Waktu yang terus bergerak adalah hal paling lumrah dalam hidup. Terkadang kita payah, sebab dalam memanfaatkannya saja kita masih enggan. Tentang waktu, aku pernah membayangkan akan seperti apa wujudku di masa depan nanti. Akankah terus menjalani hidup seperti ini? yang ini-ini saja? atau tiba-tiba berubah menjadi hal yang tak pernah kuduga sebelumnya? Aku tak pernah tahu, sebab itu bukan kendaliku. Dia-lah yang lebih tahu tentang semua yang akan terjadi di muka bumi. Jaman SD dulu aku sering bertanya pada temanku, akan seperti apa jika suatu saat nanti dunia hancur? Dan temanku selalu enggan menjawab dan mencoba mengalihkan. Hanya sepintas, dan kamipun kembali membahas hal yang menjadi kesenangan kami kala itu. Hal tidak penting. Dulu aku begitu polos. Dan kurasa kalianpun begitu. Mengikuti pola kehidupan yang kadang tak kalian tahu apa makna dibalik semua itu.
Aku pernah bertanya pada diriku, Apa Allah mau memberi kesempatan hidup hingga aku SMA nanti? Saat ini, aku sadar bahwa semua pertanyaan itu sudah Dia jawab. Alhamdulillah aku masih bisa bernapas hingga aku menuliskan ini.
Aku masih mengingat dengan jelas kala melihat beberapa anak berseragam SMA melewati rumahku. Aku acuh, terkadang tak begitu peduli sebab aku lebih mementingkan hidupku. Aku lebih fokus pada setiap lembar yang akan menjadi catatan semua perjalanan yang telah atau akan aku lewati nanti. Seharusnya memang begitu bukan? Fokus pada tujuan dan impian kita tanpa harus berpatok pada orang lain. iya, aku tahu kesuksesan orang lain bisa memotivasi kita untuk lebih baik, tapi jika terus seperti itu, kita akan terlihat meniru. Ingin sukses seperti mereka karena ikut-ikutan. Karena ingin juga terlihat tenar. Kawan, kita punya cara tersendiri untuk sukses. Allah sudah menentukan cara terbaik kita dalam meraih sukses. Tinggal kita saja. Maukah kita menjemput sukses itu atau hanya diam di tempat.
Terkadang kita sering iri dan memandang enteng mereka yang sudah bediri kokoh di puncak. Padahal dibalik tegap tubuhnya, ia pernah berkali-kali jatuh dan tanpa mengenal letih, terus menerus bangkit dan kembali melangkah. Kurasa kalian pernah begitu bersemangat dalam meraih impian namun ditengah jalan orang-orang begitu kejam mematahkan. Dan lebih menyakitkan lagi jika diantara mereka terselip orang yang begitu kalian sayangi ikut menjatuhkan. Bagaimana rasanya? Lebih kejam dibanding putus cinta, kan? Lebih perih mana? Sakit diraga akan hilang ditelan masa, tapi perkataan yang menyakitkan akan selamanya membekas di dada. Kau akan mengingat bagaimana orang lain memperlakukanmu dengan kejam. Dan kaupun akan membuktikan bahwa perkataan mereka hanya bualan dan suksesmulah yang akan membuat mereka bungkam.
Tak masalah jika seluruh dunia merendahkanmu, tapi ingat satu-satunya yang tidak akan meninggalkanmu hanyalah Allah. Ya, kau punya Allah. Kita punya Allah. Akupun sering tersenyum paksa kala mendengar mereka menceritakan impian mereka. Mereka begitu antusias. Mereka bercerita tentang impian yang begitu lapang di depan sana. Jalan mereka luas. Tak terhalangi apapun termasuk orang tua. Dan ya... sekali lagi aku hanya bisa tersenyum. Aku tahu Allah sudah menyusun rencana yang lebih baik dari rencanaku. Bukankah Dia the best planners? Mari sama-sama berfikir positive atas apa yang tak bisa kita capai. Sebenarnya bukan tak bisa, tapi kata bisa itu Allah tujukan bukan pada pilihan kita, namun pada pilihan-Nya.
Pada detik-detik kelulusanku nanti, aku hanya bisa berharap Allah memudahkan segala urusanku. Begitupun denganmu, kamu yang membaca ini, semoga Allah selalu menganugerahkan kesehatan dan kelapangan dada. Ikhlas atas semua yang sudah menjadi rencana-Nya, ikhlas pada apa yang bukan menjadi bagianmu.
