Rasa

97 6 2
                                    

sore, puan
sekarang kita bersemayam di atas pangkuan Tuhan
merapal mata, mengucap angan
melumat mentari terbenam di ufuk ucapan

bumantara pun muskil menahan iri
ditumpahkannya mendung agar kita menyudahi
dilemparnya hujan ketika rasa dipukul birahi

langit mendengarkan eufoni
dari rindu yang kuluapkan setiap hari
tak pandang bulu walau kau sahabatku sendiri
hanya ketika SMA rasa menjadi pedagogi

sekarang, aku ingin masa insentif
mencandu atma yang kudekap setiap hari
menumpuk rasa hingga ia mampu membuat negeri
tak sadar, lupa dasar, bahwa kau sahabatku sendiri

hingga kini
kita berdua dengan cincin pada jemari
bersama ijab kabul yang hanya ada di imaji

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antologi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang