Part 1

8 0 0
                                    

Ini manusia apa es sih?
Dingin banget

"SELAMAT PAGI SEMUANYA!" seru Ara dengan lantang, begitu ia menginjakkan kakinya di ruang makan milik keluarga Anta.

"Pagi sayang!" respon Bela yang sudah dulu berada di ruang makan bersama anaknya.

Sementara Anta hanya mendelik tajam ke arah Ara, sambil terus mengunyah roti tawar yang ada di mulutnya. Tak ada sedikitpun niatan dalam benaknya untuk membalas sapaan gadis yang saat ini sudah mengambil duduk di sebelahnya. Namun diam-diam ia melirik gadis itu.

"Apa lirik-lirik?" gerutu Ara seraya melirik sekilas ke arah Anta, begitu ia merasa jika ada sepasang mata yang seolah memperhatikan gerak-geriknya. Ia kesal setengah mati pada Anta, karena mengabaikan sapaannya. Dan kalau saja ia tak ingat jika saat ini dirinya sedang numpang di rumah Anta, pasti ia sudah memaki laki-laki dingin itu habis-habisan.

Setelah roti tawarnya habis, Anta pun langsung beranjak dari kursi yang didudukinya dan pamitan pada Bela untuk bergegas berangkat sekolah. "Anta pamit!" ujarnya seraya menyampirkan tas hitam di bahu kanannya dan langsung berjalan menuju pintu keluar setelah mencium punggung tangan sang Mama.

Karena tak ingin ditinggal Anta, Ara pun akhirnya ikut pamit dan bergegas menyusul Anta sebelum laki-laki itu benar-benar meninggalkannya.

"ANTA TUNGGU!" teriak Ara seraya terus berlari mengejar Anta, yang berjalan beberapa meter di depannya. Ia tak perduli sekalipun ada banyak pasang mata yang memperhatikannya selama berjalan menyusuri koridor.

Karena sudah jengah mendengar teriakan Ara, Anta pun berdecak dan refleks menghentikan langkahnya. Namun tak berselang lama setelah berhenti, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam punggungnya yang kemudian disusul dengan suara ringisan dan ocehan Ara.

"Kalau mau berhenti bilang-bilang dong! Sakit nih!" gerutu Ara seraya mengusap dahinya yang terantuk punggung kokoh Anta, karena berhenti tiba-tiba.

"Bawel!" dengus Anta seraya memutar bola matanya. Ia benar-benar dibuat bingung dengan gadis yang kini berdiri di sebelahnya. Sebenarnya mau gadis itu apa sih? Tadi dia menyuruhnya menunggu, namun setelah ia berhenti, Ara malah mengomel tidak jelas. Dasar aneh. Lama-lama ia bisa gila kalau harus terus-menerus berada di dekat gadis itu.

"Biarin," balas Ara yang dapat mendengar jelas gumaman Anta.

Lagi, Anta memutar bola matanya dan  langsung berjalan cepat meninggalkan Ara. Tak lupa, kini ia juga memasang earphone untuk menyimpan kedua telinganya dan memutar musik di ponselnya dengan volume keras, agar tak mendengar teriakan Ara.

Sementara Ara yang melihat kelakuan Anta, langsung menganga tak percaya dan kembali menggerutu kesal sambil terus berjalan mengikuti laki-laki itu. Kalau bukan karena dirinya yang belum mengetahui setiap sudut sekolah ini, pasti ia sudah memilih untuk membiarkan laki-laki itu pergi. "Itu manusia apa es sih? Dingin banget. Udah gitu mukanya datar banget lagi kayak tembok."

Sampai di kelas, Anta langsung duduk di bangkunya yang berada di sebelah kanan, nomor duadari belakang. Ia langsung disambut oleh Dion, yang merupakan teman sebangkunya.

"Akhirnya Lo dateng juga Anta. Gue minjem buku matematika Lo dong, biasa, mau nyontek. Lo pasti udah ngerjain kan Ta, karena nggak mungkin murid terpintar di angkatan kita, lupa ngerjain tugas."

AntaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang