Elysian

4.2K 786 57
                                    

"Please comeback to me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Please comeback to me..."

•••

Doyoung memejamkan matanya, dadanya terasa sesak. Sekuat tenaga pemuda itu terus menekan perasaan rindu yang meluap-luap. Ego nya masih bertahan dan menang, hatinya meronta. Sisi terdalam hatinya terus mengumpatinya, tolol, brengsek, egois. Doyoung memang manusia paling tolol yang lemah.

Bahkan dirinya nyaris menangis begitu pertama kali mendengar suara yang dirindukannya saat itu, suaramu. Dirinya bahkan nyaris menarikmu dalam dekapannua saat itu. Tapi Doyoung butuh waktu, untuk berdamai dengan hatinya, untuk bersahabat dengan rasa sakit yang dia pendam selama ini. Doyoung butuh waktu, untuk menerima kembali.

Tujuh hari berlalu setelah kejadian toko bunga, Doyoung masih merasa tertekan. Ada sesuatu yang menyesakkan entah apa. Ada sesuatu yang mendesaknya melakukan hal yang dia sendiri tidak tahu. Doyoung seperti harus melakukan sesuatu, tapi dia bingung, apa yang harus dilakukannya?

Kakinya melangkah tanpa tujuan. Niat awal hanya ingin berjalan santai di tepi hutan, tapi kini Doyoung mulai memasuki area tengah hutan. Netranya menyapa satu persatu pohon yang menjulang tinggi. Musim dingin sudah pergi, tapi dinginnya masih tertinggal. Kalau dipikir, sama sepertimu. Kamu memang pergi, tapi kenangan masih tergambar jelas di otak Doyoung.

Hari menjelang malam saat Doyoung masuk ke hutan lebih dalam, kini gelap sudah menyelimuti hutan dengan sempurna. Hanya suara binatang malam dan deru angin yang menyapa telinganya. Seketika, percakapannya dengan sang Ibu dua hari lalu melintas di pikirannya.

Flashback :

Doyoung menceritakan segalanya. Tentangmu, tentang bunga Krisan yang bercahaya saat kamu mendekat, tentang perasaannya, tentang—semuanya. Dan sang Ibu hanya meresponnya dengan sebuah senyum menenangkan.

"Pernah dengar tentang pribahasa burung?"

Doyoung mengernyit. "Maksud Ibu?"

"Setinggi dan sejauh apapun burung terbang, maka suatu saat dia akan kembali ke sarangnya."

Darahnya berdesir, jantungnya berdegup cepat dan dadanya menghangat.

"Ibu tidak perlu menjelaskannya, bukan?"

End of Flashback

Ada sebuah keputusan di otaknya dengan dua pilihan yang menyertai. Tinggal atau pergi.

Langkahnya membawa pemuda Kim itu kian jauh dari tempat awalnya berada. Doyoung melihat beberapa cahaya kecil di dekat pohon paling besar. Semakin dekat, semakin jelas apa yang ada di sana.

Ratusan kunang-kunang dengan seorang gadis yang berdiri mematung tertangkap oleh netra Doyoung. Langkahnya terasa berat, tapi ini keputusannya.

Kamu berdiri di sana, bersama ratusan kunang-kunang. Menatap kerlip cahaya yang mengelilingimu, kamu tersenyum tipis. Ingin rasanya kembali menari bersama mereka, menggunakan sihir untuk melayang di udara, atau sekedar duduk dan menatap langit bertabur bintang.

"Tidak menari? Padahal aku menunggu sejak tadi."

Kamu mematung saat suara itu terdengar. Tubuhmu membeku, seakan memberi isyarat pada Doyoung untuk terus mendekat dan membuktikan sebuah kenyataan. Memberi sebuah fakta. Bahwasanya lelaki itu di sini, di tempat yang sama, bersamamu.

"Aku menunggu saat seperti ini," ujar Doyoung lagi, "Saat dimana kamu akan berdiri di sana, menungguku, atau mungkin, menari bersama Grace dan kunang-kunang."

Pemuda itu semakin mendekat. Jantungnya berdebar, punggung yang begitu dia rindukan, sangat dekat dengan jangkauannya.

"Berulang kali aku meminta pada Tuhan. Untuk mengembalikanmu, membuatmu kembali hadir di hidupku, menemani malamku. Aku tidak peduli jika kamu nantinya akan mengganggu hidupku—nyatanya aku menginginkanmu. Sebegitu besarnya." Doyoung mengatakannya dengan suara yang bergetar. Bibirnya mengulas sebuah senyum tipis. "Hidupku seakan menemukan titik akhir saat kamu pergi begitu saja. Percayakah kamu jika kukatakan, lututku membiru karena aku akan berlutut selama empat jam penuh setiap hari untuk memohon pada Tuhan."

Kamu tergugu tanpa suara. Bahumu bergetar halus sedangkan tanganmu naik untuk membekap mulutmu sendiri. Bukankah terdengar begitu dramatis? Kamu menangis karena meninggalkan, dan Doyoung tersiksa karena ditinggalkan. Semesta membantu takdir memainkan perannya dengan baik, memberi efek jera pada siapapun yang melawan jalannya takdir.

Pemuda Kim itu memuja dalam hatinya atas nama Tuhan, betapa cantiknya dirimu walau hanya tampak belakang. Betapa baiknya Tuhan menciptakan makhluk seindah dirimu, pikir Doyoung.

"Aku menunggumu."

Tubuhmu berbalik seketika. "Kenapa tidak menyerah?" tanyamu di sela isak tangis.

"Aku tidak bisa mengendalikan hati dan perasaanku. Aku mau. Aku sangat ingin menyerah. Tapi rupanya hatiku menolak. Kamu tahu? Cinta tidak memilih, cinta itu dipilih. Aku tidak memilih untuk mencintaimu. Tapi cinta yang memilih aku dan kamu, untuk berada dalam satu ikatan takdir. Sejauh apapun kamu lari, sejauh apapun Tuhan membawamu pergi, nyatanya kamu kembali. Untukku. Hanya padaku."

Doyoung tersenyum kian lebar. Tubuhnya yang tinggi berdiri di hadapanmu dengan gagahnya, iris abu-abu miliknya menelisik, mencari sesuatu dalam di iris yang kini dipenuhi kristal bening milikmu.

"(Y/n), penyihir paling sok tahu sepanjang sejarah, penyihir paling menyebalkan dan banyak bicara, penyihir paling cantik dan mampu memikat hatiku, maukah kamu kembali? Padaku? Kembali menemani hariku, malamku? Dan yang paling penting, maukah kamu menjadi rumahku? Tempatku kembali, tempatku beristirahat, tempatku berkeluh kesah, tempatku berbagi cinta dan bahagia, menjadi nyonya Kim?"

Tangismu semakin menjadi seiring dengan tubuhmu yang bergerak mendekat dan menghambur dalam pelukan Doyoung.

Betapa kamu merindukan pelukan ini selama beberapa tahun belakangan. Betapa kamu sangat mendamba wangi tubuh yang menguar lembut dari Doyoung. Kamu merindukannya, sebesar dia merindukanmu.

Dan sebuah anggukan menjadi jawaban atas pertanyaan Doyoung. Menjadi penutup sebuah kisah yang begitu penuh liku. Menjadi sebuah keajaiban bagi semesta dan takdir.

Karena nyatanya, semesta tidak pernah setuju untuk menjauhkan kamu dan Doyoung.

- Sparkling Winter -

Season Series - December 2019

Season Series - December 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Season Series] | Sparkling Winter - Doyoung VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang