1

741 61 0
                                    

.
.
.

Riku tak bergerak, membiarkan dirinya hanyut dalam pikirannya sendiri. Entahlah, ia merasa nyaman bertengkar dengan dirinya sendiri, memikirkan sesuatu yang akan menentukan masa depannya.

Tadi pagi, bersamaan dengan berita yang tidak mengenakkan bagi Ainana, dirinya mendapat sebuah surat.

Ia ingin menjawab surat itu. Namun masih ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Perasaan tidak nyaman meliputi dirinya. Membuat tangannya enggan untuk menuliskan barang satu kata di atas kertas putih sebagai balasan surat itu.

Mungkin saja, pikirannya masih terfokus pada berita tadi pagi.

Berita yang menghebohkan bahwa Nagi akan pergi meninggalkan IDOLiSH7. Sebagai center, juga orang yang sangat menyayangi unit ini, dirinya tidak bisa tinggal diam.

Pikirannya kalang kabut, berusaha mencari tindakan apa yang perlu ia lakukan kali ini.

Ah... Sejak kapan ia jadi sering berpikir seperti Iori?

Ini tidak seperti dirinya saja. Yah, lupakan hal itu. Mari kembali dengan Riku yang tengah menatap kertas putih di hadapannya dengan sebilah pulpen di genggamannya.

Frustasi dengan keadaan yang ia hadapi. Riku melepas sejenak pulpen tersebut lalu berdiri dan meninggalkan meja, beranjak keluar dari kamarnya.

Saat dirinya berjalan selangkah, ia merasa ada sesuatu yang terinjak olehnya. Ia menunduk, mencoba memeriksa sesuatu yang menghambatnya.

Sebuah surat.

"Eh?! Lagi?"

Riku mengernyitkan dahinya menatap surat itu. Lekas saja, tangannya mengambil surat tersebut lalu memeriksanya.

Sepucuk surat putih dengan sebuah perangko bunga sakura. Sungguh aneh, surat ini dipenuhi dengan hiasan musim semi.

"Apa-apaan ini... Kenapa banyak sekali kejadian tak terduga..."

Mitsuki yang kebetulan lewat di depan kamar Riku, menautkan alisnya. Irisnya menyelidik mengenai kelakuan center Ainana yang bisa terbilang aneh ini.

Surat putih di tangannya menjadi objek penyelidikannya. Tanpa berbasa-basi, Mitsuki mendekati Riku lalu menunjuk surat itu.

"Riku, surat apa itu? Dari penggemar yah?" tanyanya.

Riku tersigap lalu memasang wajah facepalm, pria bersurai merah itu tak tau harus mengatakan apa pada sosok orange di hadapannya.

"Bagaimana yah... Dibilang penggemar juga bukan, soalnya isi suratnya..." Riku mengalihkan sedikit tatapannya ke arah lain, berusaha untuk menyembunyikan sesuatu. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

"Ada apa dengan isi suratnya? Atau jangan-jangan... teror?!"

Mitsuki. Yah, dia heboh sendiri.

"B-bukan! Hanya saja suratnya, gimana yah..."

Tatapan Riku menjadi lirih. Nada bicaranya menjadi rendah dan tangannya mulai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sejenak, ia menarik nafas untuk membuka mulutnya.

"Suratnya tau keadaan Nagi dan IDOLiSH7 sekarang ini."

.
.
.

Sakura Message ⇢Nanase Riku × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang