Pertemuan di Persimpangan Takdir

84 7 13
                                    


Buronan Berharga

Dalam rangka menyelamatkan dunia dari ancaman iblis. Kerajaan Darusalem berusaha mengumpulkan artifak-artifak kuno yang menyimpan kekuatan besar. Hingga saat ini, artifak kuno yang sudah berhasil dikumpulkan oleh kerajaan Darusalem adalah Pena Pencipta milik Idris, Kapak Api milik Ibrahim, Tongkat Sihir milik Musa, Baju Zirah milik Daud, dan Palang Suci milik Isa putra Maryam.

Saat ini kerajaan sedang mengutus agen-agennya untuk mencari dan mengumpulkan artifak-artifak yang masih terpencar di berbagai penjuru dunia.

Sementara itu, di hutan arah Barat Laut dari ibukota kerajaan. Lokasi sebuah artifak ditemukan dan beberapa agen dikirim untuk mengambilnya.

"Cih, mereka masih mengejarku," ucap seorang iblis wanita yang sedang berlari dari pengejaran sekelompok sekte pemburu iblis. Iblis wanita itu berlari sambil terengah-engah. Pundak kirinya terluka akibat serangan salah seorang pengejar. Di tengah pengejarannya itu, meski dalam keadaan terluka yang membuat ia kehilangan akurasinya, sesekali ia membidik dengan busur dan melontarkan beberapa anak panah ke arah para pengejarnya, sambil mencoba peruntungan jika salah satu pengejarnya bisa dilumpuhkan.

"Swiiiing~" sebuah anak panah meluncur ke arah para pengejar. Seorang pengejar yang mengetahui bahwa sebuah anak panah melesat ke arahnya segera menghindar, sehingga panah tersebut menancap di salah satu batang pohon.

Iblis wanita itu geram, ia menggerutu, kemudian kembali berlari menjauh menghindari para pengejar. Para pengejar pun tidak tinggal diam. Sambil mengejar, mereka juga menembaki target dengan energi jiwa dengan upaya untuk menghentikannya.

Para pengejarnya itu terlalu gigih untuk dihadapi sendirian oleh si iblis. Mereka adalah sekte pemburu iblis terkenal dari keluarga al-Faruq. Kelompok ini dipimpin oleh Maulana Husain putra Faruq (42 th), yang didampingi oleh tiga pengikutnya yaitu Fadhol (23 th), Jabal (18 th) dan Amir (20 th).

Pembasmi iblis dengan gelar Maulana bukan orang sembarangan, Husain putra Faruq digelari Maulana ketika ia berhasil menumpas puluhan iblis pada perang sebelumnya.

Di tengah pengejaran, Maulana Husain berkata pada anak buahnya, "Kawan-kawan, kita tak boleh kehilangan iblis ini, dia membawa sesuatu yang amat berharga, yaitu artifak kuno yang bernama cincin Sulaiman."

"Siap tuan guru," jawab ketiga pengikutnya serempak.

Maulana Husain kemudian mengeluarkan ajiannya, ia melepas sorban yang menutupi kepalanya dan mulai merapal mantra, "Atas nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, hempaskan kegelapan ke jurang neraka!" Seketika sorbannya memanjang dan menghempas iblis wanita yang sedang berlari itu. Iblis wanita pun jatuh tersungkur. Tak menunggu komando, Fadhol, Jabal dan Amir melingkari iblis wanita itu untuk memblokir jalan kabur.

"Menyerahlah iblis jalang! Kini tak ada jalan kabur bagimu. Cepat serahkan artifak kuno itu!" teriak Jabal pada iblis wanita.

Iblis wanita itu memandang sekitar. Tapi sial, ia tak menemukan celah untuk kabur. Ia memasang kuda-kuda untuk bersiap melawan.

Dalam hati ia berkata, "Wahai tuan Sulaiman yang agung di surga, jika ini adalah akhir bagiku maka relakanlah aku mati di sini. Namun aku sungguh tidak rela untuk mengabdi pada seseorang selain dirimu. Maka dari itu aku akan tetap menjaga cincin ini agar tidak dimiliki oleh siapapun."

"Hmmppp, pertarungan baru dimulai wahai para manusia serakah. Aku, Entiqom Fesida, tidak akan membiarkan kalian memiliki cincin ini. ~hyaaaaat!" Gertak si iblis wanita seraya menerjang salah satu pengejarnya.

Amir, salah seorang pengikut Maulana Husain terjatuh setelah terkena terjangan Entiqom, namun dengan cepat bangkit kembali. Amir melancarkan serangan balasan dengan menghunuskan sebilah golok kepada Entiqom, namun Entiqom berhasil menghindar. Pukulan Fadhol tiba-tiba datang dari arah belakangnya, membuat punggung Entiqom terkena serangan. Ia berusaha menata kembali keseimbangannya dan dengan cepat meraih tangan Fadhol yang telah memukul punggungnya. Dengan perbandingan kekuatan antara iblis dan manusia, meski tubuh Fadhol lebih tinggi dan kekar, iblis wanita itu melempar Fadhol ke arah semak-semak. Pertarungan berlangsung sengit meski agak timpang karena perbedaan jumlah dan tingkat kekuatan personal masing-masing pihak.

CINCIN SULAIMAN (Artifak Kuno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang