🌟 Divergent 🌟

33 9 0
                                    

Kim Sejeong

"BERHENTI ikutin aku!"

Aku berhenti. Tertegun. Langkah yang seharusnya sudah menjangkau jarak dua meter dari tubuh Sejeong kini hanya terdiam membeku.

Aku mengedarkan pandangan ke lingkungan sekitar yang ramai untuk mencari-cari siapakah gerangan yang dimaksud Sejeong. Dan mulai terhenti saat jari telunjuk manisnya mengarah lurus di depan mataku. Sekarang aku tidak perlu lagi melangkah ke depan untuk mendekatinya, lantaran Sejeong sendiri yang menghampiriku.

Mendengarku mendengus panjang, Sejeong melunakkan ekspresinya. "Jangan ikutin aku kali ini, please," katanya dengan tangan terkepal. Aku melirik sekitar, takut kalau-kalau ada seseorang mencurigai kami--walau nyatanya tetap tidaklah ada. Sejurus kemudian aku mengangguk, berbalik arah untuk meninggalkan Sejeong sendirian dengan bayangannya.

Ini semua salahku.

Ah tidak juga!

Hanya sebatas salah paham, Sejeong mungkin berpikir yang tidak-tidak mengenai aku dengan Daniel tadi. Tapi sungguh, ini tidak seperti yang diduganya, aku dan Daniel hanya membicarakan soal pesta ulang tahun sekolah yang akan dilangsungkan bulan depan.

Ini semua hanya salah paham. Akan aku jelaskan pada Sejeong nanti.

Langkahku terhenti begitu sampai di sebuah gang kecil antara bangunan satu dengan yang lainnya, tempatku dengan Sejeong menghabiskan waktu. Amukan Sejeong tadi agaknya membuatku cukup terenyak, tidak biasanya dia semarah itu. Mungkin karena dengan Daniel?

"Maaf." Sebuah suara terdengar dari belakang sana, dan ketika aku menoleh, aku mendapati Sejeong berdiri dengan wajah tertunduk. Bahunya bergetar, pertanda bahwa gadis itu tengah terisak dalam ratapannya.

Sejeong menyeka air dari matanya. "Aku harusnya tahu kamu nggak salah. Sekali lagi, tolong maafin aku."

Sambil merasakan sesuatu memanas dalam hatiku, aku berjalan menghampirinya. Menepuk bahu Sejeong lantas memeluknya untuk memberi tanda bahwa aku tidak apa-apa, aku sudah memaafkannya. Lagi pula tidak mungkin juga hubungan kami rusak hanya karena seorang lelaki, Sejeong tahu aku sangat menyayanginya.

"Udah, udah, nggak apa-apa, kamu pantas marah kok sama aku." Aku tersenyum lembut berusaha untuk menenangkan Sejeong tatkala gadis itu menghadapkan wajahnya ke arahku. "Lagian, harusnya aku nggak sedekat itu sama Daniel. Harusnya aku yang minta maaf," sambungku.

"Dimaafkan."

Tawa kami beruraian. Baik aku maupun Sejeong selalu menyukai momen ini, momen di mana kami berdua tertawa bersama tanpa takut dipergoki seseorang.

Dalam sekejap, lembut bibirnya sudah menyapu pipi dan leherku. Hatiku meledak begitu menyadari hal ini, aku terlampau senang.

"Mau ditraktir sebagai permintaan maaf?"

"No, just go on your bed under my truth."

《•••》

Hasrat keyurianku membuncah setelah melihat video ini.

Hasrat keyurianku membuncah setelah melihat video ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Once Upon A TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang