Elisya, Cewek pendiam yang kebanyakan tingkah. Ko gitu?... iya dia pendiamnya kalo sama orang asing dan orang-orang tertentu aja. Kalo udah kenal mah, bisa dibilang dia termasuk cewek cerewet yang hiperaktif. Si Elisya ini baru aja masuk kelas 1 SMP disebuah sekolah berasrama yang letaknya lumayan jauh pake banget dari rumahnya.
Hari ini bukan hari pertama ia masuk ke Junior High School itu, jadi dia sudah paham dan tau betul kalau sekarang ia tengah terlambat datang ke Lapangan untuk latihan baris-berbaris. Di Lapangan sudah ada 26 cewek dari kelas C serta 42 cowok dari kelas A dan B. Lalu tepat didepan mereka, Si mata Elang, seorang pembina pramuka yang sedang mengabsen satu persatu peserta latihannya. Sesuai dengan julukannya, sang pembina dengan mudah menangkap bayang-bayang keterlambatan Elisya.
“Elisya... elisya... elisya ckckck,” ujar kak Fathur (pembina pramuka) ketika Elisya dengan nafas terengah-engahnya memasuki area latihan dan berbaris melengkapi barisan paling belakang.
“Maaf s-saya terlambat kak,” kata Elisya menetralkan detak jantungnya akibat berlari tadi.
“Kali ini apa alasannya...?” tanya kak fathur, masih dengan nada tenang.
“Tidak ada kak,” jawab Elisya tegas. Karena memang, keterlambatan itu disebabkan oleh ia sendiri.
“Kalau begitu, kali ini hukumannya adalah... ” kak Fathur menimang-nimang, hukuman apa yang belum pernah dijalani oleh Elisya.
‘pssttt... paling juga disuruh bersih-bersih halaman sekolah Sya,’ bisik Rachel-sahabat Elisya.
‘kau diam saja, nanti kena juga, baru tau rasa,’ balas Elisya berbisik.
“So” ucap kak Fathur sedikit berteriak membut Elisya dan teman-temannya olahraga jantung. “Hukumannya akan sedikit berbeda dari hukuman biasanya, jadi bersyukurlah.”
Elisya sudah pasrah menerima apapun hukumannya. Ia akan menyiapkan mental dan tenaga untuk membersihkan seluruh area sekolah. Yah, setidaknya hukuman itulah yang terpikir oleh otak 3G milik Elisya. ‘Tapi kok, feelingku gaenak ya’ batin Elisya.
“Membersihkan halaman sekolah, toilet, seluruh area Sekolah... bagian mana yang belum pernah kau bersihkan. Jika saya menyuruhmu membersihkannya, nanti tukang bersih-bersih sekolah pasti jadi tidak berguna,” ujar kak Fathur berlama-lama.
“Jadi hukuman saya, apa kak...?” tanya Elisya, mulai jengah.
“Kamu harus ikut Camp gabungan di daerah Malang selama satu minggu bersama tim pramuka inti sekolah kita. Kalian berangkat minggu depan, didampingi oleh kak Kamal dan kak Nabil,” kalimat kak Fathur membuat Elisya tercengang.
‘what... nonononono.... pleasee sadarkan aku kalau ini hanya mimpi’ kata Elisya lewat tatapan matanya pada Rachel. Lalu Rachel mencubit tangan Elisya dan membalas tatapannya.
‘see, ini bukan mimpi. Tabahkanlah hatimu wahai manusia’ balas Rachel juga dengan tatapannya.
“Elisya, Rachel. Kegiatan saling menatap kalian membuat saya risih,” kata kak Fathur membuat anggota lain tertawa kecil.
"Oh ya, saya beri pengumuman tambahan, Fino kau saya tunjuk sebagai ketua tim,” lalu terdengar suara tepuk tangan dari anggota yang lain. “Dan Elisya adalah sekertarisnya” seketika suara riuh tepuk tangan tadi berhenti seketika menyisakan wajah kebingungan dan tidak terima tiap anggota pramuka tidak terkecuali Elisya.“T-tapi k-kak, yang bener aja dong. Saya kan masih pemula,” kata Elisya.
“Yang bener aja dong kak, ini kan LATGAP se-Nusantara. Masak saya dikasih Sekretaris NUB kayak dia,” kata Fino.
“Waitt, apa kau baru saja mengataiku NUB...?” sahut Elisya tidak terima.
“Iya... kau tidak dengar...? biar kuulangi sekali lagi, kau itu NUB” kata Fino dengan nada meninggi.
“CUKUP,” kata kak Fathur. “Fino, ini kesempatanmu untuk masuk menjadi salah satu kandidat peserta Camp tingkat Internasional. Paling tidak kau harus bisa mengubah si NUB ini jadi Pro,” kata kak Fathur.
Elisya tertegun, kenapa saat Fino mengatainya Nub itu terasa sesak dan menyakitkan. Berbeda dengan kak Fathur yang tidak berdampak apapun. Tapi berani sumpah, Elisya sekarang tenga merasa kesulitan bernafas setelah mendengar Sentakan Fino tadi.
Elisya memegang dadanya yang sesak.
'ada apa ini, kenapa sakit sekali...?’ batin Elisya.Lalu dengan cepat ia mengalihkan pandangannya saat melihat Fino yang tengah melihatnya.
Melihat Elisya memalingkan muka darinya membuat Fino mendengus kesal dan menyesal.
‘Apa aku tadi keterlaluan...? tapi, emang dia aja yang kesel...? Aku juga’ batinnya.
To be Continued...