Tiap "Detik"

34 3 0
                                    

Di malam hari yang sunyi, terdapat bulan yang terang benderang, menyinari awan dan laut. Laut yang mengombang ambing kan se onggok kayu, kayu yang telah usang dan lapuk. Seperti hati ini yang semakin lama di desir rasa patah, semakin lapuk hati ini.
Ku ratapi, tidak bukan ratapi melainkan membanyangkan, seperti apa hati dan jiwa ini kedepan ny. Apakah akan merasakan sepi yang berlanjut? Dingin ber larut? Atau hilang rasa ini se iringan waktu berlalu.

Setiap ku cerita kan dri mu, setiap kata, huruf, detik dan ku ingat" kembali.
Setiap itu pula debaran jantung ini berpacu, namun terkadang...
Berhenti saat membayangkan kau bersama dengan orang lain. Ku tak kuasa, tak tahan, tak mampu. Tak mampu membayangkan itu semua jika semua terjadi.

Huft... Telah lelah hati ini kian merasa dinginnya semua ini, untuk apa ku ratapi semua ini. Jika di kedepan waktu kau tak dengan ku, mungkin kau dengan yang lain, dan aku dengan yang lain ☺.

Ku rela telah melepasmu, ku akan belajar rela ,akan membiarkan rasa hati ini terkikis seiring waktu. Namun belum siap membuka hati untuk orang lain, karena memulihkan hati itu tidak secepat perginya diri mu, begitu juga hati. Tak secepat itu hati akan rela, rela melepas semua rasa yang telah lama ku simpan.

UNGKAPAN HATI WANITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang