THE REAL HER

1.4K 192 5
                                    

"Lo dimana?"

"Rumah. Kenapa?" Raka mengernyit melihat siapa orang yang menelfonnya pada jam 12 malam. Dan saat ia melihat nama Chandra tertera di layar ponselnya ia tidak dapat lagi menutupi raut wajahnya yang kebingungan. Kenapa Chandra tidak langsung saja datang kerumahnya?

"Lo bisa kesini sekarang?"

"Kerumah lo? Jam segini? Eh jangan sinting ya—"

"Bukan. Gue kirim alamatnya lewat sms. Tolong banget, Ka. Ini penting" Dan sambungan telefon diputus menyisakan Raka yang bertanya-tanya apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

***

"Chan, gue ngga ngerti. Kenapa gue harus kesini?" Tanya Raka saat ia baru saja duduk di ruang tamu rumah yang ia belum tau pasti milik siapa –yang pasti rumah orang kaya melihat bagaimana luas dan besarnya rumah ini—dan menatap Chandra yang saat ini duduk dihadapannya dengan wajah lelah dan khawatir.

"Gue ngga tau harus ngelibatin lo dalam hal ini atau engga, tapi dia—"

"Apasih lo kok belibet banget?"

"Raka?" Raka menoleh ke sumber suara dan melihat seorang wanita berusia akhir dua puluhan dengan rambut berwarna coklat sebahu dan paras cantik itu dengan bingung. Setaunya ia tidak mengenal wanita itu, bagamana mungkin wanita itu mengenalnya?

"Gue Catherine. Kakaknya Talitha"

"Gue Raka. Ada apa?"

"I'm so sorry to call you this late but... Talitha.... she's..." Raka melihat Chandra langsung mengenggam tangan wanita itu dan mencoba menenangkannya yang tiba-tiba menangis. Membuat Raka semakin tidak enak. Sebenarnya ada apa?

"Dia kumat" Ucap Chandra kali ini melanjutkan ucapan kakak Talitha yang terpotong.

"Siapa?"

"Talitha"

"Sorry?"

"Gue bakal jelasin semuanya tapi... please, try to help us. Gue, Chandra, bahkan kedua orang tua gue ngga berhasil buat bujuk dia bukain pintu kamarnya. Lo... bisa coba kan? Gue takut sesuatu terjadi di dalam sana sama Talitha" Tanya Catherine yang semakin membuat Raka bingung. Memang kenapa harus dia? Tapi tak ayal lelaki itu mengangguk juga dan akhirnya mengikuti langkah Chandra dan Catherine yang berjalan ke arah tangga menuju lantai dua rumah mereka.

Sesampainya di depan sebuah kamar, dia melihat kedua orang tua Talitha sedang menangis sesenggukan dan mencoba untuk memanggil nama Talitha dari luar. Dia tersenyum kikuk saat pasangan tersebut tersenyum padanya dan memberikan jalan untuk Raka, membuat Raka mau tidak mau mendekat ke arah pintu tersebut dan mencoba peruntungannya. Padahal dalam hati dia merasa tidak yakin, bagaimana mungkin Talitha mau mendengarnya sedang tidak dengan kakak, saudara, bahkan orang tuanya sendiri?

Saat Raka mendekat ke arah pintu, sebelum mengetuknya Raka bisa mendengar suara tangisan yang memilukan dari dalam kamar tersebut membuatnya mau tidak mau merasakan khawatir atas kondisi seseorang didalamnya. Benarkah orang yang ada di dalam itu Talitha? Gadis yang ia kenal sangat baik dan periang?

"Talitha? Ini gue Raka. Open the door please?" Ucapnya lembut dan ia terdiam saat tidak mendengar respon apapun. Raka hampir mengetuk ulang pintu kamar tersebut sebelum suara decitan tanda pintu kamar terbuka itu menyapanya membuatnya sedikit gugup sebelum menoleh seakan meminta persetujuan orang-orang disekitarnya yang dibalas dengan anggukan dan senyum dari mereka semua. Raka perlahan memasuki kamar yang sangat luas itu dengan nuansa putih hampir disetiap bagiannya dan saat melihat sosok gadis yang dia yakini adalah Talitha sedang terduduk dengan memeluk lututnya sambil menangis di atas tempat tidurnya itu membuatnya merasakan nyeri di hatinya. Ia tidak menyangka gadis cantik dan periang sepertinya mampu menangis seperti itu.