Satu lagi, ilmu yang kita miliki tidak serta merta menjadi tolak ukur kesuksesan kita. Mereka yang berilmu tapi tak mampu menjaga lisan tentu akan merusak ilmu mereka bukan? Seharusnya semakin tinggi ilmu yang kita miliki, semakin baik pula akhlak dan sikap kita. Bukan malah sebaliknya. Ilmu yang kita punya harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Ilmupun bukan alasan menghakimi orang lain atas apa yang salah dari mereka. Sekali lagi adab. Kita harus punya adab yang baik. Menasehati orang lain juga harus tahu situasi dan kondisi. Bukan asal ceplos. Kita harus tahu bagaimana perasaan orang yang ingin kita nasehati, bisa jadi nasehat kita malah tidak enak dihatinya karena kita yang asal menghakimi. Aku rasa kalian pernah ada dalam kondisi seperti itu. menghakimi orang lain tanpa tahu bagaimana perasaannya. Pahami dulu. Jangan karena ingin dipandang baik, kita jadi sesuka hati menyakiti. Aku tahu maksud kalian baik, tapi memahami orang lain akan jauh lebih baik. Disaat kita mampu menjaga aib orang lain, maka akan Allah jaga pula aib kita. Kecuali jika kita sendirilah yang mengumbarnya.
Dan teruntuk mimpiku, kuserahkan kamu pada yang lebih berhak dan lebih tahu atasmu. Aku hanya bisa menyusun, merencanakan, dan membayangkan aku ada di posisimu. Namun jika kamu memang bukan jalanku, aku akan tetap melangkah maju meskipun arah yang kutempuh remang dan abu-abu. Kakiku akan terus melangkah hingga ia menemukan titik singgahnya.
Allah, Engkaulah sebaik-baiknya sutradara dalam seluruh kehidupan. Tak banyak yang bisa kuperbuat selain pasrah atas kehendak-Mu. Maafkan aku jika masih saja terluka atas dunia yang terkadang membenciku. Akupun sering menangis disaat bidadariku menyakitiku. Maafkan aku ya, Rabb. Lisanlah yang sering membuat aku patah dan akhirnya menangis. Aku takut jika tanpa sadar akupun ikut menyakiti orang lain dengan ucapanku. Karena aku sadar bahwa disakiti dengan lisan jauh lebih menyakitkan dari disakiti dengan perbuatan.
Jika berbicara tentang waktu dan masa depan mungkin tak ada habisnya. Banyak sekali halang rintang dan ujian untuk melewatinya. Tapi percayalah, selagi ada Allah, tak ada yang perlu dicemaskan, apalagi ditakutkan. Cukup bertumpuh pada Allah, maka semuanya akan baik-baik saja. Iya, percayakan semua pada Allah. Kita sebagai manusia hanya perlu merencanakan, yang menentukan tetaplah Allah.
Seperti saat ini, banyak sekali hal yang kurencakan, begitu banyak hal yang kuimpikan. Menjadi orang sukses salah satunya. Kita berbicara fakta saja, siapa sih yang tak ingin sukses? Penduduk bumi rata-rata menginginkan itu. Memimpikan sukses. Hem, tanpa sadar aku kembali membahas sukses. Ya... hal yang terlewatkan diatas adalah sukses yang tidak hanya bermuara di dunia tapi juga di akhirat kelak. Sukses di dunia sudah terlalu biasa. Tak lagi dapat dihitung jari. Terlalu banyak. Sedang sukses di akhirat? Hanya segelintir yang mempersiapkannya. Kita terlalu sibuk mengejar dunia sementara akhirat terlupa.Dunia memang menipu. Banyak hal semu yang menggelapkan mata. Banyak hal menyakitkan yang masih kita endapkan. Tapi ya, jalani saja. Kita hanya perlu berproses. Jika masih saja sibuk dengan semua remahan dunia, kapan suksesnya?
Terkadang kita tahu ketidakbaikan sesuatu, tapi kita selalu saja berpura-pura tidak tahu. Semoga aku dan kamu yang membaca ini selalu dikuatkan, ditegarkan dan dilapangkan atas semua masalah yang akan atau sedang hadir. Masalah ada untuk dijalani, dilewati dan diikhlaskan. Percaya bahwa semua akan baik-baik saja dan kembali seperti semula. Mari saling menggenggam untuk meraih suksesnya Allah. Apapun yang ditakdirkan-Nya, semoga kita selalu bisa menerima.-Whd, minggu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu ada Allah, tenang saja.
SpiritualSebuah prosa yang menghubungkan banyak kejadian. Banyak pembelajaran. Dibaca ya, siapa tahu kondisi yang kutulis sama sepertimu:)