4. Ancaman?

161 10 0
                                    

🇻 🇴 🇹 🇪
🇦 🇳 🇩
🇨 🇴 🇲 🇲 🇪 🇳 🇹

●●●

"Selesai."

Aku tersenyum bangga menyaksikan area candle light dinner yang aku desain sendiri. Makanan, minuman, taburan bunga merah dilantai dan tak lupa beberapa lilin yang sudah kuhias dengan cantik membuat hatiku terus bertepuk semangat.

Ting Tong

Bunyi bel dibalik pintu utama membuatku langsung melangkah cepat. Itu pasti Lay. Kulengkungkan  bibirku dengan lebar sebelum menarik gagang pintu coklat didepanku.

"La--" Senyum hangat yang hendak aku perlihatkan kini padam. Berganti dengan tautan alis saat tak ada seorangpun didepan pintu. Melainkan hanya hembusan angin malam serta nuansa gelap disekeliling. Dan yang menambah rasa aneh, sebuah kotak berwarna hitam tertaruh dilantai luar tepat didepan pintu.

Ahh, ini mungkin semacam paket atau barang yang penting untuk Lay. Ya. Biasanya yang sering menerima paket adalah Lay. Entah itu untuk urusan bisnis ataupun hadiah dari kolega Lay.

Kuambil kotak itu lalu membawanya masuk. Meletakkannya diatas meja ruang tamu. Saat aku hendak pergi ke dapur lagi, secarik kertas yang tergantung disana membuatku berhenti kemudian beralih membaca isi tulisannya.

Hati-hati! Jangan sampai ada siapapun disekitarmu saat kau membuka kotak ini. Dasha! Rahasia duniamu akan terungkap didalam sini.

Sontak, aku sedikit menggeser kotak itu dengan keras. Merasa janggal dan ngeri melihat isi pesan bertinta merah yang cukup membuatku bergidik.

Tapi, bukan aku namanya jika tidak penasaran. Kuraih kotak itu agar kembali mendekat kemudian meniliknya dengan serius. "Seperti kotak biasa. Tak ada yang ganjil." Setelah selesai meraba-raba dan membolak-balik kotak tersebut, kini aku putuskan untuk membukanya. Sang pengirim pesan menyebut namaku didalam suratnya, tak salah lagi aku harus tahu apa isi dari kotak ini. Semoga saja tidak seaneh isi pesannya.

"Sebuah telpon usang?" seruku sedikit tercengang dan hendak menyentuh benda tersebut, namun aku duluan terperanjat saat telpon itu tiba-tiba berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebuah telpon usang?" seruku sedikit tercengang dan hendak menyentuh benda tersebut, namun aku duluan terperanjat saat telpon itu tiba-tiba berdering. Tenggorokanku langsung kering. Tanganku ragu-ragu bergerak meraih gagang telpon setelah keberanian berhasil aku kumpulkan.

"Dasha! Cukup dengarkan aku sekarang! Aku tidak butuh komentar darimu. Aku harap kau bisa percaya denganku."

"Ini siapa?" tanyaku lantas mengernyitkan dahi.

"Ssst ... Aku bilang dengarkan aku saja. Ini tentang Lay, suamimu. Kuperintahkan kau cepat tinggalkan rumah itu. Pergi dari iblis itu. Dia menipumu. Aku tahu pasti kau pikir aku orang gila, aneh atau persetan dengan apapun itu. Jika kau menganggap aku hanya omong kosong, kau buktikan saja sendiri. Nanti setelah Lay pulang, liat tangan kirinya. Pasti ada luka goresan disana. Dan aku tahu Lay malam ini akan tiba di rumah terlambat. Padahal kau sudah mempersiapkan makan malam spesial untuknya." Wanita asing ini tertawa menggelegar, "Percaya atau tidak, semua tergantung keputusanmu."

He Is [NOT] Psychopath ≫ ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang