Part 2

24 0 0
                                    

"Trisya!!!!!!"

Teriak Amanda Sekar atau biasa dipanggil Amanda. Dia adalah temen gue semenjak kita masih duduk dibangku SD.

"Busetttt, napasih lu?! heboh banget perasaan." Jawabku dengan nada heran.

"Eh itu si anu itu loh si anu itu loh!!"

"Heh. Kalo ngomong yang bener dong. Nafas dulu yang bener. Mana hidung lo kembang kempis gitu lagi."

"Itu si anak songong yang lu bilang lu gasuka sama dia."

"Hah?! Ohhhhh si Dena. Nape dia?"

"Dia ditantang Kak Arga tanding basket!!"

"Apa?!!!!! Lo yang bener aja kali kalo bercanda."

"Yaudah, sono. Lu ke lapangan basket aja langsung. Saksikan dan nikmati acaranya! Mumpung ga bayar."

"Eh iya gue kesana."

Gue kaget waktu gue denger Dena diajak tanding sama Kak Arga. Waktu itu gue masih kelas 7 dan gue ngefans berat sama Kak Arga. Dan gue ga suka sama Dena. Rasanya ada hawa buruk dateng tiap gue deket dia.

Entah apa yang terjadi sampe Kak Arga nantangin Dena main basket. Padahal, setau gue Dena adalah sesosok anak yang pendiem, susah bersosialisasi, dan cuek sama lingkungan sekitarnya.

Sesampainya di lapangan basket gue udah liat kerumunan siswa siswi sekolah gue. Gue coba untuk nyerobot gerombolan orang - orang itu. Dan pada akhirnya gue dapet posisi yang pas dimana gue bisa ngeliat Kak Arga dan Dena secara jelas.

"Eh, itu si Dena ternyata mau ya nerima tantangan Kak Arga. Gede juga nyalinya. Padahal tu anak gapunya temen buat diajak tanding." Celetuk salah satu siswi.

"Ya, gimana mau nolak coba. Orang Kak Arga tiba - tiba narik tangannya Dena. Lo tau sendiri kan?! Tangannya Kak Arga yang berotot itu susah dilawan." Saut salah satu siswi lainnya.

Nampaknya mereka tau apa penyebab Kak Arga menantang Dena bermain basket. Dengan rasa sedikit enggan namun kepo yang berlebihan gue pun nanya ke mereka.

"Ma.. Ma.. Maaf.. Kalau boleh tau.. Itu kenapa ya? Kok mereka sampe tanding?" Tanyaku dengan nada sedikit ragu.

"Oh, itu. Jadi, tadi waktu dikantin Dena lewat depan Kak Arga dan gak sengaja kesandung sesuatu yang bikin makanannya dia tumpah ke baju Kak Arga. Terus karena Kak Arga kesel yaudah deh dia narik Dena sampe kesini." Jelas salah satu dari mereka kepadaku.

"Hmm.. Ok.. Makasi ya.." Ucapku padanya.

Selang beberapa menit setelah aku bertanya datanglah salah satu teman Kak Arga. Tapi, anehnya ia tak membawa peluit atau benda yang berhubungan dengan pertandingan. Teman Kak Arga membawa sebotol saus yang nampaknya ia ambil dari meja kantin.

Tak perlu waktu lama. Sebotol saus itu ditumpahkan ke baju Dena. Aku terkejut bahkan tak menyangka hal itu akan terjadi. Ku pikir masalah itu bisa diselesaikan dengan pertandingan basket tapi ternyata masalah itu diselesaikan dengan balas dendam.

"UDAH PUAS LO?!" Teriak Kak Arga pada Dena.

"Tapi, aku kan udah sempet minta maaf kak.." Saut Dena dengan nada rendah dan halus.

"Apa lo bilang?! Maaf ?! Gue ga sudi pakek baju kotor ke sekolah apalagi kotor karena makanan lo!"

"Bajunya kan masih bisa dibersihin kak sampe rumah. Lagi pula itu kena kuah jadi nodanya gak terlalu nampak, kan?"

"Lo udah salah! Mintanya dibenerin terus! Lo pikir lo siapa?! Lo itu cuma adek kelas disini. Gak usah songong!"

Dena tak menjawab kata - kata Kak Arga lagi. Dan guru BK pun datang. Semua siswa dan siswi nampak berlarian kocar kacir karena takut terkena masalah juga. Tapi tidak dengan Dena, Kak Arga, dan teman - teman Kak Arga yang tak bisa melarikan diri dari tempat.

Masih dengan rasa kecewa ketika melihat perlakuan Kak Arga yang tak memiliki sikap dewasa sedikitpun pada suatu masalah. Aku pikir Kak Arga adalah sosok panutan disekolah ini. Mungkin, masih banyak siswi yang menyukainya karena fisiknya yang memang terkenal baik. Namun tidak denganku. Sifatnya yang ia tunjukkan saat kejadian itu membuat rasa suka ku padanya berkurang.

