Sayyidatuna Fatimah 7

17 3 0
                                    

*بِسْمِ الله ِالرَّحْمنِ الرَّحِيْم*

*🌹 MANAQIB SAYYIDATUNA FATHIMAH AZ-ZAHRA AL-BATUUL 🌹*

*۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞*

*🌸 Hari-hari Sayyidatuna Fathimah Membantu Da'wah Rasulullah  ﷺ🌸*

Kepergian isteri dan ayah saudara beliau ﷺ menjadikan cobaan yang beliau terima begitu berat, segala macam ujian dan cobaan terus bertubi-tubi dan silih berganti menimpa Rasulullah ﷺ.

Seluruh orang kafir Quraisy menjadi gembira dan senang menyakiti Rasulullah ﷺ mulai dari anak-anak, orang dewasa, anak-anak kecil maupun besar, laki-laki juga perempuan.
Mereka semua menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai tempat cacian dan ejekan.

Mereka tetap keras kepala tidak menerima ajakan Nabi ﷺ. Rasulullah ﷺ tetap sabar dan terus berusaha berusaha.. dan berusaha..
Menghampiri setiap tempat-tempat keramaian.
Ke sana dan ke sini, menuju ke perbatasan untuk menghadang setiap orang yang menuju ke Makkah.

Tapi mereka tetap keras kepala dan terus menyakiti Rasulullah ﷺ. Melihat hal ini, Rasulullah mengalihkan tujuan untuk menuju kota Thaif. Beliau ﷺ bergegas dan kedua puteri beliau, Sy Fathimah dan Sy Ummu Kultsum mengantarkan sang ayah untuk melepas kepergiannya berdakwah.

Rasulullah ﷺpun memberikan pesan-pesan sebelum menuju ke kota Thaif dengan sebuah harapan agar Allahسبحا نه و تعالى memberikan orang-orang yang menjadi penolongnya di sana. Sayyidatuna Fathimah pun menaruh harapan yang besar agar ayahnya mendapat pengikut yang boleh membantunya dalam menyebarkan agama ini.
Karena sudah bertahun-tahun dalam keadaan yang sangat memprihatikan ini.

Akan tetapi, semua sudah menjadi taqdir Allah سبحانه وتعالى. Keadaan pun tidak seperti yang diharapkan. Semua penduduk Tha'if menolak ajakan Rasulullahﷺ.
Bukan hanya itu, bahkan mereka menertawakan, mencaci juga melempari Rasulullah ﷺ di sepanjang jalan.
Maka kembalilah Rasulullah menuju Makkah, sedangkan sekujur tubuh beliau dipenuhi darah.
Dalam keadaan sedih beliau kembali ke Makkah.
Sesampainya di Makkah beliau pun dilarang masuk, sedangkan Makkah adalah kota yang suci, kota kelahiran beliau, kota tempat beliau dibesarkan.
Akan tetapi, Rasulullah ﷺ tidak dapat memasukinya kecuali melalui jaminan Mut'im bin Adi, Maka Nabiﷺ pun masuk Makkah dalam keadaan yang sangat memilukan ini.

Kemudian, muncullah suatu pendapat dari beberapa wanita agar Nabi ﷺ menikah, maka Nabi ﷺ meminang Sy Saudah binti Zum'ah. Setelah beberapa waktu, beliau meminang Sy Aisyah binti Abu Bakar ra.

Sy Saudah adalah wanita yang lanjut usia seolah-olah Nabiﷺ hanya ingin merawat anak-anak beliau karena umur Sy Saudah diatas 50 tahun, sedangkan Sy Aisyah waktu itu masih kecil maka dipinang oleh Rasulullahﷺ dan Nabiﷺ tidak berkumpul dengan Sy Aisyah kecuali setelah hijrah ke Madinah.

Sayyidatuna Fathimah dan Sy Ummu Kultsum gembira dengan pernikahan ayahnya, akan tetapi masih terguris rasa pedih di dalam hati dengan kepergian seorang ibu tercinta yang tidak boleh digantikan kedudukannya oleh seorang pun dalam hati mereka.
Akan tetapi, ketenangan hati ayahnyalah yang terpenting dalam benak kedua anak gadis ini. Tidak ada dalam hati mereka sedikitpun rasa menentang ataupun muka masam, tidak ada dalam hati mereka kecuali sebuah kesopan-santunan dan akhlaq yang luhur yang bersumber dari didikan seorang ayah dan ibu yang berbudi pekerti yang luhur dan mulia.

Ketika dekat waktu datangnya perintah hijrah, dan sebelumnya telah terjadi "Baitul Aqabah yang mana orang-orang Ansar yang datangnya dari Madinah berjanji akan menolong Rasulullah ﷺ, mereka meminta agar Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah. Maka beliau pun memerintahkan para muslimin untuk berhijrah.

Dan datanglah Sy Utsman bin Affan beserta Sy Ruqayyah.
Sy Ruqayyah telah datang dari Habasya. Ketika masuk ke rumah, dengan disambut kedua saudara kecilnya, Sy Fathimah dan Sy Ummu Kulstum, mereka saling bertatap mata yang berkaca-kaca dan serentak menangis.
Apa yang akan mereka katakan kepada Sy Ruqayyah?
Di mana ibu mereka?

Telah datang Sy Ruqayyah dengan membawa rasa rindu yang mendalam.
Rindu dengan pelukan seorang ibu.
Rindu ingin mencium kening ibu.
Rindu ingin memeluknya. Rindu ingin mencium telapak tangannya.

Akan tetapi sangat disayangkan itu semua tidak ditemukan oleh Sy Ruqayyah.
Maka serentak tangisan mengiringi mereka, bercampurlah air mata kegembiraan kerana berjumpa, dengan air mata kesedihan atas kepergian seorang ibu yang mulia dan sangat dicintai oleh mereka.

Semoga Allahسبحا نه و تعالى selalu mencurahkan rahmatnya atas mereka semua. Aamiin.

*۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞*

Sumber :

@kalam_ ulama

*✒Di tulis oleh Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba'abud*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌹Manaqib Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra Al-Batuul🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang