9 : Darah dan Suara.

14 1 0
                                    

[ I hear the other voice. ]


*

Jennie mematut raut bingung ketika pelayan meletakkan makanan yang seingatnya disajikan di kamar Damian. Eugenie yang hendak mengambil air dalam lemari pendingin menyuarakan pertanyaan yang ingin diutarakan olehnya.

"Kenapa makanan ini dipindahkan?"

"Tuan Miller sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan Tuan Xavier dan Tuan Charles, Nona."

Setelahnya mereka pamit untuk mengerjakan tugas lain. Tanpa sadar bibir Jennie melengkung, Damian paham dirinya sedang malu. Eugenie menatap sahabatnya penuh arti. "Jadi ... senyummu untuk apa, hm?"

"Bukan apa-apa."

Eugenie memicingkan matanya, menatap Jennie penuh curiga, namun sahabatnya memilih untuk bersikap tidak acuh dengan duduk di kursi dan melanjutkan acara makannya.

***

"Ini bukan kesembuhan akibat obat yang kuberikan."

"Apa maksudmu?"

Xavier menghela napasnya sebelum menjawab, "Lihat lukamu, tidak ada bekas sama sekali. Sangat mustahil bila mengingat peluru itu perak dan beracun. Dan aku tidak keliru, harusnya kau sadar setelah lima hari. Itu yang paling cepat, tapi kau sadar dalam tiga hari. Itu aneh."

"Masalah racun, dagingmu terbakar begitu parah dan itu terlalu berlebihan bila yang masuk dalam tubuhmu hanya perak biasa. Di sekitar lukamu juga membiru, jelas itu racun. Terlebih lagi saat di hutan, kami kehilangan jejakmu bahkan tidak dapat mencium aromamu saat jarak kita tidak jauh," lanjut Xavier.

Ketukan dari arah pintu kemudian memecah keheningan yang tercipta, ketika Xavier menyelesaikan perkataannya. Tiga ketukan dan pintu kamar Damian terbuka. Seorang pelayan masuk dengan raut ketakutan.

"Tuan Lando datang, Tuan. Beliau ingin bertemu."

Damian mengangkat tangannya sebagai kode agar pelayan itu keluar, sebelum menatap Beta dan Gamma-nya.

"Jika dugaanku benar, Lando adalah orang dalam dari serangan ini dan mungkin dia juga yang memasang ramuan di rumah itu agar kami tidak bisa menemukanmu." Xavier dan Damian menoleh ke arah Charles.

"Aku setuju." Ujar Xavier.

"Kita sebaiknya bertemu dengan pamanku dulu. Kita lihat apa yang dia cari, sehingga jauh-jauh datang dari Rusia."

***

"Oh, Damian ...."

Lando bangkit dari duduknya ketika Damian menuruni anak tangga, diikuti Xavier dan Charles. Raut khawatir mendominasi wajah pria paruh baya itu, namun si pria beriris hitam tidak memberi respon apapun terhadap seruan pamannya. Ekspresinya sedatar saat ia keluar dari kamar.

"Jadi, apa yang membuat pamanku ini jauh-jauh datang dari Rusia?" tanya Damian, berdiri di hadapan Lando, dengan meja kaca yang mengantarai.

"Kudengar, kau terluka parah. Awalnya aku tak percaya, tapi aku khawatir. Mungkin saja berita itu benar."

"Benarkah? Siapa yang menyebarkan berita seperti itu?" Damian menatap Xavier dan Charles. Keduanya menggeleng sembari mengangkat bahu.

The Moon is Blue Light Tonight - [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang