Cowok Brengsek!

26 3 0
                                    

Malam ini jalanan terlihat sangat sepi. Kendaraan yang berlalu lalang pun hanya satu atau dua dalam jeda waktu yang lumayan lama. Padahal jam tangan Ocha masih menunjukkan pukul 9.

Dengan langkah pelan dan malas Ocha menyusuri jalanan di balut dinginnya malam. Sesekali Ocha bergidik saat udara dingin berhasil menusuk kulitnya yang lembut.

Pikirannya mengarah pada sesosok pria tampan, tinggi, di sertai hidung mancung dan mata biru itu. Reflek kedua sudut bibirnya tertarik ke atas bersamaan dengan kedua tangan Ocha yang terangkat memeluk tubuh mungilnya sendiri.

Malvin. Kenapa sih lo ada terus di pikiran gue.

Batinnya masih dengan senyum tipis yang tak kunjung hilang.

Malvin adalah senior Ocha di SMA Merpati. Yang berhasil mencuri perhatian Ocha dari awal ia masuk ke SMA itu sampai detik ini.

Sayangnya, seorang yang bernama Malvin itu merupakan senior yang sangat famous di sekolahnya. Banyak perempuan yang mengincarnya. Bahkan cantik cantik dan sangat jauh dari Ocha. Sehingga Ocha cukup sadar diri saja, dan hanya bisa mengagumi dari jauh.

Dan yang menjadi rutinitasnya setiap malam adalah stalking sosmed milik Malvin. Jangan ditanya. Ocha sangat lah berbakat dalam men-stalking pujaan hatinya itu. Bukan hanya Ocha, sepertinya hampir seluruh wanita berbakat dalam hal stalking. Terutama stalking mantan. Yhaaaa!

Ocha rela menghabiskan bergiga giga kuotanya hanya untuk melihat semua aktivitas yang diunggah Malvin di sosmed miliknya.

Karena bagi Ocha itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri dan salah satu bentuk semangat walaupun hanya memandangi sebuah foto.

Langkah Ocha tiba tiba saja terhenti tepat ketika melihat seorang pria terkapar di tengah jalan lengkap dengan motor ninjanya yang terpental jauh dari si pengendaranya.

Ia mengucek matanya untuk memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya. Setelah itu ia menoleh ke arah kanan dan kiri. Keadaan saat ini lebih sepi dari sebelumnya. Ocha menelan ludahnya sendiri tidak bergeming dari tempatnya berdiri sekarang.

"Gue nggak liat. Gue nggak liat. Gue buta sementara. Gue gak liat." Ucapnya melangkah menjauh sambil menyipitkan kedua matanya pura pura tidak melihat.

Bayangan dipikirannya, bisa saja itu adalah modus begal begal jaman sekarang untuk menjebak para korbannya.

Atau bisa jadi orang itu kecelakaan dan sedang sekarat atau bahkan mati.

Tunggu.

Kalau orang itu akhirnya mati, bisa jadi arwahnya akan menghantui Ocha, karena disaat sekarat ia tidak menolongnya. Terbang masuk ke kamarnya, dan akan muncul saat ia bercermin.

Ocha menggeleng cepat menumpas seluruh pikiran gilanya.

"Oke. Gue tolongin!" Ucapnya memantapkan jiwa raganya dan berbalik arah mendekati tubuh tak berdaya itu.

Dengan gerakan ragu ragu, ia menempelkan jari telunjuknya di bawah hidung pria itu. Betapa leganya ia, ternyata masih terasa hembusan nafas yang keluar dari hidung yang penuh dengan goresan aspal itu.

Ocha menepuk nepuk pipi pria di depannya dengan tepukan perlahan, tapi lama kelamaan tepukan itu semakin keras.
"Heh bangun."

"Bangun woi!"

"Hei. Bangun."

Ocha mengembuskan nafas kasar. Karena pria didepannya tidak juga bangun.

Ide briliant pun tiba tiba muncul. Dengan cepat Ocha mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dan tanpa ba bi bu lagi.

Byurrrr!

Benar saja, tak lama setelah itu pria dengan wajah banyak goresan itupun mengerjapkan mata.

Pria itu menyipitkan matanya ke arah Ocha.

"Gue udah mati!" Ujarnya kemudian tertawa dengan keras.

Ocha yang mendengarnya hanya mengernyit sambil menutup hidungnya karena mencium aroma alkohol.

Mabok berat ni orang. Untung gue baik.

"Gue bantuin ke pinggir jalan ya." Ucap Ocha sambil berusaha mengangkat tubuh kekar pria yang lemas tak berdaya itu dan merangkulnya ke trotoar jalan dengan susah payah.

Setelah berhasil sampai di trotoar. Ocha mendudukkan pria itu.

"Anjing."

"Bangsat lo Sye." Ujar pria itu lagi kemudian mengacak rambutnya frustasi.

Ocha yang merasa takut dan risih berniat pergi dan pulang, karena besok pagi dia juga ada sekolah.

Sebelum benar benar beranjak. Ocha merogoh saku pria itu untu mengambil ponselnya.

Ia mengirim pesan ke salah satu kontak yang ada di ponsel pria itu.

"Beres." Ucapnya lalu bangkit dari duduknya.

Belum sempat melangkah. Tangan Ocha dicekal kuat oleh tangan kekar itu.

"Jangan pergi lo Sye."

Sye? Syetan maksutnya?

Ocha memutar bola matanya malas.

"Gue Ocha. Sori ya gue cuma bisa nolongin lo sampe sini." Tutur Ocha sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan kuat itu.

Bukannya lepas. Tangan Ocha malah ditarik. Sehingga membuat Ocha terduduk kembali.

Tiba tiba saja pria itu merengkuh pinggang Ocha dan memajukan wajahnya ke arah Ocha.

Semakin dekat..

Semakin dekat..

Dan..

Cupp

Sontak mata Ocha melotot ingin keluar dari tempatnya. Jantungnya berdegup kencang.

Ocha meronta kuat berusaha melepaskan ciuman itu. Tangannya memukul mukul dada pria itu. Namun nihil. Justru ciuman itu malah semakin dalam.

Reflek Ocha menggigit keras bibir bawah pria itu yang akhirnya membuat ciuman mereka bisa terlepas. Dan membuat pria itu meringis kesakitan karena bibir bawahnya robek dan mengeluarkan darah.

Dengan hati kesal Ocha menampar keras pipi pria itu.
"Brengsek lo!"

                                ☀☀

Hallo guys! Aku buat cerita baru nihh! Maaf yaa kalo masih rada rada noob🔥

Jangan lupa vote and comment ya!
Karena semakin banyak vote bisa buat semangat nulis untuk nglanjutin ke chapter berikutnya.

Thankyuuuuu guys! ❤

ICHI OCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang