunggu Deb datang, tapi lelaki itu tidak kunjung tampak.

Alana menghembuskan nafasnya dengan kesal. Lelaki itu benar-benar jam karet. Menyebalkan.

"Allen!!!" teriak suara familier dari arah jam 3 Alana. Suara Deb. Lelaki itu berlari dengan terburu-buru.

Alana memutar bola matanya. "Debby! Kau tahu berapa jam aku menunggumu? dasar jam karet!" teriak Alana tepat didepan wajah Deb saat lelaki itu baru saja berhenti berlari.

"Hey, hey, Allen!" Deb bicara. "Sudah berapa kali kukatakan, berhenti memanggilku Debby!" Deb merengut.

Alana terkikik geli. "Debby James Anderson, memang itu namamu kan" Alana membela diri.

Deb makin merengut. "Aku benci nama itu. Kalau saja ibuku mengizinkanku mengganti nama, akan kurubah nama itu menjadi Deb saja."

Alana makin terkikik geli. "Wajar saja, ibumu kan ingin sekali anak perempuan. Makanya dia memberimu nama Debby" ujar Alana.

"Sudahlah, berhenti" kata Deb memelototi Alana. Tetapi gadis itu tidak bisa atau tidak mau berhenti. "Kubilang berhenti, Mrs Anderson!"

Alana seketika terdiam. "Siapa yang kau sebut Mrs Anderson?" Alana melihat sekelilingnya. "Aku?"

Deb menyeringai. "Berharap?" Tanyanya yang membuat Alana menggeleng kencang dan merengut.

"Sudahlah, kita sudah menghabiskan waktu selama 20 menit tanpa berbuat apa-apa." Alana berjalan duluan. Mencoba mengelak dari rayuan Deb.

Deb makin menyeringai dan berjalan dibelakang mengikuti Alana.

---

"Trims" Alana tersenyum ke arah Deb saat mereka sudah berdiri didepan rumahnya.

Deb mengangguk dan tersenyum manis. "Masuklah, Allen." Kata Deb sambil membalik badan Alana dan mendorongnya masuk ke dalam rumah, membuat Alana hampir menabrak tembok.

"Hati-hati, Debby!" teriak Alana terkejut. Dan menarik nafasnya lega karena tidak jadi tertabrak.

Deb memutar bola matanya. "Masuk dan kunci pintu." Dan dia membalikkan badan bersiap-siap untuk pulang.

Saat Alana mau menutup pintunya, Deb berbalik lagi dan berteriak "TUNGGU!" dan membuat Alana membuka lagi pintunya. "Apalagi?"

Deb tersenyum genit. "Ibumu ada dirumah?" alisnya dinaik turunkan.

Alana menggeleng heran. "Tidak, kenapa?" tanyanya. Deb makin tersenyum nakal. "Aku menginap, ya? ya?"

Alana melotot dan meninju bahu Deb pelan. "Apa katamu? tidak bisa" katanya. "Well, itu bisa kalau kau membawa beberapa kotak pizza." Alana menyeringai.

Deb merogoh sakunya. "Tidak punya uang" katanya. "Besok ku jemput saja, ya? Kita jalan-jalan lagi" katanya menawar.

Alana mengangguk pelan dan tersenyum. "Baiklah. Sudah, pulang sana." Deb mengangguk dan berjalan pergi. "Selamat malam" kata Deb sebelum pergi meninggalkannya.

"Hati-hati" kata Alana dan menutup pintunya. Diluar, Deb tersenyum mengingat hal-hal yang terjadi tadi yang dialaminya bersama Alana. "Gadis itu" bisik Deb pada dirinya sendiri dan mengelus bahunya yang berbekas tangan Alana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hey, Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang