08.01 WIB
Sial. Gue telat satu menit sebelum jempol gue menekan tombol scan kehadiran absensi melalui fitur finger print yang menempel ditembok tepat di depan ruangan Big Hero. Dan sialnya lagi, bulan ini gue sudah telat tiga kali, itu artinya gaji gue bakalan dipotong.
"Waduh telat berapa menit, Sit?" yang barusan bertanya itu namanya Bang Jevo, senior gue di kantor.
"Semenit Bang," jawab gue lesu sambil berjalan mundur mempersilahkan Bang Jevo menempelkan jempolnya di finger print. Yap. Bang Jevo juga telat rupanya.
Gara-gara telat, gue jadi lupa memperkenalkan diri. Oke. Nama gue Mehrusita, tanpa embel-embel nama panjang ataupun marga dari Ayah gue. Hanya terdiri dari empat suku kata dan sembilan jenis huruf di dalamnya, gue biasa dipanggil Sita sama orang-orang terdekat gue, dan yang memanggil gue dengan panggilan paling aneh mungkin cuma si...
"Meh-meh, cepat ke ruangan saya."
Nah, baru juga gue bilang, yang memanggil gue dengan panggilan paling aneh selama hidup gue itu ya... cuma si Big Hero.
"Iya Pak," sahut gue langsung menghadap ke ruangan beliau. "Ada apa pak?" tanya gue ketika sudah memasuki ruangan Big Hero.
"Nanti akan ada rapat jam sepuluh, segera siapkan listing product terbaru ya, Meh."
"Baik pak."
"Oh iya Meh, tolong siapkan materi persentasinya sekalian."
"Baik pak. Ada lagi pak?"
"Sudah itu saja."
"Kalau begitu saya permisi, Pak." Belum juga gue membuka pintu untuk segera pergi dari ruangannya Big Hero, tiba-tiba beliau memanggil lagi.
"Meh-meh."
"Ada apa lagi, Pak?" tanya gue sedikit kesal sambil memutar badan lesu.
"Buatkan saya kopi dan jangan terlalu manis, gulanya setengah sendok saja." Gue sudah hafal betul kopi kesukaannya Big Hero, sampai-sampai gue mengikuti ucapan beliau dari dalam hati.
"Meh-meh, jangan lupa ngaduknya dari kanan ke kiri biar lebih nikmat." Duuuh, rempong amat sih, harus banget ya ngaduknya dari kanan ke kiri. Padahal kalau diminum rasanya juga sama-sama rasa kopi, nggak berubah jadi lemon tea.
Terkadang gue suka heran sama perintah Big Hero yang menurut gue sedikit aneh untuk dikerjakan, padahal hal-hal kecil seperti itu merupakan salah satu tugas paling sederhana sekretaris pribadi beliau. Justru gue yang hanya sebatas marketing properti, tetapi rasanya sudah seperti sekretaris pribadi beliau saja. Ya... Meskipun beliau itu bos di kantor ini, tapi tetap saja gue kesal sama perintah beliau yang terkadang menyebalkan. Masa iya, setiap hari gue disuruh bikinin kopi dengan alasan kopi bikinan gue enak, belum lagi kalau disuruh ini disuruh itu. Padahal kalau butuh sesuatu tinggal bilang sama sekretarisnya yang berada satu ruangan yang hanya berbatasan dengan pintu kaca saja, bukannya memanggil gue yang justru tidak satu ruangan dengan beliau, belum lagi cara beliau memanggil gue dengan panggilan paling menggelikan supaya gue bisa muncul dihadapan beliau.
Menyebalkan.
Gue berjalan dengan hati-hati sambil membawa nampan berisi secangkir kopi panas untuk Big Hero. Belum juga sampai ke ruangannya Big Hero, tetangga-tetangga kubikel gue sudah mulai meledeki gue gara-gara membuatkan kopi untuk Big Hero.
"Aduh, calon menantu idaman banget sih lo, Sita." Tuh kan mulai. "Padahal sekretaris si bos sudah siap sedia dua puluh empat jam, tapi calon menantu lebih menarik buat menyelesaikan tugas-tugas negara daripada sekretarisnya, iya nggak Meh-meh kesayangannya Big Hero?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Gen
Romance[CERITA LENGKAP] Semua kebingungan Sita terjadi karena misi menyebalkan dari Big Hero--atasannya yang super duper menyebalkan. Seandainya Sita tidak menyetujui misi dari bosnya itu karena imbalan yang besar, mungkin ia tidak akan pernah berurusan d...