1: Harus maksa!

7 0 0
                                    

Jam istirahat sebenarnya sudah berbunyi selama sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi Yesa nggak beranjak dari tempat duduknya sampai sekarang. Matanya terus terpaku pada seseorang yang sedang duduk di meja yang posisinya tepat didepan meja guru, tempat yang konon katanya lebih mengerikan dari Mbak Melati yang sering nangkring di pohon beringin di taman sekolah.

Sebenarnya Yesa sedang mengamati seorang siswa laki laki yang sedang membaca buku di mejanya. Yesa sudah mengamati orang itu dari jam pelajaran kedua sampai sekarang, tapi pertanyaan pertanyaan di kepalanya tidak kunjung terjawab.

"Dia anak baru atau bukan? Kok gue nggak pernah lihat?" Kira kira itulah inti pertanyaan yang berkelibat di kepala Yesa. Yesa hanya mengamati anak itu sampai bosan, sampai ia mulai merasa lelah sendiri dan akhirnya menyerah, hendak pergi ke kantin menyusul Ita, temannya.

Baru saja Yesa ingin pergi dari kelasnya yang sudah kosong itu, tiba tiba saja perilaku yang dilakukan laki laki yang tadi dia perhatikan menarik perhatiannya.

Sebenarnya, itu merupakan hal sepele bagi orang yang tidak melihat dia dengan teliti. Tapi, Yesa melihatnya dengan detail. Laki laki itu melepas kacamata yang tadi bertengger di hidungnya, lantas mengusap kedua matanya dengan jari jarinya.

Yang entah kenapa, menurut Yesa tampak menggemaskan. Ia sebenarnya hanya disuruh mengamati laki laki itu oleh Ita tadi, sebagai hukuman dari permainan truth or dare yang tadi mereka berdua ikuti, bahkan sampai sekarang hukuman itu masih berlaku.

Jadinya disinilah Yesa sekarang. Kembali duduk dibangkunya dan mengamati orang itu dengan detail.

Yesa menopangkan dagunya dengan tangan diatas meja, sementara tatapannya tidak beralih kepada laki laki yang sekarang kembali fokus ke buku bacaannya.

Laki laki itu sempat menoleh sekilas, dan pandangan mereka berdua bertumbukan. Laki laki itu cepat cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain, begitupun Yesa.

Kesan pertama laki laki itu yang Yesa dapatkan saat memerhatikannya adalah; 
1. Dia sudah pasti kutu buku, dari penampilannya.
2. Pintar? Dari penampilannya
3. Susah diajak bicara. Terlihat dari waktu saat mereka berdua bertatapan.

Dan karena hal itu, memicu rasa penasaran Yesa yang tergolong tinggi, dimana ia akan terus mencari sampai menemukan jawabannya jika sudah telanjur penasaran. Dan sekarang, Yesa penasaran.

Nggak lama, Ita datang kembali kedalam kelas sembari membawa berbagai macam makanan. Mulai dari kentang goreng, cilok, sampai bakso Ita bawa. Bahkan minumannya pun kesukaan Yesa, yaitu kola.

Yesa heran, kenapa temannya ini? Apakah kesambet?

"Kesambet setan mana lo?" Tanya Yesa pada Ita yang mulai menyusun jajanan itu di meja Yesa. Ita yang mendengar jawaban Yesa hanya meringis.

"Lo pikir gue manusia? Iyalah!" Timpal Ita balik. Tidak masuk akal, tetapi beginilah mereka.

"Ya maksud gue, kenapa aja lo tiba tiba bawain gue makanan kesini. Ada maunya pasti, kan?" Tanya Yesa kembali penuh selidik. Ia melepaskan tumpuan kepalanya.

Ita menyengir menandakan perkataan Yesa benar. "Hehe, iya sih."

Yesa menghela nafas jengah mendengarnya. "Yaudah sih. Lo kayak baru kenal gue. Sok atuh langsung cerita." Jawabnya membuat Ita menatapnya dengan mata berbinar yang menandakan kalau ia senang.

"Serius? Bener yah janji? Tapi jangan omongin siapa siapa!" Peringat Ita sambil mengacungkan jari kelingkingnya didepan Yesa.

Yesa mengangguk lantas membalas menautkan jari kelingkingnya dengan Ita, membuat janji atas suatu hal yang disebut rahasia.

Forever YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang