Bhumi duduk dikeheningan malam yang bertabur bintang. Bhumi menunggu kekasihnya yang mengajaknya bertemu malam ini.
"Bhumi ..."
Bhumi menoleh, dia tersenyum lembut, sementara matanya memancarkan kehangatan dan tatapan mendamba. "Bunga," balas Bhumi lembut. Bhumi bergerak memeluk sang kekasih, lalu mengecup keningnya lamat penuh kasih sayang.
Bhumi menuntun Bunga untuk duduk di bangku taman."Ada apa mengajakku bertemu?" Tanya Bhumi lembut.
Bunga bergeming, dia menatap Bhumi lekat. "Aku ingin mengakhiri hubungan ini Bhumi," ucap Bunga terdengar bulat penuh tekad.
Kening Bhumi mengerenyit mendengar permintaan Bunga. Mengakhiri hubungan? Tapi, apa salahnya? Apa masalah mereka? Bukankah mereka baik-baik saja selama enam bulan ini?
"Kau bercanda, darl ...," tukas Bhumi tak mempercayai permintaan Bunga.
Mata Bunga berkaca-kaca menatap Bhumi. Ia tak bisa terus membohongi perasaannya, dia tak bisa terus berpura-pura.
"Aku serius Bhumi ..."
Bhumi diam, dia menatap Bunga seksama. Di sana terpancar keseriusan dari ucapan Bunga.
Bhumi menghela napas panjang.
"Apa aku berbuat salah sehingga kau ingin mengakhiri hubungan kita?"Bunga menggeleng pelan. "Bukan kau yang berbuat salah, tapi aku. Aku yang bersalah," parau Bunga tak sembari menundukan kepalanya tak berani menatap Bhumi.
"Maksudmu?"
Bunga menelan ludahnya susah payah. Dia mendongak memberanikan diri menatap Bhumi. "Aku tidak mencintaimu Bhumi ... Aku tidak bisa mencintaimu ..." ungkap Bunga jujur.
Bhumi terpaku, dia menatap Bunga dengan tatapan yang sulit diartikan. "Lantas kenapa kau menerimaku waktu itu?"
Bhumi heran, sungguh. Dia memperlakukan Bunga dengan baik. Dia menganggap Bunga bak intan berlian yang harus dia jaga, tapi Bunga malah mengatakan jika dia tak mencintai dirinya?"Aku ... Aku hanya lelah mengejar sesuatu yang tak pasti. Aku lelah mengejar cintanya, Aku menyerah karena dia tak pernah menganggap perasaanku. Aku marah, dan akhrinya aku menerimamu."
Bhumi tersenyum miris, oh hanya pelampiasan. "Jadi, aku hanya pelarianmu saja?"
Bunga menggeleng tegas, dia menatap Bhumi bersalah. "Awalnya iya. Tapi semakin ke sini, aku semakin tak tega menjadikanmu pelarianku. Kamu terlalu baik Bhumi, kamu pantas mendapatkan perempuan yang sama baiknya sepertimu."
Bhumi diam.
Bunga semakin terisak, hatinya digelayuti berbagai rasa yang tak jelas. "Aku pikir kau tak akan memperlakukanku sangat baik. Aku pikir kau akan bersikap seadanya sama seperti pada wanita lain. Namun aku salah. Kau benar-benar mengistimewakan aku dan aku tak sanggup terus membohongimu dan juga membohongi perasaanku." Bunga semakin menangis tersedu.
Tangan Bhumi bergerak menangkup pipi Bunga. "Itu memang yang harus aku lakukan pada wanita yang aku cintai." Bhumi menyusut air mata Bunga dengan ibu jarinya. Menatap mata Bunga dalam.
"Apa yang kau lakukan untuk menjaga orang yang kau cintai agar tetap bersamamu?" Tanya Bhumi pada Bunga.
"Memperlakukannya dengan sangat istimewa," sahut Bunga tersendat.
Bhumi kembali tersenyum. "Itulah cara mencintai Bunga. Aku mencintaimu, dan caraku adalah menjadi yang terbaik untukmu. Bukankah kau juga melakukan hal yang sama pada Pria yang kau cintai itu?" Tanya Bhumi yang diangguki Bulan.
"Dan pasti Kau berharap bahwa dengan memperlakukannya dengan istimewa, dia akan berbalik mencintaimu, bukan begitu? Aku juga sedang melakukan hal yang sama sepertimu. Perbedaannya di sini, dia tak mau membuka hatinya untukmu. Dan aku berharap kau mau membuka hatimu untukku."
Bunga diam.
"Sekali saja, buka hatimu. Lebarkan pintu hatimu, dan untuk selanjutnya biarkan aku yang membenahi hatimu dan setelah semuanya selesai. Aku akan kembali menutup pintu hatimu yang hanya tersemat namaku di sana. Kau mengerti?"
Bunga terkesima. Bhumi sangatlah lembut dan juga bijaksana. Benar juga apa kata Bhumi, dia dulu mengejar Pria yang dia cintai habis-habisan dan masalahnya Pria itu tak mau memberinya kesempatan.
Seharusnya ia tak berlaku hal sama seperti itu. Ia hanya perlu memberi Bhumi kesempatan untuk menarik hatinya. Dia tak boleh terpaku pada satu titik saja. Ia harus melihat titik yang lainnya."Bhumi ... Maafkan aku."
Bhumi tersenyum, ia merapihkan anak rambut Bunga yang menutupi mata Bunga.
"Tidak masalah, kita sama-sama belajar di sini. Kau belajar mencintaiku, dan aku belajar menarik hatimu. Kau mengerti?"
Bunga tersenyum lebar. "Aku akan mencobanya," sahut Bunga berubah riang.Bhumi terkekeh geli. "Aku bahkan sudah lebih dulu mencobanya."
Bunga tertawa bersama dengan Bhumi. Setiap orang memilki cara mencintai masing-masing, seperti Bhumi contohnya. Dia memilih bertahan tanpa menggunakan kekerasan. Karena pada saatnya nanti, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryHanya cerita-cerita singkat yang ditulis sekedar melepas penat.