Aku sekarang sedikit sibuk memikirkan keadaan Dena. Ya, aku tak suka dia karena wajahnya yang selalu terlihat dingin dan banyak murid bilang dia adalah anak yang sombong dan tak mau bergaul. Tapi, bagaimanapun itu Dena tak sepenuhnya salah. Sekalinya aku tak suka dengannya.

Sepulang sekolah aku mendengar bahwa guru BK sudah menyelesaikan masalah antara Kak Arga dan Dena. Belum benar - benar pasti keadaan mereka satu sama lain. Nampaknya, Kak Arga tak mungkin semudah itu memaafkan Dena atas kejadian tadi siang.

"Diantara mereka berdua lo pilih siapa?" Tanya Amanda kepadaku. Entah apa yang ia pikirkan sampai ia menanyakan hal itu kepadaku.

"Maksud lo?" Tanyaku balik.

"Kan lo orangnya bener - bener bijak kalau ada masalah ginian. Nah, lo gak suka kan sama Dena karena cerita orang lain? dan lo suka Kak Arga karena fisiknya. Sekarang, apa perasaan lo masih sama?"

"Gue tetep suka fisiknya Kak Arga. Tapi, gue gasuka sifatnya dia. Kalau Dena, gue gasuka dia bukan berdasar cerita orang doang. Tapi karena gue juga ngerasain bahwa dia itu memang sombong."

"Owhh.. Berarti perasaan lo ke mereka berdua gak banyak perubahan ya.."

"Ho'oh"

Setelah berbincang dengan Amanda. Gue memutuskan untuk pulang kerumah. Jarak antara rumah dan sekolah ga terlalu jauh jadinya gue jalan kaki aja. Itung - itung olahraga kan.

Belum jauh gue jalan keluar dari sekolah. Tiba - tiba gue liat anak cowok bawa sepeda. Gue sedikit kepinggir untuk ngasi dia jalan. Dan ternyata itu Dena. Untuk pertama kalinya gue gak pesimis sama tu anak. Nampaknya gue udah bisa dam berani berbaur sama sikap dan sifatnya. Padahal, gue kenal sama dia ajak enggak.

Gue berjalan normal tak terlalu terburu - buru tak juga terlalu lambat. Dena tiba - tiba berhenti dipinggir jalan. Disana aku mulai memperlambat langkahku memastikan semuanya beres - beres saja.

Aku terus berjalan sampai pada akhirnya aku berhenti tepat disebelahnya. Itu jadi kali pertama aku bertatap wajah dengannya. Masih sama, tak ada rasa apa - apa dan netral - netral saja.

"Hey!" Ucap Dena kepadaku.

"Hah? Iya?" Jawabku dengan nada gugup.

"Kok melamun? Lewat aja kali."

"Eh, enggak. Sorry. Gak itu gak apaan."

"Lah? Lu kenapa?"

"Enggak. Lu yang kenapa? Kok berhenti? Ada yang ketinggalan?"

"Enggak. Gue berhenti aja. Nah, lu ngapain berhenti juga?"

"Gue berhenti karena mau nanyain lu"

Itu menjadi kali pertama aku berbicara dengannya. Ternyata Dena adalah sosok yang baik. Tak semua kata orang benar. Dena memang sosok yang tertutup dan susah bergaul tapi dia akan berani memulai suatu pembicaraan kalau memang dia merasa lawan bicaranya cocok dengannya.

Aku pun meneruskan langkahku untuk pulang tanpa berpamit padanya. Selang beberapa langkah Dena berteriak.

"Tris!" Teriaknya kepadaku. Ia memanggilku tanpa enggan bak sudah dekat satu sama lain.

Aku pun memutuskan untuk menghadap kebelakang tanda menyaut panggilannya.

"Tunggu."

Dena menggayuh sepedanya ke arahku. Dan menawarkan sesuatu yang tak pernah ku duga sebelumnya.

"Mau gue anter?" Tanya Dena kepadaku.

"Ah?! Lo gak kesamber kan?!" Tanyaku balik.

"Engga lah. Temen - temen gue pada dijemput ortunya. Mereka gak bawa sepeda. Daripada gue pulang sendiri mending gue anterin lo aja. Mau kan?"

"Em.. Lo bawa sepeda lo pakek kecepatan rendah aja. Gue juga bakal jalan pelan - pelan."

"Ah gaseru. Gue tuntun aja ya sepeda gue. Sekali - sekali gue pengen temen cewek yang bisa diajak ngobrol."

"Ya terserah lo aja nyamannya gimana"

DenaWhere stories live. Discover now