Raka perlahan mendekati Talitha dan duduk disampingnya, menghela nafas sebelum akhirnya mengulurkan sebelah tangannya pada gadis itu yang hanya ditatap oleh raut kebingungan tapi akhirnya, meskipun dengan gerakan ragu-ragu, mengambil juga sebelah tangan Raka yang langsung ditarik oleh pria itu, membuat Talitha jatuh ke dalam pelukan pria itu dan mau tidak mau merasakan kenyamanan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan, dan entah kenapa kenyamanan itu menghasilkan kehangatan yang menjalar hingga keseluruh tubuhnya, membuatnya mengeluarkan seluruh kesedihan di dalam dirinya.

"I didn't kill her. I didin't kill her" Dan Raka hanya terus memeluk gadis itu sembari mengelus punggungnya dan sesekali mengecup puncak kepala gadis itu. Ingin memberi tahu gadis itu bahwa semuanya baik-baik saja. Dengan gadis itu ada di pelukannya, semuanya akan baik-baik saja.

Mereka terus dalam posisi itu sampai akhirnya Talitha tertidur setelah sekian lama dia menangis dan mengucapkan kata-kata yang sama berulang-ulang. Raka menatap gadis yang tertidur itu dan tersenyum, melihatnya tenang saat ini entah kenapa membuat hati Raka merasa lega. Dia lebih senang melihat Talitha tersenyum daripada menangis seperti tadi. Raka menaikkan selimut dan mengelus kepala Talitha sebelum dirinya beranjak dan keluar dari kamar gadis itu.

Ia melihat ke arah jam yang ada di ruang tamu saat dirinya baru saja menuruni anak tangga terakhir dan melihat jarum jam menunjukkan pukul 3 pagi. Selama itukah Talitha menangis?

"Is she okay? I'm so sorry and thank you, son" Ucap mamahnya talitha saat melihat Raka yang baru saja turun dari kamar Talitha.

"Iya, tante. Saya seneng bisa ada disini. Ngomong-ngomong Talitha..." Ia tidak melanjutkan ucapannya, memberi keempat orang dihadapannya pilihan untuk memberitahu perihal Talitha atau tidak padanya.

"Dia gadis yang kuat dan ceria, dia tidak pernah mengeluh sekalipun kami tidak selalu ada di sisinya. Kami menitipkan dia di rumah neneknya setiap kami pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis dan saat dia sedang bersama neneknya, ada 3 pencuri yang hendak mencuri harta dirumah itu, tetapi karna nenek Talitha sempat melawan ia menembaknya dan Talitha selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian neneknya karna merasa neneknya itu melakukan hal tersebut untuk melindunginya. Hal itu membuatnya trauma hingga kami harus pindah ke California untuk memberinya suasana yang baru. Kami pikir ia sudah benar-benar sembuh dari traumanya karna sudah sekian lama ia tidak kambuh tapi... malam ini tiba-tiba dia mengalaminya" Jawab papahnya Talitha panjang lebar membuat Raka mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia melirik ke arah kamar Talitha dan menghela nafas merasa sedih, ternyata gadis periang sepertinya bisa mengalami hal yang menyedihkan juga hingga membuatnya setrauma ini.

"Biasanya dia hanya akan seperti itu 1 atau 2 jam dan kita hanya bisa menunggunya sampai ia tertidur karna lelah karena tidak ada satupun orang yang bisa mendekat ke arahnya ketika ia kambuh.. tapi baru saja ia mau membukakan pintu kamarnya buat kamu, jadi... tolong Talitha ya, Raka? Kami benar-benar butuh bantuanmu" Ucap mamahnya Talitha sembari menyenderkan kepalanya kepada suaminya.

"Saya akan menjaga Talitha semampu saya"


ANOTHER WORD (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang