Bukan Soraya namanya kalau sudah menyerah dengan kenyataan yang disampaikan oleh sepupunya, Yosephine perihal pak Archer Mahendra. Aya mulai mencari cara untuk mendekati pak Archer, tentu saja ia meminta bantuan Yosephine yang tahu lebih banyak tentang pak Archer. Tapi Aya harus siap menerima ocehan Yosephine yang sangat kentara enggan membantunya.
"Please, Ya. Pak Archer memang dosen di prodiku, tapi bukan berarti aku tahu semuanya tentang pak Archer dong."
"Ayolah, Yos. Kan kamu bisa cari informasi dari dosen prodi kamu, atau tanya para alumni."
"Yang pengen jadi istrinya pak Archer siapa? Aku atau kamu? Kamu kan, makanya kamu yang usahanya harus seratus persen, kalau perlu seribu persen. Kamu yang pengen jadi istrinya pak Archer kenapa jadi aku yang repot sih." Yose terus menggerutu sementara Aya yang terus memohon bantuan.
"Aku udah usaha, Yosephine. Aku udah kepoin sosial media pak Archer, aku juga sering ke kampus buat nyari pak Archer, aku juga udah wawancara Bu Neti—"
"Wait! Ngapain kamu wawancara Bu Neti? Apa hubungannya coba?" tanya Yose bingung ketika nama salah satu ibu kantin di kampusnya disebut.
"Kamu nggak tahu Bu Neti itu bagai mbah google di kampus kita? Semua berita dan gosip terbaru di kampus kita, beliau selalu tahu."
"Itu sih bukan Mbah google tapi ibu-ibu kepo."
"Ya pokoknya, informasi dari Bu Neti berguna."
"Berarti kamu nggak butuh informasi dariku dong."
"Butuh dong, Yosephine," mohon Aya dengan tampang memelas. Tapi kali ini Yosephine pura-pura tak melihat dan memilih meninggalkan Soraya seorang diri di kamarnya.
Bagaimana cara menghentikan Aya dari obsesinya menjadi istri pak Archer? Yosephine tahu jawabannya tak ada. Yang ia lakukan saat ini hanyalah menunggu kadar kebucinan Soraya pada pak Archer berkurang dengan sendirinya.
Yosephine ingat, dulu saat SMA, Aya naksir berat dengan teman sekelasnya, alhasil ia yang repot karena menjadi perantara kebucinan Aya. Untungnya kebucinan Aya tak berlangsung lama karena orang tersebut pindah dan berakhirlah kerepotannya mengurusi kebucinan Aya.
Yosephine berpikir, Aya perlahan akan melupakan pak Archer karena menurut kabar burung yang beredar, beliau akan jarang berada di kampus atau malahan akan mengundurkan diri karena akan bekerja di sebuah kementerian yang masih dirahasiakan.
Sabar, Yosephine. Sabar. Sebentar lagi pak Archer akan sulit ditemui kok. Aya pasti akan melupakan keinginannya menjadi istri pak Archer.
***
Kampus adalah salah satu tempat penuh kenangan bagi Aya. Dari parkiran saja, banyak hal yang ia rindukan, masa-masa kuliah. Ada dua alasan mengapa Aya masih sering menyambangi kampus walau sudah lulus, pertama ia rindu suasana kampusnya yang ngangenin. Kedua, tentu saja karena pak Archer Mahendra. Siapa tahu ia bisa bertemu pak Archer secara tak sengaja saat nongkrong di kampus.
"Rajin amat sih ke kampus, Ya. Aku aja udah capek bolak-balik kampus buat bimbingan, pengen cepet bebas. Eh kamu malah main ke sini mulu," ucap Kinan, teman sekelas Aya yang kini masih berjuang dengan skripsinya.
"Udah, Nan. Nikmatin saja semua prosesnya, nanti kalau kamu udah lulus kayak aku pasti ngerasain kangen. Kangen kumpul sama temen-temen, kangen kuliah, kangen nugas," jawab Aya bijak. Aya merupakan salah satu dari dua orang yang berhasil lulus lebih cepat dari waktu yang biasanya diberikan, kurang dari empat tahun. Saat teman-teman seprodinya masih sibuk dengan skripsi mereka, Aya sudah lebih dulu menutup lembaran itu. Lembaran hidupnya kini telah berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG KEDUA
RomanceSoraya memiliki sebuah cita-cita, cita-cita yang menurut sepupu-sepupunya adalah cita-cita gila dan paling tidak masuk akal. Apa itu? Menjadi istri Archer Mahendra, si dosen hot yang digilai para mahasiswi dan dosen wanita di kampusnya. mendapatkan...