"Guanlin, ini Woojin."
"Woojin, ini Guanlin."
"Gua tinggal bentar, adek gua dateng kayaknya."
Ruang tamu rumah Minhyun, kami dipertemukan. Saling menatap ketika pertama bertemu. Saling tersenyum meski tak sepenuhnya kenal. Saling bersalaman ketika bibir membuat lengkungan manis.
"Sepupu Minhyun?"
"Iya. Lo temennya di—?"
"Kantor."
"Ah."
Satu, dua, tiga kali, hening.
Hingga akhirnya Guanlin menawarkan, "Mau rokok?"
"Boleh. Tapi gua gak bawa korek."
"Gua bawa, nih."
Tembakau dan pemantik api, karena dua hal itu pula kami jadi akrab.
"Gimana Solo? Seru? Kata Minhyun lo lulus d3 lanjut S1 di Jakarta? Ambil apa emang? Minhyun sempet cerita kalo sepupunya mau tinggal sementara di rumah." Ucapku sambil melihat Guanlin.
"Iya, bang. Teknik Sipil."
"Wah, anak teknik."
"Emang lo dulu ambil apa waktu kuliah?"
"Perikanan. Tapi gua malah kerja di bank, hahaha."
Guanlin terkekeh. Detik setelahnya ponsel lelaki itu berbunyi, aku memperhatikannya dari dekat, lalu ia berkata, "Sayang? Ada apa?"
Ah, sudah punya kekasih rupanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehat + PanCham
Historia CortaKalau kamu capek, berhenti. Rehat sebentar, jangan dipaksain.