Bersepeda Berdua

51 2 2
                                    

Aku tengah melamun di perpustakaan dengan menyumpal telinga dengan earphone.

Aku bukan orang yang biasa mendengarkan lagu, hanya beberapa lagu terkenal saja yang sering kudengar kan. Tapi lagu yang akhir akhir ini mencuri perhatianku.

Go to kemana mana
Heaven bila denganmu
Ku ingin terus berlari cause I'm lo-

"Woi, si Ibu malah ngelamun disini."
Aku berjingkat karena terkejut.
Saat ku menoleh aku melihat Revan yang tengah memutar mutar earphone ku yang tadi ku lepas karena terlalu kaget.

"Sombong amat sekarang pake beginian." Revan mengembalikan-melempar earphone ke depanku.
Aku berdecak sebal "Apa sih? Sirik aja jadi manusia." Aku memasang wajah sebal yang kentara.

"Dih ngambek. Bocah dasar!"

"Heh!" Aku memberi peringatan dan segera menghindar sebelum Revan menarik kunci rambutku. Entahlah, dia suka sekali melakukannya.
Revan terkekeh. "Yaudah yuk keburu ujan." Aku mengangguk dan segera mengemas barangku.

"Woi!" Revan menarik kuncirku dan berlari lebih dulu. Sekarang siapa yang bocah?

----------

Aku berdiri diatas foot stape atau beberapa orang mengatakannya sebagai jalu dengan kedua tangan berpegangan di bahu Revan.

Ya, aku membonceng Revan. Memboceng sepeda. Kenapa sepeda? Karena Revan belum diizinkan membawa kendaraan bermotor meski usianya sudah 17 tahun. Kenapa aku membonceng? Aku tidak bisa naik kendaraan bermotor.

Tapi tidak apa-apa, toh rumah kami tak begitu jauh dari sekolah. Sekalian olahraga juga, kan? Ya meski secara harfiah hanya Revan yang berolahraga.

Sudah sejak awal SMA kami pulang bersama seperti ini. Dulu bunda ku yang meminta Revan membonceng ku saat pulang sekolah. Awalnya aku tidak mau, takut Revan kerepotan. Tapi sampai sekarang Ia jarang protes, jadi lama kelamaan aku terbiasa dengan membonceng Revan.

"Gre."
"Hm."
"Kok lo tambah berat sih?"

Aku memukul bahu Revan "Wah gak waras. Berat gue turun 2kg gara-gara latian marathon kemarin."

Aku ikut ekskul futsal, dan kemarin adalah lomba terakhir sebelum aku tidak boleh ikut ekskul, jadi aku dan anggota ekskul yang lain berlatih keras agar dapat memperoleh hasil maksimal.

"Diet berhasil dong?"

"Yo'i." Aku menggeplak bagian belakang kepala Revan setelahnya.

"Heh!" Ia berteriak dengan beberapa makian kecil setelahnya.

Aku tertawa dan membalas beberapa makian yang ia lontarkan.

"Heh bocah gak boleh ngomong kotor."

"Kotor." Ia tertawa mendengar jawabanku.

Ini salah satu hal yang aku suka dari naik sepeda. Aku bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Revan sambil bercanda bersama seperti ini.

Aku jatuh cinta pada Revan? Tidak tau. Aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Tapi yang pasti, aku senang saat bersama Revan. Rasanya ingin waktu berhenti sejenak agar aku bisa bersamanya lebih lama lagi.

Ewh! Aku jijik dengan kalimat ku sendiri. Tolong pura-pura tidak mengetahuinya.

"Besok ulangan kan ya?"

"Hah? Ulangan apa?"

"Biologi?" sahut Revan tak yakin. Aku diam mencoba mengingat ingat. Dan seketika aku teringat. Aku memukul kepala Revan lagi.

Tentang Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang